Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Angel_1

"Kim Dahyun, kembali kau! Aku tidak akan membunuhmu! Aku tadi khilaf!"

Seruan nayeon nyaris ditenggelamkan oleh deru angin sehingga aku tak bisa menebak dari mana arahnya. Sekarang, aku sudah berada di tepi jalan setapak.aku tinggal menyusuri nya dan bisa mencari bantuan setibanya di kota.

Enggan memikirkan soal nayeon, aku memilih fokus pada usaha menyelamatkan diri. Aku terus memacu kakiku untuk berlari secepat mungkin. Beberapa kali, aku terpeleset oleh tumpukan tebal salju, namun berhasil bangkit dengan kecepatan menakjubkan meski tempurung lututku berdenyut-denyut menyakitkan.

Usahaku membuahkan hasil. penyusuran jalan setapak itu berlangsung mulus jika lutut lebih, siku memar, napas terengah, dan paru-paru yang seakan hendak meledak di kesampingkan. Aku gini berada di depan apartemen jungkook. aku sengaja mendekatkan diri dengan kerumunan mahasiswa yang masing-masing membawa gelas plastik berisi kopi karamel hangat. satu-satunya alasan yang mencegahku menghajar salah satu dari mereka demi secangkir kopi adalah kelelahan fisik dan mental. Satu-satunya yang kuinginkan adalah beristirahat.

Jadi, tanpa mempedulikan pandangan orang-orang yang lalu lalang di dekatku, aku segera mengempeskan diri begitu saja di pelataran parkir apartemen.Kombinasi dinginnya salju dan kerasnya lapangan bersemen tidak sanggup membuatku bangkit dan mencari lokasi yang lebih hangat. Aku hanya ingin berada di tempat yang ramai dan banyak orangnya. Tempat dimana Nayeon, sana dan malaikat-malaikat lainnya tak mungkin menyentuhku.

aku baru saja mengambil ponsel dan mencari-cari nomor telepon bunda ketika mendadak saja seorang berdiri di hadapanku. Orang itu menjatuhkan songkok ayang tebal di atas kepalaku, membuatku gelagapan dan tak bisa melihat apapun. Secara naluriah, aku meronta-ronta untuk membebaskan diri dari kungkungan kain tersebut, hanya untuk mendapati kalau usahaku percuma saja. Kainnya terlalu tebal, juga sangat lebar. Rasanya, persis seperti menjadi kucing didalam karung.

Ya tuhan... Ya tuhan... Ya tuhan!

Aku tak menyangka mereka senekat ini! Ini tempat umum dan ramai! Membunuhku di sini akan menimbulkan kegemparan!

"Dahyun, tenang! Diam. Jangan mengamuk lagi! Ini aku!"

Bagai terhipnotis, aku segera menghentikan pemberontakanku. Suara itu memiliki efek yang sama dengan obat penenang. Kepanikanku tadi terasa seperti nyaris tak ada gunanya.

"Jungkook?"gumamku dari balik kain

aku baru saja kan mengatakan beberapa hal lain tepat ketika kain yang sebelumnya menutupi kepalaku disentakan ke atas sehingga aku terbebas. Barulah aku dapat melihat sosok jungkook dengan jelas. Mata coklat gelap nya kini sangat cekung dan ada lingkaran berwarna keunguan di bawah matanya. Kulitnya yang sudah pucat kini bertambah pucat, bahkan hampir bisa dikatakan transparan. kurasa aku bisa bersumpah bahwa mayat pun tampak lebih sehat dibandingkan dirinya.

"Aku mendengar pikiranmu. Maaf tidak bisa menolongmu saat... Kau tahu... Kasus Nayeon," jungkook berkata dengan terbata

setiap kata yang diucapkan oleh nya seakan membutuhkan energi sedemikian besar dan menguras tenaganya.

"Aku ingin segera menyusulmu, namun aku nyaris tak sanggup turun dari tempat tidur" jungkook melanjutkan perkataannya sambil menyunggingkan sebuah senyuman lemah dipaksakan.

Kali ini,saat pikiranku sudah mulai jernih,aku bisa melihat bahwa kain tebal yang dijatuhkannya di kepalaku bukanlah karung pembukap atau sejenisnya,melainkan sebuah selimut tebal hangat dari bahan beludru dan wol.

"Gunakan saja sebagai alas duduk atau penutup kepala. Aku bisa mengerti jika kau tak berani beranjak ke mana-mana setelah..."

Kata-kata jungkook mendadak terhenti. Matanya terpanjang pada kaki celana jeans ku yang robek dan luka menganga di baliknya. "Ini..."

"Aku jatuh. Saljunya licin" aku meringis melihat luka itu. Tadi, aku tidak mempedulikan nya karna sibuk mencemaskan hal yang lebih gawat. Namun kali ini, saat kondisiku sudah lebih aman, luka itu tampak mengerikan dan mulai berdenyut lebih keras lagi.

Jungkook berdecak sekali sebelum menempelkan tangan kanannya diluka itu. Rasanya aneh, hangat dan menggelitik, seakan lukaku di diciprati dengan letupan kembang api kecil. Sedetik kemudian, sensasi itu menghilang. Jungkook langsung mengangkat tangannya. Lukaku sudah sembuh, tanpa bekas sama sekali!

"Terima kasih" ujarku takjun, masih menatap lututku yang kembali mulus.

"Sama-sama. Maaf hanya bisa membantu sebatas ini" jungkook bergumam lirih. Tanpa bicara lagi, dia lalu duduk di sampingku. Kini kamu berdua bener-bener seperti pasangan gelandangan.

Berusaha tidak kentara, aku mencoba untuk melihat send of time yang tergantung di lehernya. Butiran pasirnya hanya tinggal beberapa. Itu menjelaskan kondisi jungkook memburuk dengan cepat.

"Kenapa kau tidak membunuhku? Bukankah dengan begitu kau akan selamat?"aku bertanya pada jungkook, separuh ketakutan separuh penasaran.

Jungkook tersenyum tipis. "Kenapa kau bertanya seperti itu? Sudah ku katakan saya cinta yang jawab yang ketiga baru akan dimulai setelah ku sembuh".

"Seakan kau akan sembuh saja" kataku sengit. "Kita sama-sama tahu kalau waktumu tinggal sedikit"

Aku langsung menyadari bahwa aku salah bicara saat melihat ekspresi wajah jungkook. Kerutan kesedihan, keputusasaan, dan kepasrahan yang aneh bercampur menjadi satu di wajahnya. Seperti ekspresi terdakwa hukuman mati yang siap dijagal algojonya. seperti orang yang tak pernah memiliki kesempatan tuk melihat terbitnya matahari lagi.

"Maafkan aku! Aku..."

Jungkook buru-buru menggeleng, membuatku menghentikan permintaan maafku. "Tak apa-apa, dahyun. Kau benar. Aku hanya kaget. Kenyataan itu agak... Menggangguku"katanya penuh toleransi

"Jika misalnya kau tidak membunuhku karena tidak tega, kenapa tidak kau biarkan saja Nayeon yang melakukannya? Toh, dia sudah memiliki sabitmu".

Sudah kepalang tanggung. Sebaiknya, semua urusan permalaikatan gila ini ku selesaikan sekarang juga di sini.

"Tak akan bisa. Yang membunuhmu harus aku. Kau harus mati di tanganku. Sekedar memiliki sabit ku saja tidaklah cukup"jelas jungkook

"Lalu, kenapa kau..."

"Tidak bisakah kita menundanya sampai besok?"jungkook memohon padaku "kumohon..."

Perkataan jungkook menyulut habis sisa-sisa kesabaranku yang sudah tidak seberapa. Ini sudah mulai tidak masuk akal. Kekesalan dan kemarahan yang bertumpu dalam hatiku kini bergolak dengan liar. Aku sudah tidak jengkel lagi. Aku sudah tidak marah. Sekarang, aku murka.

Para malaikat itu masuk dalam kehidupanku dan membuat kekacauan dalam tatanan nya yang monoton dan teratur. Bahkan, ada yang sampai ingin menghabiski segala. Sebagian mau menjelaskan alasannya, sebagian lagi tidak! Apakah mereka baru akan menjelaskan segalanya padaku setelah kepalaku terpisah dengan tubuhku?! Apa gunanya itu?!

Kemurkaan itu juga yang menyulut kembali kewaspadaan dalam diriku. Naluri bertahan hidup kembali menguasaiku. Otaku langsung mempertimbangkan setiap kemungkinan yang ada dengan cepat. Kali ini, rasio dan logikaku kalah kuat. Insting bertahan hidup mengambil alih diriku sepenuhnya. Setiap neuronku mempertimbangkan aneka konspirasi, penipuan, penipuan, permainan kotor dan segala bentuk kelicikan terselubung macam apapun.

Satu-satunya alasan mengapa jungkook tidak membunuhku adalah karena dia tidak tega. itu bisa dipahami karena pada dasarnya baik jungkook maupun angel bukanlah tipe psikopat maniac yang bisa membunuh seorang dengan perasaan tanpa dosa.

Namun, bukan berarti dia tidak mau membunuhku. Di hanya mengulur-ulur waktu hingga siap mental untuk menghabisiku. dia menahan semua informasi dan penjelasan yang ku butuhkan agar memiliki alasan untuk terus bertemu denganku hingga dirinya siap. Jika mentalnya telah cukup siap, dia tinggal mematahkan leherku. Tidak sulit. Mudah. Sangat tak terduga dan alami.

























Adakah yang masih menunggu untuk membaca story ini?

Maaf baru di up😣 Lagi sibuk sama skripsi nih😌 judul ku diganti, dan otomatis isinya pun kurang lebih nya diganti pun. Hah tapi Alhamdulillah udah beres, tinggal ke tahap penelitian 😊

Selamat membaca 📖📱

Annyeong 👋

Mirip engga sih? Kim Hyun Joong dan Kim Seokjin? wkwk😅 di miripin aja😂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro