Part 30
Nara mengedarkan pandangan ke segala sudut ruang. Ia mengembuskan napas dan memasang tampang murung. Rasanya ia masih ingin menghabiskan waktu bersama Sakha dan Argan di Purwokerto, tapi jatah izinnya sudah habis. Ia kembali lagi ke desa tempatnya menjalani KKN, kembali berjibaku dengan tugas sebagai mahasiswi yang harus terjun di tengah masyarakat, melaksanakan serangkaian program.
Malam ini mereka akan menghadiri pentas seni di Balai Desa yang nantinya akan menampilkan tari-tarian tradisional, pertunjukkan teater, lagu tradisional, pembacaan puisi, serta pantomim. Yang akan mengisi acara pentas seni tersebut adalah murid-murid dari empat Sekolah Dasar yang ada di desa tersebut.
Cherry dan Bastian didapuk sebagai pemandu acara di pentas seni nanti. Dion dan Fahri akan bertugas mendokumentasikan acara. Sedang yang lain hanya sebagai penonton karena sudah ada panitia pentas seni yang mengatur jalannya acara. Panitia tersebut adalah pelajar-pelajar SMA. Tim Nara juga akan menyumbang sebuah lagu disertai pembacaan puisi di tengah lagu. Nara yang akan membacakan puisi.
Nara meletakkan tasnya di atas meja lalu melangkah lunglai menuju teras, bergabung dengan teman satu timnya yang sedang berlatih menyanyi. Bastian dan Dion akan memainkan gitar. Mereka memilih lagu "Rumah Kita" untuk disumbangkan di acara tersebut. Cherry dan Farel akan mendapat jatah menyanyi sendiri karena suara keduanya bagus, yang lain sebagai pengiring. Menjelang lagu berakhir, semua angggota tim akan menyanyi bersama-sama.
Nara menulis konsep puisi yang akan dibacakan di acara nanti. Ia memutar matanya dan sesekali melirik temannya satu per satu, seakan tengah mencari inspirasi.
"Gaesss, puisinya nanti tentang apa?" Nara melirik Dita dan Siska.
"Disesuaikan aja dengan lagunya, Na. Mungkin tentang rumah atau keluarga, ada pesan cinta keluarga dan rumah sendiri kan dalam lagu itu? Mungkin bisa diartikan sebagai cinta pada kampung halaman, cinta dan bangga pada tanah sendiri."Layla memberikan pendapatnya.
"Tumben pendapatmu bagus, La." Dion terkekeh.
"Eit, baru tahu dia. Jangan pernah ngraguin aku." Layla mencibir.
"Selain cinta keluarga, cinta kampung halaman, pesan lagu ini juga dalem, sih. Jadi mau kayak gimana tetap lebih baik di kampung sendiri, di rumah sendiri dibanding jika harus ke kota yang belum tentu bisa memberi kehidupan yang lebih baik. Lebih luas lagi, lebih baik di tanah sendiri, di negeri sendiri, karena di luar sana belum tentu lebih baik. Hujan batu di negeri sendiri lebih baik daripada hujan emas di negara lain." Bastian menambahkan.
Dita semakin terpesona pada cara berpikir Bastian.
"Mantap nih Ketua!" Farel mengangkat ibu jarinya.
"Mending sekarang kita mulai latihan nyanyi, yuk!" Bastian memetik senar gitarnya.
Semua anggota tim bersemangat untuk berlatih. Cherry mengambil bagian lebih dulu, menyanyikan satu bait lagu.
Hanya bilik bambu tempat tinggal kita
Tanpa hiasan, tanpa lukisan
Beratap jerami, beralaskan tanah
Namun semua ini punya kita
Memang semua ini milik kita, sendiri
Gantian Farel yang menyanyi
Hanya alang alang pagar rumah kita
Tanya anyelir, tanpa melati
Hanya bunga bakung tumbuh di halaman
Namun semua itu punya kita
Memang semua itu milik kita
Setelah Farel menyanyi, giliran Bastian yang menyanyi.
Haruskah kita beranjak ke kota
Yang penuh dengan tanya
Barulah semua anggota tim menyanyi Bersama-sama.
Lebih baik di sini, rumah kita sendiri
Segala nikmat dan anugerah yang kuasa
Semuanya ada di sini
Rumah kita
"Nah abis ini Nara maju membacakan puisi," ujar Bastian sambil menoleh ke arah Nara, "sedang aku dan Dion tetap memainkan gitar." Bastian beralih melirik Dion.
"Aku belum selesai nulisnya, Bas. Kan aku baru nulis tadi." Nara kembali terpekur mengamati kertas yang baru ia tulis dengan sebait puisi.
"Okay, deh. Lanjutin aja. Yang lain latihan nyanyi lagi, ya." Bastian mengedarkan pandangan ke teman-teman yang lain.
Seusai latihan mereka berbincang sambil menikmati mendoan dan ubi rebus. Layla memainkan ponselnya dan matanya terbelalak membaca notifikasi di instagramnya.
"Wah, nggak nyangka Guntur Erlangga lihat insta story aku. Aku tadi post aktivitas latihan kita. Dia lihat insta story-ku." Layla bicara dengan binar di kedua matanya, seolah ada pendaran kebahagiaan di sana.
Siska, Dita, terutama Cherry penasaran ingin melihatnya.
"Seneng amat, udah di-follback, dilihatin juga insta story-nya. Aku mah boro-boro. Di-follback aja kagak." Cherry mengerucutkan bibirnya.
"Coba deh akunmu diganti privat, kali aja dia mau follow karena penasaran." Layla memberi masukan yang cukup bagus.
"Iya deh, aku coba." Cherry mengganti pengaturan privasi akunnya.
Nara masih menuliskan puisinya yang belum selesai. Dita membantu urun pendapat.
*****
Malamnya, Nara dan teman-temannya datang ke Balai Desa untuk menghadiri acara pentas seni. Cukup banyak tamu yang diundang. Acara diawali dengan sambutan dari Kepala Desa dan ketua panitia. Bastian dan Cherry menjadi pembawa acara. Banyak siswa SD yang turut berpartisipasi menyumbang tarian dan lagu. Tim Nara tak ketinggalan menyumbang satu lagu dan puisi. Sambutan para tamu undangan dan warga yang menonton begitu antusias. Puncak acara diisi dengan performa spesial dari tim teater gabungan empat Sekolah Dasar.
Acara berakhir jam dua belas malam, begitu melelahkan untuk semua anggota tim. Dita merebahkan badannya, sedang Nara mengotak-atik ponselnya untuk memilih beberapa foto pentas seni untuk dikirimkan pada Argan. Tak ada balasan whatsapp dari Argan. Nara menduga suaminya sudah tidur.
Nara melirik Dita yang sudah terlelap. Tiba-tiba suara pintu yang terbuka mengagetkannya.
"Nara ...." Cherry masuk ke kamar dan duduk di ujung ranjang tanpa rasa sungkan sedikit pun sudah menggangu ketentraman hidup Nara dan Dita. Suaranya yang melengking memekakan telinga. Herannya saat menyanyi suaranya bisa demikian bagus.
"Kamu bikin kaget aja, langsung nyelonong masuk nggak pakai ketuk pintu atau salam." Nara mencibir.
"Iya, maaf. Kebawa seneng aku. Mas Guntur Erlangga follow instagramku." Cherry tersenyum lebar dan menangkup dua pipinya. Matanya berbinar cerah. Rasanya jauh lebih membahagiakan dibanding di-follback artis idola.
"Wah, bagus lah. Berarti saran dari Layla bagus juga tuh. Setelah akunmu diprivat, dia follback instagrammu." Nara mengulas senyum dukungan.
"Dia follback aku baru aja. Apa karena di acara tadi aku jadi host ya? Dia kan duduk di barisan depan. Entah perasaanku atau aku cuma halu, dia kok kayak lihatin aku gitu ya waktu aku di panggung."
Nara tertawa kecil. "Ciyeee, yang dilihatin. Ya siapa sih yang bakal buang kesempatan buat lihatin gadis secantik Cherry. Mungkin dia juga punya ketertarikan sama kamu."
Semburat merah menyapu wajah Cherry. "Aduh aku kok jadi Ge-er gini. Tapi apa mungkin ya Pak guru cool kayak dia tertarik sama aku? Kayaknya kita kok beda banget ya."
"Nggak ada yang nggak mungkin. Seru sih kayaknya, satunya kalem, satunya slebor." Nara tertawa sekali lagi.
Cherry ikut tertawa. "Tapi kok aku bayanginnya dia tipe yang kaku dan serius ya. Sedang aku suka becanda, santai, mana bisa cocok. Waduh, aku jadi halu kemana-mana. Baru aja di-follback udah ngayal segala macam."
"Namanya juga jatuh cinta." Nara semakin semangat meledek teman satu timnya itu.
"Ih Nara, masa sih ya aku udah jatuh cinta? Mungkin aku baru sebatas mengagumi. Udah ah, tidur yuk. Udah malem. Aku balik dulu ke kamar, ya." Cherry beranjak dan keluar dari kamar.
Nara tersenyum membayangkan jika Cherry benar-benar berjodoh dengan Guntur, mungkin harus ada yang membuat film berjudul "Nemu Jodoh di Tempat KKN". Ia teringat saat dia berbincang dengan salah satu asisten rumah tangga di rumah Pak Kades, wanita yang ia panggil Bibi Darmi itu bercerita beberapa kali salah satu mahasiswa atau mahasiswi KKN ada yang kecantol cewek atau cowok lokal dan berjodoh hingga pernikahan.
Bunyi smartphone mengagetkannya. Matanya berbinar cerah saat menilik layar ponselnya. Datang satu pesan whatsapp dari suaminya.
Sayang, maaf tadi aku ketiduran. Aku nungguin WA kamu tapi nggak dateng-dateng WA-nya. Tadi acaranya selesai jam berapa?
Nara tersenyum seraya mengetik huruf demi huruf.
Selesai jam 12an, Mas. Acaranya sampai malam soalnya banyak yang tampil tadi.
Tak sampai semenit, Argan membalas kembali.
Aku telepon, ya. Apa mau video call?
Nara membalas lagi.
Udah malam, sepi, Dita juga udah tidur. Takut ganggu. Chat aja nggak apa-apa ya? Besok pagi video call.
Argan Iya nggak apa-apa. Gimana tadi acaranya? Kamu jadi baca puisi?
Nara Seru banget, Mas. Banyak yang berpartisipasi. Anak-anaknya banyak yang berbakat, lucu-lucu.
Argan Kamu capek, ya? Kalau capek kamu istirahat aja nggak apa-apa.
Nara Istirahatnya nanti aja. Nara kan masih kangen.
Argan Mas juga masih kangen. Padahal tadi pagi, Mas baru aja nganter kamu ke sana, tapi kok kangen ya.
Nara Nara kan emang ngangenin.
Argan Masa, sih?
Nara Buktinya Mas kangen terus sama Nara.
Argan Nara juga kangen terus sama Mas, kan?
Nara Iya Mas Argan ngangenin.
Argan Yang dikangenin apa?
Nara Semuanya.
Argan Spesifiknya apa?
Nara Harus ada yang spesifik, ya?
Argan Iya.
Nara Kangen usilnya Mas Argan
Argan Kangen ciumannya nggak?
Nara Hmm... kangen nggak ya ....
Argan Tinggal mengaku aja gengsi ....
Nara hehe, kangenlah. Mas Argan kalau nyium itu udah kayak ngemut lolipop nggak abis-abis. Sampai Nara sesak napas.
Argan Hahaa masa? Nara kalau nyium Mas juga ganas, lho. Pernah bibir Mas sampai kegigit.
Nara Masa, sih, Mas? Kok Mas nggak bilang?
Argan Ya gimana ya, rada perih tapi kan nikmat gitu.
Nara tertawa membaca balasan suaminya.
Nara Oya, tadi Mas Argan masak apa buat makan malam?
Argan Mas nggak masak. Ibu nganter masakan, rendang sama capcay.
Nara Enak dong, Mas. Masakan ibu kan enak banget. Sakha pasti doyan, ya?
Argan Iya doyan banget. Sama kayak masakanmu. Enak dan ngangenin.
Nara Orangnya ngangenin juga, nggak?
Argan Nggak sih.
Nara Mas ih, bikin gemes.
Argan Gemes-gemes ngangenin dan bikin klepek-klepek.
Nara Mas Argan pede banget.
Argan itu faktanya. Dari tadi Mas belum dicium.
Nara Mas dulu yang nyium.
Argan emmuuaaachhhh
Nara muacchhh ....
Argan I love you ... I miss you ....
Nara I love you too, I miss you too.
Argan Kangen banget.
Nara Sama.
Argan Emmuach ... muachhh ... muachhh.
Nara Mas Argan nggak di real, nggak di chat nyosor mulu.
Argan Iya ... Mas pingin nyium kamu langsung.
Nara Sabar Mas, nanti habis KKN, kita bisa sepuasnya romantisan berdua.
Argan Kayaknya kita belum pernah honeymoon yang bener-bener honeymoon. Mas pingin kita honeymoon tiga hari aja kemana kek. Sakha dititipin dulu sama bapak ibu. Mas pingin Sakha punya adik.
Nara Iya, Nara juga pingin honeymoon berdua. Siapa tahu kalau kita benar-benar quality time berdua, nanti aku bisa hamil.
Argan Iya, Sayang. Habis KKN, kita honeymoon.
Nara Mas, tidur yuk. Udah dini hari aja, nih. Nara ngantuk.
Argan Iya, Sayang. Kamu harus istirahat. Met bobo, ya. I love you so much. Emmuaachhh.
Nara Met bobo juga, Mas. I love you too ... Emuuachhh.
Argan Assalamu'alaikum.
Nara Wa'alaikumussalam.
Nara tersenyum bahagia. Setiap kali berbicara langsung dengan suami atau hanya lewat chat, senyum selalu tersungging di bibirnya. Ia berharap rumah tangganya bersama Argan akan selalu sakinah mawaddah warrahmah. Harapan terbesarnya dia dan Argan tak hanya berjodoh di dunia saja, tapi mereka akan kembali berkumpul di jannahNya.
******
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro