
PROLOG
Pria itu perlahan mendekat. Mendaratkan telapak tangannya di atas kepalaku, lantas mengusap dengan penuh kelembutan. Sesekali mengapit hidung bangirku di antara tekukan jari telunjuk dan jari tengahnya. Ia bilang, mata dan hidungku mirip ibu. Sedangkan senyum dan lesung pipi adalah warisan dari beliau—ayahku.
Kalau pulang sekolah terlambat sedikit saja, Ayah akan langsung menelepon untuk menanyakan keberadaanku. Dan ketika sudah sampai di rumah, pria itu buru-buru menghampiri dan memeluk dengan rasa cemas yang tak bisa dibendung. Ia sangat khawatir dengan keadaanku.
Setiap malam, Ayah menemaniku mengerjakan tugas sekolah. Ia pula yang akan menggendongku menuju kamar kala berpura-pura ketiduran di ruang TV. Pernah dalam sebuah momen pembagian rapor, aku mendapat peringkat lima besar. Ia dengan bangganya menyebut diriku hebat serta berjanji akan membelikan es krim sebagai hadiah. Rasa cokelat, kesukaanku.
Telinganya selalu setia mendengar cerita tentang keseharianku di sekolah bersama teman-teman. Bagaimana diri ini merasa bahagia, gelisah, sedih, marah, ataupun takut, ia yang paling bisa memahami dengan benar.
Katanya, aku harus jadi perempuan kuat dan pemberani seperti ibu. Agar tidak ada laki-laki yang merendahkanku. Sontak saja aku tertawa. Untuk apa pula aku takut? Bukankah aku punya ayah yang akan menjadi garda terdepan jika terjadi sesuatu yang buruk menimpa diriku?
Jawabannya secara tak langsung membuatku merasa terharu. Ayah bilang, ia tak bisa selamanya ada di sebelahku. Manusia tidak bisa menentukan takdirnya sendiri. Jodoh, maut, dan rezeki adalah rahasia Tuhan. Maka, sebelum ia meninggal dunia, Ayah ingin melihatku tumbuh sebagai perempuan kuat, berani gagal dan tidak takut memulai kembali.
Bagaimana? Dia ayah yang sangat sempurna, bukan?
Duarrrr!
Suara guntur disertai angin kencang muncul secara tiba-tiba, membuatku tersentak. Hayalanku buyar. Cepat-cepat kututup jendela kamar dan menguncinya.
Aku menatap ke arah figura yang menggantung di dinding samping pintu. "Mimpinya kurang lama."
_____________________________________________
Sedikit dulu, ya. Hihiii
By the way, pembaca Dearest Ayesha asalnya dari mana aja, nih?
Barangkali kita satu kota bisa meet up😆
Mau kenal lebih jauh tentang author? Kalian bisa follow akun Instagram aku @Hanaksara__ ya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro