Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

AKU MELIHATMU

*****
"Kenapa kau mengajakku ke sini?" lontar Harumi Kirei ketika melihat kejanggalan di depan matanya. Hikaru membungkukkan badan dan menunduk, ia tahu betul jika pertanyaan seperti ini bakal dilontarkan kepadanya.

"Karena Yang Mulia Kay Natsuki tinggal di sini. Beliau tinggal di ruang bawah tanah," jelas Hikaru pelan dan singkat.

"Apa? Dia itu raja bukan seekor tikus," ucap Harumi Kirei dengan heran dan sedikit bernada protes.

Rupanya sang pelayan kewalahan dan bingung harus menjawab apa, ia sendiri juga tak tahu harus menjelaskannya seperti apa.

"Yang hamba tahu Yang Mulia selalu tinggal di sana dan tak pernah keluar jika tak ada kepentingan yang sangat penting nona Harumi," jelas Hikaru lirih dengan mimik wajah sedikit sedih.

Seorang Harumi Kirei tak puas dengan jawaban itu, ia harus tahu jawabannya sekarang juga. Ia hanya menggeleng dan menggigit bibirnya ketika Hikaru hanya memberinya jawaban secukupnya. Mana mungkin seorang yang dipanggil raja tinggal di bawah tanah? Lalu kenapa Kay Natsuki sepertinya pasrah saja ketika ia diberi tempat tinggal di bawah tanah?

Rasa penasaran yang luar biasa membuatnya segera melangkah masuk, mendorong pintu baja dengan tangannya. Ia akan menanyainya langsung kenapa ia bisa seperti ini? Kenapa juga ia melakukan hal ini?!

Gelap.

Itu kesan pertama yang ia lihat, hanya beberapa cahaya lilin sederhana yang menghias jalan ke bawah anak tangga. Suasana begitu sunyi, hanya gemericik air yang mampu ia dengar dari dalam ruangan. Benarkah suaminya tinggal di sini?

Sejenak Harumi menoleh pada Hikaru, sang dayang hanya mengangguk penuh keyakinan. Ia berharap jika Harumi bisa segera menyesuaikan diri terhadap rajanya dan juga lingkungannya.

Dengan langkah berat Harumi Kirei melangkahkan kaki pertamanya di anak tangga itu. Suara gemerincing gelang kakinya terdengar nyaring di ruangan kedap suara itu. Bulu kuduknya meremang, sesaat ia merasa seluruh ruangan mulai mengawasi gerak-geriknya.

Ia tak melihat siapapun di sana. Harumi Kirei hanya melihat ruangan sedikit gelap yang hanya diterangi dua buah lilin saja. Ia tak habis pikir kenapa suaminya begitu betah tinggal di bawah tanah? Apakah ia tengah mengasingkan dirinya sendiri?

Gadis itu terhenti, mata bulat bermanik cokelat itu menatap sekeliling mencari keberadaan seseorang.
Ia hanya melihat keberadaan kamar yang rapi dan gemericik air kolam.

Di manakah Kay Natsuki?

~~~

"Kau mencariku?!" ucap seseorang dengan suara maskulinnya.

Harumi Kirei terkesiap, ia mundur beberapa langkah. Ia mencari darimana asal suara itu berasal, matanya menyipit ketika sesuatu bergerak dari dalam kegelapan. Perlahan bayangan ber-haori putih itu mendekat ke arahnya.

"Kau mencari keberadaanku Harumi Kirei?" ucapnya lagi seraya berhenti melangkah dan mendongakkan wajahnya pada Harumi.

Sepasang mata Harumi Kirei terbelalak kaget, ia membungkam mulutnya karena terkejut. Harumi Kirei terhuyung ke belakang, tanpa sadar menyenggol sebuah lilin dan tangannya pun ikut terbakar karena terkena api lilin.

Ia segera mengibas-ngibaskan tangannya yang menyentuh lilin dengan wajah memerah karena kesakitan.  Harumi tak mengerti apa yang ada di hadapannya sekarang.

Suaminya atau seorang monster?!

Sejenak otaknya mengingatkan ia kembali dengan perkataan Raja Tashiro beberapa waktu yang lalu.

Inikah maksud ucapannya?

Harumi tak mengerti dengan apa yang dilihatnya. Pria bertubuh tegap dan tinggi dengan wajah mirip boneka.

Bukan mirip melainkan MEMANG.

Telinganya juga aneh, ia bukan manusia normal seperti biasanya. Iris matanya merah dan rambutnya putih panjang berkilau nampak tergerai bebas di tubuhnya.

"Tetap di situ!" teriak Harumi Kirei ketika sosok Kay Natsuki mulai melangkah mendekatinya.

Spontan Kay Natsuki menghentikan langkah kakinya, wajahnya menatap Harumi penuh rasa sedih. Ia bisa melihat ekspresi penolakan dari istrinya yang begitu menyakiti batinnya.

"Kenapa? Apa kau juga takut? Apa kau juga akan bilang wajahku menyeramkan?" tanyanya menggebu namun menyiratkan kesedihan. Seolah pendahulu-pendahulu Kirei yang melihat wajahnya berkomentar sama dan menyakitkan.

"Kau ..., kau mahluk apa?" tanya Harumi Kirei tercekat, tak sadar jika ucapannya adalah racun berbahaya yang mampu membunuh manusia seperti Kay Natsuki.

Iris mata merah menyorotnya tanpa bicara sedikitpun.

"Apa kau sadar Harumi Kirei, ucapanmu baru saja mencebik hatiku?!" ucap Kay Natsuki dalam hati, menepisnya perlahan dan berusaha mengampuni setiap ucapan istrinya yang kasar.

"Kau terlihat aneh. Aku bahkan tak menemui manusia sepertimu. Katakan padaku kau ini keturunan apa?" tanya Harumi Kirei lagi dengan mata menyorot waspada.

Kay Natsuki menunduk, hatinya kembali terluka untuk kesekian kalinya. Itu adalah kalimat yang dihujamkan istrinya hari ini, saat pertemuan mereka untuk yang pertama kali.
Tak apa, itu sudah menjadi resikonya memiliki istri secantik Harumi Kirei.

"Seperti yang kau lihat, aku bukan manusia normal. Aku seperti boneka, bukan-, aku bukan seperti tetapi MEMANG boneka. Boneka hidup yang berjalan dan bernapas," jawabnya lirih diantara remuk hatinya.

"Lalu kenapa kau memilihku padahal kau sendiri tahu bahwa kau tidaklah normal. Wujudmu memang mengerikan!" tandas Harumi Kirei dengan wajah pucat dan shock, gadis itu menyeka peluhnya susah payah.

"Apa aku salah jika mencintai seseorang Harumi Kirei? Apa aku tak berhak mengutarakan keinginanku untuk menikah walau keadaanku jauh dari normal? Aku memang tak normal namun kenapa kau menghakimiku seperti itu? Alam pun menakdirkan diriku untuk bisa jatuh cinta. Lalu apa salah jika aku menjalani kodrat alam yang ditakdirkan padaku?" tanya Kay Natsuki dengan sendu lalu menunduk.

"Apa orang yang mempunyai keanehan seperti diriku tidak diperbolehkan mencintai orang sesempurna dirimu? Apa tidak boleh?" imbuhnya lagi.

"Seharusnya alam membunuhku dan tidak menciptakanku. Seharusnya alam menjadikanku binatang dan aku tak perlu repot untuk jatuh cinta pada siapapun yang aku mau," tandasnya lagi  sambil terus menunduk dalam-dalam.

"Aku sudah tahu akan seperti ini reaksimu ketika melihatku. Butuh keberanian yang besar untuk menunjukkan wajah seperti ini padamu. Aku sudah mengambil resikonya dan aku akan berlapang dada jika kau akan menghinaku kembali Harumi." ujar Kay Natsuki lirih seraya menatap mata bulat Harumi Kirei yang indah.

Sadar ucapannya melewati batas Harumi mulai merasa menyesal, ia menghela napas dan mulai mengatur dirinya secara perlahan. Gadis itu tengah menyesuaikan diri dengan wujud suaminya yang tergolong aneh secara bertahap.

"Ma-maaf jika aku melukaimu tapi ...."

"Untuk apa? Semua ini aku yang memulai. Apa kau ingat 10 tahun yang lalu kau bahkan masuk ke ruangan ini dan mengambil buah apel emas yang menjadi makananku setiap hari. Kau kira mencuri itu baik?" tandas Kay Natsuki menusuk batin Harumi Kirei.

Gadis itu tercekat kaget, sejenak ia mulai menguasai keadaan dan sedikit merasa salah tingkah. Jika diingat-ingat, apa yang diucapkannya memang benar.
10 tahun yang lalu ia memang sudah mengambil apel emas yang bersinar dari ruangan bawah tanah dan itu menarik perhatiannya. Waktu itu ia datang ke istana untuk bertemu ibunya namun ia menemukan ruangan itu dan mengambil apa yang bukan miliknya.

"Aku masih kanak-kanak dan aku hanya mengambil bukan mencuri," ucap Harumi Kirei membela diri dengan wajah merebak merah seperti buah tomat.

"Apa bedanya?" ucap Kay Natsuki tanpa memandang wajah Harumi Kirei.

"10 tahun yang lalu aku melihatmu dan aku merasa ada sesuatu dalam dirimu yang menggangguku. Aku menyukaimu Harumi Kirei," ucap Kay Natsuki.

Gadis berkimono rapi itu hanya menyimak setiap ucapan Kay Natsuki dengan sikap waspada. Meskipun ia berangsur mulai bisa menguasai keadaan, ia tetap perlu berhati-hati. Ia takut jika pria itu tiba-tiba menyerangnya seperti monster yang memakan mangsanya.

"Akulah yang memberikan gelang kaki itu padamu, akulah orang memerintahkan ibumu untuk memingitmu, akulah orang yang melarangmu bertemu dengan siapapun. Dan akulah orang dibalik semua penderitaanmu 10 tahun ini," ucap Kay Natsuki dengan jujur seraya melayangkan pandangannya pada sang istri.

"Apa? Jadi ...."

"Ya. Semua itu adalah aku," tandas Kay sambil memandang Harumi Kirei yang menyorotnya penuh amarah.

Tangan mungil gadis itu terkepal tanpa sadar, ia mendadak sesak mendengar kejujuran suaminya.
Kay Natsuki yang telah membohongi dan membodohinya selama ini, menyabotase ibunya agar memingitnya bertahun-tahun dan menciptakan penderitaan tiada akhir dalam hidupnya.

Raja Mutlak Kay Natsuki menatap kemarahan istrinya, ia menata hatinya lalu menghadap ke arah Harumi Kirei seolah menantang.

"Kau marah bukan? Sebaiknya kau tidak menahannya lagi. Luapkan saja kemarahanmu padaku karena akulah awal penyebab semua ini," ujar Kay Natsuki datar, ia terlihat tenang dan pasrah.

Emosi Harumi Kirei makin memuncak apalagi Kay Natsuki justru menyuruhnya untuk meluapkan emosinya yang sudah lama tertahan.

"Kau tak perlu berpura-pura di hadapanku Harumi Kirei. Aku suka hubungan yang jujur," ucap Kay Natsuki lagi.

Tak ada suara dari bibir mungil Harumi Kirei. Batinnya bergejolak, selama ini ia menahan kemarahannya seorang diri tanpa ada yang tahu. Dan saat ini ia justru ditantang untuk mengungkapkan semua kekesalannya ke permukaan.

Gadis itu meraih pot bunga di meja lantas mengamuk dan melemparkannya ke arah Kay Natsuki.

"Kau pembohong! Katakan semua ini bohong!" teriak Harumi Kirei akhirnya meluapkan emosi terpendamnya.

Kay Natsuki hanya menepis apa yang melayang ke arahnya tanpa sedikitpun bergeser posisinya. Gadis itu makin tenggelam dengan amarahnya, ia segera meraih bantal dan melemparkannya ke arah Kay Natsuki.

"Apa kau sudah senang bisa membuatku menderita? Apa kau senang, hah?" teriak Harumi Kirei kali ini ia melempar selimut dan guling.

Kay Natsuki terdiam, ia bahkan menerima semua kemarahan gadis di depannya itu dengan lapang dada.

"Kau-, sudah pembohong tidak normal pula. Kau bahkan tak pantas dicintai!" marah Harumi Kirei dengan suara parau. Gadis itu justru terlihat acak-acakan sendiri dengan kemarahannya.

Seperti boneka, pria di depannya cuma terdiam dengan pandangan dingin dan menyeramkan.

"AKU MEMBENCIMU!" raung Harumi Kirei sambil melempar guci di atas meja ke arah Raja Kay Natsuki.

Kali ini lemparannya tepat mengenai sasarannya. Guci itu pecah seketika mengenai kepala Kay Natsuki.
Pria itu tak bergeming sama sekali, bahkan ekspresi sakitpun tak ia tunjukkan sama sekali.

Harumi Kirei terkesiap kaget, apa yang sudah ia lakukan?

Karena panik gadis itu berjalan mendekati Kay Natsuki yang berdarah keningnya, tangan mungilnya menggapai seolah ingin menyentuh. Ia terlihat sangat panik, ia ingin melampiaskan kemarahannya namun bukan seperti ini akhirnya.

Harumi Kirei telah membuat kesalahan dengan melukai kepala seorang Raja macam Kay Natsuki.

"Jangan menyentuhku!" peringat Kay Natsuki membuat tangan Harumi Kirei tertahan di samping kepala Kay Natsuki.

"Jangan menyentuhku apapun keadaanku. Baik aku maupun kamu jangan pernah saling menyentuh karena itu akan membawa bencana untuk dirimu," ucap Kay Natsuki dingin lalu menyeka darah yang mengalir melewati matanya.

"Aku lahir membawa kutukan. Siapapun yang menyentuhku atau aku sentuh maka ia perlahan akan menjadi boneka sepertiku. Maka dari itu jangan coba-coba menyentuhku jika kau tak ingin jadi seperti diriku," ucap Kay lalu membalikkan badan dan berjalan menjauh dari Harumi.

Harumi Kirei menyesal, ia menunduk dan menarik tangannya yang terulur tadi.

"Aku tak bermaksud melukaimu, maafkan aku. Sekali lagi maafkan aku," sesal Harumi Kirei lirih.

"Satu hal pembelajaran untukmu, jangan sekalipun kau menampakkan kesakitanmu di depan orang yang kau cintai Harumi. Apapun yang terjadi tetaplah tegar di sampingku," ucap Kay Natsuki sendu seraya menoleh ke belakang.

"Menjadi istriku pasti tidaklah mudah, akan banyak ombak yang akan menerpamu. Ada diantara mereka yang akan membuatmu makin membenciku, ada juga diantara mereka yang akan menyudutkanmu sama seperti mereka menyudutkan aku. Apapun yang terjadi tetaplah di sampingku, walau tak jadi pasangan murni aku harap kau bisa tinggal di sampingku dan menemaniku. Aku hanya butuh seseorang yang mau mendengarkanku setiap saat. Hanya itu," ucap Kay Natsuki lalu bergegas pergi meninggalkannya.

Bayangannya hilang di kegelapan, meninggalkan jejak berantakan di kamarnya. Harumi Kirei terpekur di tempatnya, ia mulai menyadari keganjilan di sini.

Kay Natsuki tak seperti yang dibayangkan banyak orang. Ia tak menyeramkan namun hanya aneh. Ia tak sadis namun justru terlihat ringkih dan lemah.

Lalu siapakah orang yang berani menyebarkan keburukan suaminya di depan umum?

Menyebarkan berita miring tentang wujud Kay Natsuki.
Kenapa mereka begitu tega pada rajanya?

************

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro