Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14. Saling Melengkapi

Btw aku udah pernah bahas nama adik-adiknya Alea belum ya? Kayaknya belum ya. Adiknya Alea dari pernikahan Aldebaran-Riana itu dua, cowok semua.

Sakha dan Alea mengunjungi rumah Aldebaran dan Riana (papa kandung dan ibu tiri Alea) untuk buka puasa bersama. Mereka datang lebih awal, karena Alea ingin membantu Riana menyiapkan menu buka puasa.

Alea membantu Riana memasak capcay dan kepiting asam pedas manis. Sedang dua adik laki-laki Alea dari pernikahan Aldebaran dan Riana ini membantu membuat sop buah.

Tambahan share resep. Resep ini aku post juga di Food-Art & Recipes.

Bahan : kepiting segar, tomat, jeruk purut

Bumbu halus : bawang merah-putih, kunyit, ketumbar, garam, jahe, kemiri, cabe rawit, cabe merah

Bumbu lain : gula jawa iris tipis, kecap manis, sereh memarkan, lengkuas memarkan, daun jeruk, daun salam

Cara membuat :
- Rebus kepiting untuk mematikan kepiting
- Bersihkan kepiting (dicuci) lalu cincang menjadi 4 bagian
- Tumis bumbu halus bersama sereh, daun salam, daun jeruk, dan gula jawa hingga harum
- Masukkan kepiting, aduk2 lalu tambahkan air
- masukkan tomat cincang, kecap manis dan air perasan jeruk nipis, aduk-aduk.
- masak sampai kuah menyusut tapi tidak sampai asat (disisain kuahnya)

"Ma, kental manisnya segini cukup?" tanya Langit, adik Alea yang masih duduk di bangku SMP.

Riana melirik mangkok besar yang berisi potongan buah di hadapan Langit.

"Cukup kayaknya," balas Riana.

Awan, adik Alea yang saat ini duduk di bangku SMA kelas sebelas tengah mengupas apel.

"Apelnya tambahin ya, Ma," ujar Awan.

Riana mengangguk, "Iya, boleh."

Alea tersenyum menatap dua adiknya bergantian. Ia bersyukur memiliki adik-adik yang manis dan nggak neko-neko. Dia terbiasa melihat pemandangan dua adik laki-lakinya membantu pekerjaan ibunya. Setiap selesai makan, mereka mencuci piring, bahkan juga terbiasa memasak. Alea mengagumi cara ibu tirinya dan papanya mendidik Langit dan Awan. Alea yang selama tinggal di rumah Diandra dan Rayga sebelum menikah, jarang sekali masuk dapur karena sudah ada asisten rumah tangga yang mengerjakan semua. Ketika ia menginap di rumah Aldebaran, ia belajar untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan keluarga.

"Lea, biasanya kamu masak apa setiap sahur?" tanya Riana sembari melirik putri tirinya yang tengah mengiris baby corn.

Alea menghentikan aktivitasnya sejenak.

"Ehm, paling masak yang simple aja, Bun. Biasanya bikin telur dadar, oseng sayur, atau bikin nasi goreng."

Riana tersenyum, "Bunda pingin share cara nyiapin menu praktis untuk sahur, nih. Kalau Bunda seneng bikin ayam ungkep, atau tahu dan tempe diungkep. Kalau sahur tinggal digoreng. Jadi bisa menghemat waktu."

"Bumbunya apa aja bun? Cara bikinnya gimana?" Alea penasaran ingin tahu cara memasaknya. Dia memang butuh resep yang praktis dan tidak makan banyak waktu.

"Caranya simpel, kok. Pertama kamu bikin bumbu halusnya dari bawang merah, bawang putih, ketumbar, kunyit, kemiri, bumbu lainnya lengkuas, garam, serai digeprek, daun salam. Cara masaknya ayam, tempe, dan tahu direbus dengan bumbunya sekitar dua puluh menit. Kalau mau buat makan sahur, ayam, tahu, dan tempe ungkep tadi disimpan di wadah kedap udara, masukkan ke kulkas, saat sahur nanti tinggal digoreng."
Alea tersenyum mendengar arahan dari ibu tirinya.

"Nanti kirimin lewat WA ya, Bun. Alea kan nggak hafal."

"Iya beres," balas Riana singkat.

"Makanan yang udah diungkep ini, biasanya tahan berapa lama kalau disimpan di kulkas?"

"Biasanya sih sekitar tiga hari."

Alea manggut-manggut. Resep dari ibu tirinya ini sangat bermanfaat untuknya.

Sementara itu di ruang tengah, Aldebaran dan Sakha tengah berbincang tentang segala hal. Bagi Sakha Aldebaran tak ubahnya seperti ayah kandungnya yang kerap memberi nasihat-nasihat bijak.

"Sakha, kalau kamu menghadapi sifat Alea yang susah diatur, keras kepala, atau nggak mau diajak pada kebaikan, jangan sungkan bilang sama papa. Papa tahu, tanggung jawab Alea sudah beralih padamu. Namun jika semisal papa mesti turun tangan, papa akan bicara sama dia."

Sakha tak berani menceritakan percekcokan apa saja yang pernah terjadi antara dirinya dan Alea. Bagi Sakha yang terpenting antar mereka sudah tidak lagi ada masalah. Lagipula perselisihan yang pernah terjadi antar mereka selalu bisa diselesaikan dan bukan masalah yang besar.

Sakha mengangguk, "Nggih, Pa. Alhamdulillah selama ini kita baik-baik saja. Kalau pun ada masalah, selalu bisa diselesaikan bersama-sama."

Aldebaran mengulas senyum.
"Alhamdulillah. Cekcok, beda pendapat, berselisih itu percikan-percikan dalam rumah tangga. Anggap saja sebagai bumbu yang nantinya akan memperlezat masakan, membuat hubungan bertambah mesra."

Sakha merasa apa yang dikatakan ayah mertuanya benar adanya.

"Iya, Pa. Apa yang Papa bilang itu bener banget. Kalau habis ribut biasanya tambah mesra."

Aldebaran tertawa.

"Namanya rumah tangga ya memang seperti itu. Agar masalah terselesaikan, antar suami istri yang harus berkomunikasi dengan baik. Kesalahpahaman, beda keinginan, beda argumen, itu sering kali jadi warna. Kalau ada yang mengganjal harus dikomunikasikan dengan baik, jangan dipendam. Kalau tidak dibicarakan akan semakin salah paham dan masalah tidak selesai-selesai." Aldebaran memberi nasihat yang begitu berharga untuk Sakha. Komunikasi adalah salah satu kunci untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.

Perbincangan mereka terhenti saat Riana dan Alea datang dan bergabung bersama kedua laki-laki itu.

"Udah masaknya, Ma?" Aldebaran menatap lembur Riana yang duduk di sebelahnya.

"Udah, Pa. Tinggal nunggu buka aja," jawab Riana dengan senyum yang selalu menyejukkan.

Sakha tersenyum melihat keharmonisan ayah dan ibu mertuanya yang seakan tak lekang waktu, mengingatkannya pada ayah dan mamanya. Sakha teringat akan ucapan Alea sebelum mereka menikah yang mengatakan bahwa Alea sering menginap di rumah papanya ketika bermasalah dengan Diandra, ibunya. Terkadang Diandra memaksakan sesuatu dan keras. Alea menilai sikap keras Diandra ini yang menjadi sumber tidak cocoknya antara Diandra dan Aldebaran. Ketika Aldebaran menikah dengan Riana yang sifatnya lebih lembut dan menurut, keduanya lebih mudah saling memahami sehingga pernikahan mereka pun awet hingga kini. Namun di mata Alea, baik Diandra dan Aldebaran adalah orang tua terbaik meski sudah tak bisa lagi mengasuhnya dalam satu atap sejak dia berumur lima tahun. Terkadang ia masih merasakan luka karena perceraian kedua orang tuanya dan mencari-cari sendiri penyebab orang tuanya bercerai.

Sakha melirik Alea yang duduk di sebelahnya. Keduanya saling menatap dengan rasa cinta yang terbaca dari sorot mata masing-masing. Sakha melempar senyum, begitu juga dengan Alea.

Adzan Maghrib berkumandang begitu merdu. Semua yang ada di ruangan mengucap syukur.

"Alhamdulillah, buka puasa," Aldebaran tersenyum sumringah.

Satu keluarga itu menuju ruang makan dan berbuka bersama dengan atmosfer yang begitu hangat. Keduanya berencana untuk sekalian tarawih bersama Aldebaran dan Riana di Masjid terdekat.

******

Sekembali dari rumah orang tuanya, Alea memutuskan untuk membuat ayam, tahu, dan tempe ungkep untuk persiapan sahur dini hari besok. Sakha melangkah menuju dapur dan tertegun menatap kesibukan sang istri di dapur.

Sakha mendaratkan pelukan, melingkari perut sang istri. Ia menundukkan badannya sedikit dan menyandarkan dagunya di pundak Alea. Alea terkesiap. Ia menoleh ke arah Sakha. Matanya beradu dengan sang suami. Alea melirik api kompor yang masih menyala. Ia mematikan kompor.

"Ada apa, sayang?" tanya Alea lembut.

"Kamu nggak perlu masak malam-malam gini, istirahat saja. Besok kita bangun lebih awal dan masak menu sahur bareng," ucap Sakha.

Alea tersenyum, "Aku cuma bikin ayam, tahu, tempe ungkep aja. Pas sahur nanti, tinggal goreng. Bunda yang ngajarin waktu sore tadi masak bareng."

Alea membalikkan badan dan menatap Sakha dengan pendaran cinta yang belum jua luntur dan ia harap cintanya pada Sakha tak akan pudar entah apapun yang akan dihadapi nanti.

Sakha mengusap pipi Alea dan menatapnya dengan tersenyum manis. Laki-laki itu menatap sang istri lekat-lekat. Dalam benaknya berseliweran kenangan masa kanak-kanak mereka dulu. Wanita ini yang dulu selalu menjadi rivalnya, yang kerap bertengkar, dan sering kali manja dengan gaya centilnya. Kini ia adalah pendampingnya, masa depannya, dan partner terbaik untuk mengarungi samudera kehidupan. Betapa pun banyak kerikil yang harus dilewati, cinta kembali menunjukkan kekuatannya. Tak terbayangkan bagi keduanya jika harus kehilangan satu sama lain.

Sakha menyatukan keningnya dengan kening Alea. Matanya terpejam, begitu juga Alea, seakan meresapi perasaan cinta yang semakin bertambah. Sakha menangkup kedua pipi istrinya lalu memberi kecupan lembut.

"I love you...." bisik Sakha pelan.

"I love you too..." balas Alea dengan menatap suaminya penuh kekaguman.

Sakha menyila rambut istrinya. Ia tersenyum tipis dan kembali menatap Alea begitu menelisik.

"Maafkan aku, ya, kalau selama ini aku banyak kekurangan dan egois. Maafkan kalau aku banyak menuntut dan kurang bisa memahami kamu. Maafkan aku kalau aku tak tahu cara untuk membimbingmu tanpa harus membuatmu tertekan. Maafkan jika aku kurang bersabar.... Maafkan...."

Alea segera menempelkan jari telunjuknya pada bibir Sakha. Sakha terdiam. Senyum tersungging dari kedua sudut bibir Alea.

"Aku yang harus minta maaf. Kadang aku egois, nggak mau menurut sama kamu. Aku minta maaf."

Sakha kembali tersenyum.

"Kita sama-sama punya kekurangan, sama-sama tidak sempurna. Menikah itu bukan untuk mencari kesempurnaan, tapi untuk sama-sama memperbaiki diri. Aku ingin kita nggak cuma berjodoh di sini, tapi aku juga ingin kita bisa bersatu lagi di Jannah. Aamiin."

"Aamiin, ya Allah..." Mata Alea terlihat berkaca. Ada rasa haru yang menyusup begitu dalam, menggetarkan segala ruang di hatinya.

"Kekurangan itu untuk saling melengkapi satu sama lain," pungkas Alea.

Sakha tersenyum masih dengan binar mata yang tertuju pada wajah Alea.

Sakha mencumbu bibir istrinya dengan memeluk tubuh itu lebih erat. Alea membalasnya dengan mengalungkan tangannya di leher suaminya. Keduanya bercumbu seakan tiada bosannya, saling mengecap rasa manisnya sekaligus menyalurkan gairah yang sudah menguasai keduanya.

Alea membuka kancing kemeja Sakha satu per satu juga, begitu juga dengan Sakha yang melepas cardigan yang dikenakan Alea. Tak tahan lagi, Sakha membopong tubuh istrinya dan membawanya ke kamar. Moment romantis itu mereka teruskan di ranjang. Dunia seolah menjadi milik berdua dan percintaan panas itu semakin menghangatkan hubungan yang sebelumnya sempat tersandung kerikil.

******

Pendek dulu ya. Ini nyempetin banget hehe. Maaf ya aku bener2 slow update. Seharian ini jadwalnya mau beres-beres, mau ngangkut2 barang, nyelesein ngecat.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro