Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 35 (bonus Cherry-Guntur)

Karena aku belum punya bahan atau nyiapin foto untuk wisata di Baturaden, aku up bonus part untuk yg kemarin penasaran kelanjutan Cherry Guntur setelah insiden bus itu. Kalau nunggu extra part kelamaan karena bakal lama. Jadi ini sekedar menjawab penasaran pembaca coz yg milih poin ke-3 cukup banyak juga. Hasil suara terbanyak adalah opsi pertama. Jadi setelah bonus part ini, ke depannya bakal di-update part utama terus (Argan Nara) sampai tamat. Baru setelah itu Cherry Guntur lagi di extra part. Ini juga kalo masih minat.

Yg gak suka Bonus part ini, gak usah dibaca Gpp karena gak ada hubungannya dengan part utama. Ga perlu komen negatif juga. Insya Allah keputusan yang aku ambil berdasar pada suara terbanyak dengan mengambil opsi pertama. Namun karena banyak juga yg milih opsi ke-3, aku kasih bonus part dan hanya satu bonus part aja. Setelah itu part utama sampai tamat.

Cherry menahan air mata yang hampir tumpah di sepanjang perjalanan. Pikirannya tak menentu memikirkan Guntur. Isi pesan whatsapp Guntur seolah terbaca berulang di otak meski tatapannya tertuju pada arah lain, bukan pada layar ponselnya. Ingin ia membalas isi pesan Guntur, tapi ada sejuta keraguan.

"Ciyee... Stalking Instagramnya Guntur..."

Cherry terkesiap mendengar nama "Guntur" dan melirik ke arah sumber suara. Rupanya Siska yang duduk di jok lain tengah meledek Layla. Cherry menyadari, Layla juga menyukai Guntur dan masih sering stalking Instagram laki-laki itu. Padahal Layla pernah mengatakan ia memblokir akun Instagram Guntur, tapi ternyata masih bisa stalking. Cherry bertanya-tanya, apa Layla sebenarnya tak pernah memblokir akun Guntur? Atau dia memang pernah memblokir, hanya dia membuka lagi blokir itu. Atau dia punya akun lain?

Cherry semakin yakin untuk tak membalas WhatsApp Guntur. Ia tak enak hati pada Layla. Semua terasa rumit. Jauh di lubuk hatinya yang terdalam, ia ingin meraih cintanya. Ia ingin memberi Guntur kesempatan. Namun ia tak mau persahabatannya dan Layla semakin renggang hanya karena satu pria.

Setiba di kost, Cherry membagi oleh-oleh dari Pak Kades kepada teman-temannya. Ia langsung merebahkan tubuhnya di kasur setelah mengganti sprei dan berganti baju.

Tatapannya kembali menyasar pada layar ponselnya. Dibacanya pesan whatsapp Guntur sekali lagi. Ia mengembuskan napas pelan. Entah kenapa ia berharap Guntur kembali mengirim pesan whatsapp untuknya.

Saat ponselnya berbunyi, matanya terbelalak. Dengan sigap ia geser layar ponselnya. Hatinya mencelos saat tahu pesan whatsapp yang masuk bukan dari Guntur tapi dari grup tim KKN. Bastian mengirim pesan.

Nanti malam siap-siap lembur nyelesein laporan. Tiga hari ini harus selesai. Semangat ya teman-teman.

Cherry kehilangan semangat. Pertama kali pikirannya galau tak menentu  karena seorang laki-laki. Ia tak suka keadaan seperti ini. Ia menyalahkan diri sendiri yang terlalu berharap Guntur akan melakukan sesuatu dan mengejarnya. Nyatanya sejak tadi, tak ada satupun pesan Guntur yang datang.

Ia buka akun instagramnya. Dia berjanji untuk tidak lagi stalking akun Instagram Guntur. Namun ia cukup terbelalak melihat postingan Guntur. Ia mengunggah gambar hati yang retak dengan caption : love can be so painful...

Cherry merasa postingan itu ditujukan untuknya. Ia mengecek story-nya di Instagram yang ia unggah sebelum bus menjemputnya tadi pagi. Ia menambahkan foto halaman rumah Pak Kades di story-nya dan mengetik 'bakalan kangen sama tempat ini'. Ia terhenyak melihat akun Guntur turut melihat story-nya.

Ia meletakkan kembali ponselnya. Ia pejamkan mata dan berharap hati dan pikirannya terbebas dari laki-laki itu. Ia yakinkan diri sendiri bahwa kisah singkatnya bersama Guntur yang berakhir tanpa kepastian hanyalah bumbu KKN. Mungkin ia akan bertemu laki-laki lain yang lebih bisa membuatnya berdesir, mungkin Guntur juga akan menemukan perempuan lain yang akan membuatnya lupa pada sosoknya.

Hari berlalu seiring keaktifan kembali Cherry di kampus. Ada satu mata kuliah yang sedang ia ulang dan ia juga sibuk mencari informasi tempat penelitian. Setiap hari ia sibukkan dengan membaca-baca skripsi untuk referensi. Semua ini bisa sedikit mengalihkan pikirannya dari Guntur. Meski setiap malam, ia masih saja stalking akun Instagram Guntur dan merasa lega kala tahu bahwa laki-laki itu baik-baik saja. Ia kadang mengunggah aktivitas murid-muridnya yang sedang praktikum di laboratorium atau foto-foto panorama desa yang membuat Cherry merindukan suasana desa tersebut.

Terkadang ia menitikkan air mata. Ia baru tahu bahwa menahan rasa cinta dan rindu pada seseorang itu bisa begitu menyiksa. Kadang ia merasa bodoh. Ia tak tahu apakah Guntur juga memikirkannya, tapi perasaannya justru semakin dalam pada laki-laki itu.

Malam ini ia kembali stalking akun Instagram Guntur. Tak ada postingan terbaru. Namun ia cukup terkejut dengan postingan terbaru Layla. Ia mengunggah foto bersama Siska dan Guntur. Ia paham background foto itu. Mereka berfoto di depan teras rumah Pak Sekdes. Entah kenapa hatinya meradang. Ada hawa panas yang membangkitkan kecemburuannya. Layla dan Siska mengunjungi Guntur tanpa mengajak anak-anak lain. Layla jauh lebih berani darinya yang gerak cepat mendekati Guntur. Ia berpikir mungkin saja Guntur tak pernah menghubunginya lagi karena sudah menjalin hubungan dengan Layla.

Sakit karena patah hati kembali berulang. Ia berjanji untuk tak lagi memikirkan laki-laki itu dan move on darinya. Mungkin Guntur memang bukan jodohnya.

Saat ia hendak terpejam, satu pesan whatsapp datang. Ia membelalakan matanya membaca nama Guntur. Tiba-tiba hatinya bergetar, deg-degan. Hanya membaca pesannya saja sudah membuat Cherry begitu nervous.

Cherry apa kabar? Moga kamu baik-baik saja. Aku tahu mungkin pesanku nggak akan kamu balas. Tapi aku sudah nggak bisa lagi menahan semua...

Aku kangen banget sama kamu...
Benar-benar kangen...
Maaf kalau aku nekat kirim WA malem-malem gini..
Maaf kalau aku ganggu..
Sejak kamu kembali ke Purwokerto, hari-hari jadi begitu berat untukku Cher...
Benar-benar berat...
Sebenarnya aku pernah berniat menyusulmu ke Purwokerto...

Tapi... Aku lihat postinganmu berfoto dengan cowok ganteng..
Aku tahu, mungkin kamu sudah menemukan seseorang...
Yang jauh lebih baik dariku.

Maaf kalau aku lancang...
But I miss you so much...

I love you..
Aku tahu ini mungkin sudah terlambat.

Ada getaran yang seolah bertalu di sepanjang pembuluh. Ia senang membaca rentetan kalimat itu. Ini pertama kali Guntur mengungkapkan perasaannya secara gamblang. Namun ia teringat pada postingan Instagram Layla. Ia membalas pesan Guntur.

Cowok ganteng yang foto bareng aku itu kakakku. Waktu itu dia datang ke Purwokerto bareng mamaku, sengaja mengunjungiku karena aku belum bisa pulang.

Mungkin kamu yang udah menemukan seseorang. Aku lihat postingan Layla yang mengunggah fotonya bareng kamu dan Siska.

Selamat ya untuk kalian.

Debaran di dada Cherry semakin menguat. Rasanya tak sabar menunggu balasan dari Guntur.

Ia terkesiap begitu ponselnya berbunyi. Guntur mengirim balasan.

Ya Allah seneng banget kamu mau balas pesanku. Aku lega ternyata cowok itu kakakmu. Aku pikir dia pacarmu.

Soal Layla, dia memang datang ke sini bareng Siska karena sedang survey mencari tempat penelitian di Cilacap, mampir ke sini. Tapi demi Allah kami nggak ada hubungan apa-apa. Cuma teman. Aku berani bersumpah.

Entah kenapa desiran di hati Cherry kali ini membalikkan kondisi hatinya yang sebelumnya memanas dan meradang menjadi sejuk kembali. Bahkan ia tak sadar, segaris senyum melengkung di kedua sudut bibirnya.

Ia kembali membalas pesan Guntur.

Jangan bohong, Mas. Kalian ada hubungan juga nggak apa-apa kok.

Guntur membalas kembali.

Yakin nggak apa-apa? Kamu nggak cemburu?

Cherry kembali mengulas senyum.

Cherry : yakin, ngapain juga cemburu. Nggak penting, Mas.

Guntur : Jangan bohong. Aku tahu kamu cemburu. Buktinya kamu langsung ngasih tahu aku soal postingan Layla.

Cherry : Emang aku berhak untuk cemburu?

Guntur : Berhak kok.

Cherry : Kenapa? Aku bukan siapa-siapanya Mas Guntur.

Guntur : Kamu orang yang spesial buat aku.

Wajah Cherry memerah. Ia tersipu. Ia tersentak saat berdering panggilan video dari Guntur. Ia bercermin dan menelisik rambutnya yang terlihat acak-acakan. Ia merapikan rambutnya sejenak, menyisirnya dengan jari-jari tangannya. Ia bahkan masih sempat mengganti kaos oblongnya yang kedodoran dengan baju yang lebih baik. Ia tak ingin terlihat berantakan di mata Guntur.

Cherry mengangkat panggilan itu. Hatinya semakin berdebar melihat wajah Guntur yang bertambah tampan dan tersenyum. Cherry memaksakan kedua sudut bibirnya untuk tersenyum meski deg-degan luar biasa.

"Kok lama banget ngangkatnya, Cher? Tapi ngapain dulu?"

Cherry tersenyum tipis, "Menata hati dulu, Mas."

Guntur tertawa kecil..

"Bisa aja kamu, Cher. Aku yang harus menata hati dulu."

Cherry mengernyitkan dahi, "Kenapa?"

"Jujur, aku deg-degan lihat kamu."

Deg...

Cherry semakin tersipu.

"Sama, Mas."

Mendadak suasana begitu canggung. Ada rasa kikuk, berdebar, gugup, semua bercampur menjadi satu.

"Weekend nanti, aku boleh main ke kostmu? Atau kita ketemuan di mall atau di mana."

Cherry menajamkan matanya.

"Ketemuan?"

"Iya, kamu nggak mau? Aku kangen..."

Cherry kembali tersipu dan terdiam.

"Oya kenapa waktu itu kamu nggak mau turun dari bus?"

Cherry bingung untuk menjawab.

"Aku juga nggak tahu, Mas. Sebenarnya aku ingin turun, tapi waktu itu aku bingung menentukan sikapku. Lagipula aku sedang berada di bus yang juga membawa teman-teman lain. Nggak enak rasanya kalau tiba-tiba aku meminta supir menghentikan bus, lalu aku turun menemui Mas Guntur. Aku mungkin bakal jadi bahan ledekan. Ada Layla juga di situ."

Guntur mengangguk.

"Waktu itu aku patah hati banget," lanjut Guntur.

"Aku juga... Air mataku netes waktu itu..."

Guntur tersenyum, "Aku nggak akan bikin kamu nangis lagi."

Rona merah kembali bersemu di pipi Cherry.

"Udah malam, Cher. Kamu tidur, ya. Besok kamu mesti ke kampus, kan? Aku juga mesti ngajar pagi."

Cherry mengangguk, "Iya, Mas."

"Good night... I love you..."

Cherry berdebar. Ingin ia membalas tapi bibirnya terasa kelu.

"Assalamu'alaikum," lanjut Guntur.

"Wa'alaikumussalam."

Cherry memejamkan mata tapi bibirnya masih saja tersenyum. Rasanya tak sabar menunggu weekend nanti. Malam ini segenap rasa sakit dan luka itu seolah lenyap dan berganti kebahagiaan.

******

Udah ya bonusnya. Ke depan part utama terus untuk Argan dan Nara sampai tamat 😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro