Part 29
Sebaiknya dibaca pas sebelum azan subuh atau udah buka puasa, ya. Tidak ada yg eksplisit, tapi ini cerita segmennya memang untuk pembaca dewasa.
Nara mengerjap dan melirik jarum jam dinding yang menunjuk pukul setengah empat. Ia melirik tangan Argan yang melingkari perutnya dari belakang, posisi favorit Argan untuk memeluk istrinya dalam tidur. Seusai percintaan panas mereka, Nara hanya mengenakan pakaian dalam. Sentuhan tangan Argan di kulit perutnya membuatnya merasa hangat dan nyaman. Nara membalikkan badannya hingga bisa menatap wajah sang suami lekat-lekat. Jari-jarinya menelusuri pipi Argan, seakan mengamati detail wajah tampan suaminya yang begitu menyejukkan di matanya.
Argan mengerjap dan membuka matanya perlahan. Wajah cantik Nara menjadi objek pertama yang ia lihat. Argan tersenyum dan mengecup kening Nara lembut.
"Udah bangun, Sayang? Jam berapa sekarang?" tanya Argan masih dengan nada mengantuk.
"Masih jam setengah empat, Mas," balas Nara.
"Mas rasanya ngantuk dan capek banget, Na. Padahal udah niat bangun lebih awal biar bisa mandi terus sholat Tahajud." Argan bicara sambil memejamkan mata. Rasa kantuk itu masih menggelayut.
"Mas nggak bilang, sih. Kalau bilang dulu kan Nara bisa bangunin. Lagian Mas Argan semalam buas banget kayak singa, makanya kecapaian. Nara dibolak-balik, diangkat, dicium-cium, diputer-puter, udah kayak orang lagi manggang kambing guling."
Seketika Argan tertawa dan matanya membuka. Dicubitnya pipi istrinya dengan gemas.
"Tapi Nara suka, 'kan? Buktinya semalam mendesah terus, merem melek pula. Mas jangan berhenti ...." Argan memanjakan suaranya untuk menirukan cara berbicara Nara saat bercinta.
Wajah Nara memerah, sudah terlihat seperti kepiting rebus. Ia memukulkan bantal ke kaki Argan sambil mengerucutkan bibirnya, "Mas Argan ih ... frontal banget sih ...."
Argan tertawa sekali lagi. Tanpa ia duga, Nara duduk di atas tubuh Argan. Kedua pasang mata itu bertemu. Argan tersenyum menelisik wajah istrinya yang tersenyum penuh arti padanya. Apalagi saat melihat tubuh indah istrinya yang hanya terbalut pakaian dalam terpampang di depan matanya, hasratnya kembali menggebu.
"Yes, aku mau diperkosa." Argan menyandarkan kedua tangannya di atas kasur, menirukan gaya Nara saat tengah pasrah diciumi olehnya.
Lagi-lagi Nara gemas mendengar kata-kata Argan. Ia menangkup kedua pipi Argan dan sedikit menekannya.
"Mas nggemesin ...."
Argan segera meraih kedua lengan Nara dan membalik tubuh seksi itu hingga posisinya bergantian, Nara di bawah dan Argan menghimpitnya di atas.
"Kamu lebih nggemesin, Na. Masih ada waktu kan sebelum adzan. Mandi bareng, yuk." Argan mengedipkan matanya.
Nara menangkup kedua pipi suaminya. "Mandi apa mandi?"
Argan tersenyum. Ia membopong tubuh Nara ala bridal style menuju kamar mandi. Di dalam mereka masih saja menuntaskan kerinduan yang seolah tak ada habisnya itu. Ciuman hangat keduanya semakin panas diiringi gemericik air yang mengalir dari shower, membasahi tubuh keduanya.
"Ciuman Mas Argan hot banget," desis Nara di sela ciuman mereka.
Argan tersenyum. "Ini bukan hanya hot tapi juga deep. Deep kiss... Ciuman nganti meng njero-njero." (ciuman sampai ke dalam-dalam).
Tawa Nara pun meledak. Saat sedang romantis begini, Argan masih sempat membuat lelucon.
Argan kembali memagut bibir istrinya dan menyesapnya dalam-dalam. Sudah dipastikan acara mandi itu menjadi lebih lama.
******
Seusai sholat Subuh, Nara membuat sostel untuk menyambut Sakha saat nanti pulang ke rumah. Argan tengah menjemputnya di rumah kakek neneknya. Ia menggunakan beberapa bahan seperti sosis, telur, sayuran sesuai stok di kulkas, ada wortel, jamur, dan bawang daun. Ia juga menyiapkan tepung maizena dan bumbu dapur seperti bawang putih, garam, dan merica.
Ia menggunakan plastik yang aman untuk makanan dan juga aman dikukus/direbus untuk tempat sosis dan sayuran yang sudah dicincang. Sosis dibiarkan utuh. Selanjutnya ia tuang adonan telur yang sudah dikocok ke dalam plastik. Telur kocok itu dicampur dengan empat sendok makan tepung maizena, serta dibumbui bawang putih, garam, dan merica yang telah dihaluskan sebelumnya. Langkah terakhir adalah mengukus atau bisa juga merebus hingga matang. Setelah matang, Nara membiarkannya dingin terlebih dahulu sebelum menggorengnya.
(Untuk konsumsi sendiri bisa aja pakai pinggan/wadah tahan panas. Tata sosis di wadah lalu diberi sayuran dan tuang adonan telur di atasnya, kukus sampai matang. Kalau sudah matang, tunggu sampai dingin, potong-potong dan goreng. Bisa juga pakai daun pisang untuk membungkus sosis. Tepung maizena bisa diganti tapioka atau terigu juga boleh. Sekedar ngingetin, kalau nanti kalian ketemu pedagang makanan entah di pasar, di online shop, atau beli makanan enak di suatu tempat, di manapun jangan tanya resep ya. Ini masalah etika dan gak semua pedagang bersikap welcome. Bertanya resep pada pedagang atau mungkin ke rumah makan/restoran sebenarnya bukan hal yang etis. Yang biasa jualan makanan pasti tahu ada kode etik dan memang bukan sesuatu yg polite bertanya resep makanan yang dijual, ini udah jadi etika. Kalau ke aku, aku santai aja dan gak masalah berbagi resep. Ini sekedar mengingatkan ya. Aku sih oke2 aja. Tapi seumpama kalian bertanya pada yang lain dan mereka gak berkenan, takutnya kalian akan menyinggung perasaan mereka).
Nara menata sostel itu di piring dan tak sabar untuk bertemu Sakha. Suara mobil terdengar menderu di luar. Senyum terlukis di wajah Nara kala mendengar suara rem mobil berhenti di halaman.
"Mama ...." Sakha berlari kecil menghambur ke arah Nara. Nara membentangkan kedua tangannya untuk menyambut kedatangan putranya.
"Sakha ...."
Mereka berpelukan begitu erat dengan senyum melengkung di sudut bibit keduanya. Argan tersenyum melihat keakraban anak-ibu itu yang tengah melepas rindu.
"Sakha kangen banget sama Mama." Sakha menatap wajah Nara dengan tatapan polos dan binar ceria yang begitu kentara.
"Mama juga kangen banget sama Sakha. Mama udah bikin sostel buat Sakha. Makan yuk..."
"Asiikkk ... Sakha kangen masakan Mama. Kangen bentonya juga." Nada bicara Sakha terdengar manja.
Nara tersenyum. "Sehari ini Mama izin dari tempat KKN. Jadi Mama bisa ngabisin waktu bareng Sakha."
"Nah, sekarang kita makan dulu ya. Ayah udah laper nih." Argan memegang perutnya.
"Iya, kita makan dulu." Nara menuntun Sakha menuju meja makan.
Betapa bahagia hati Nara melihat suami dan anaknya lahap memakan masakannya. Rasanya sudah lama sekali ia tak melihat pemandangan ini. Masakannya masih menjadi juara di hati suami dan anaknya.
"Mama, hari ini ada baking class di cake shop milik tante Elita. Tadi Sakha baca posternya waktu lewat di depan cake shop tante Elita. Mama mau kan nemeni Sakha ikut baking class?"
Nara tersentak mendengar permintaan Sakha. Rasanya ia malas untuk bertemu Elita. Nara beradu pandang sejenak dengan Argan. Argan beralih menatap Sakha lembut.
"Sakha bikin kue di rumah aja bareng mama." Argan berusaha membujuk.
"Sakha ingin ikut baking class di cake shop tante Elita, Ayah." Sakha merajuk manja.
"Boleh, ya, Yah. Dulu Sakha nggak jadi ikut. Hari ini Sakha ingin ikut." Sakha kembali merajuk.
"Baiklah, nanti Mama temani." Nara tersenyum lembut sembari mengusap rambut putranya.
"Asiikk. Makasih, Mama." Sakha tersenyum lebar.
******
Nara mematut diri di cermin, merapikan kerudung warna ungu muda yang ia kenakan. Argan mendekat ke arahnya dan ikut mengamati bayangan wajah Nara yang memantul di cermin.
"Masya Allah, cantik banget."
Nara melirik ke arah suaminya, "Beneran cantik?"
"Iya, cantik ... paling cantik ... se ... sekandang bebek," lanjut Argan dibarengi cubitan Nara di perut suaminya.
"Mas Argah, ih ... masa sekandang bebek, sih?" Nara mengerucutkan bibirnya, membuat Argan semakin gemas.
"Ya udah, paling cantik di mata dan hati Mas Argan." Argan menaikkan kedua alisnya dan tersenyum.
"Itu baru manis ...." balas Nara dengan seulas senyum.
"Oya, Na, aku ikut nganter kalian, ya."
Nara mendelik. Argan sudah paham atas kecurigaan yang bercokol di hati istrinya.
"Jangan suudzon dulu. Dengerin Mas dulu. Mas ingin nemeni kalian bukan lantaran pingin ketemu Elita. Mas ingin bicara langsung dengan Elita terkait pesan whatsapp-nya waktu kalian chat yang bilang Mas nawarin untuk nganter dia pulang. Mas perlu bicara tegas karena apa yang dia lakukan udah nggak bisa ditolerir."
Nara yang sebelumnya hendak kesal dan nyerocos, mengira Argan ingin memanfaatkan kesempatan bertemu dengan Elita seketika langsung turun emosinya. Ia kembali tenang.
"Baiklah, Mas. Aku pikir Mas Argan sengaja pingin ketemu dia."
Argan tertawa kecil. Ia mengusap pipi istrinya dengan ibu jarinya berkali-kali.
"Kamu masih saja cemburu."
"Oya, barusan Diandra kirim pesan whatsapp. Dia baca statusku. Aku kan bikin status udah sampai di Purwokerto. Dia minta ketemuan sama Alea. Aku ajak aja mereka ke cake shop. Mudah-mudahan aja Alea tetap bisa ikutan baking class meski sebelumnya belum mendaftar, kali aja bisa mendaftar langsung sebelum kelas dimulai. Kalau Sakha kan udah aku daftarin tadi setelah makan, menghubungi ke instagram admin baking class milik cake shop Elita. Alhamdulillah masih ada slot yang kosong. Mas Argan juga udah transfer biayanya, 'kan?"
Argan manggut-manggut. "Iya Mas udah transfer. Insya Allah Alea tetap bisa ikut. Aku bilang aja nanti ke Elita, Alea ini calon mantu masa depan, pasti boleh ikut."
Nara tertawa renyah. "Sakha dan Alea masih kecil, Mas udah main jodoh-jodohin."
Argan ikut tertawa. "Cuma becanda kok. Tapi seumpama saat mereka dewasa saling jatuh cinta dan berjodoh, ya tak apa."
Nara senyum-senyum sendiri membayangkan Sakha dan Alea sudah dewasa. Tak terbayang bagaimana kedua anak polos yang sering bertengkar itu bisa jatuh cinta saat mereka dewasa.
******
Argan mengemudi di depan, Nara duduk di sebelahnya. Sedang Sakha duduk di belakang, asik membaca cerita bergambar. Sakha menutup bukunya lalu melirik mamanya.
"Ma ...."
Nara menoleh ke belakang. "Iya, Sayang."
"Bumi kan punya bulan, mars juga punya bulan. Kenapa Merkurius dan Venus nggak punya bulan?"
Nara membelalakan matanya. Argan tertawa.
"Mama bingung." Argan meledek Nara.
"Emang ayah tahu jawabannya?" Nara balik bertanya pada suaminya.
"Itu kan bukan bidangnya Ayah," balas Argan santai.
"Itu juga bukan bidangnya Mama karena mama kuliah ekonomi. Tapi as a mother, I have to upgrade my knowledge, in many aspects. Sebagai orang tua kita harus tahu banyak hal meski bukan bidang yang kita pelajari."
"Iya, iya, Mama benar." Argan tersenyum.
"Jadi jawabannya apa?" Sakha bertanya lagi.
"Seingat Mama sih ada kaitannya dengan gravitasi. Bentar mama Googling dulu."
Argan tertawa cekikikan. "Lagi-lagi butuh google ya, Ma."
"Anak sekarang kritis-kritis, Ayah. Internet banyak membantu," tukas Nara.
Nara membaca artikel di layar ponselnya.
"Oh jadi gini, Sakha. Menurut astronom, proses pembentukan satelit pengiring planet itu ada 3, yg pertama saat pembentukan planet ada materi yang tidak bisa diakresi planet. Materi inilah yang menjadi satelit. Kedua satelit terbentuk karena asteroid dan komet terperangkap gravitasi planet dan akhirnya menjadi satelit. Ketiga satelit terbentuk karena planet bertabrakan dengan objek besar. Sisa tumbukan itu terperangkap gravitasi planet dan mulai mengorbit planet tersebut."
Nara mengambil napas sejenak lalu mengembuskannya.
"Nah, mengingat jarak Merkurius dan Venus yang dekat dengan matahari, saat ada asteroid dan komet yang melintas, gaya gravitasi matahari yang lebih dominan akan melahap asteroid dan komet itu. Begitu pula saat ada tabrakan dengan objek besar, sisa tabrakan yang terperangkap gravitasi planet akan sulit memiliki orbit yang stabil dikarenakan jarak kedua planet ini dekat ke matahari. Satelit yang berada jauh dari kedua planet itu akan ditangkap matahari, sedang yang berada dekat kedua planet akan hancur karena gaya gravitasi dan gaya pasang surut planet." Nara menyudahi bacaannya.
"Oh gitu. Mama benar kok, ada kaitannya sama gravitasi dan yang pasti jarak Venus dan Merkurius yang dekat matahari juga jadi penyebab." Sakha tersenyum.
"Ma, kalau misal nanti aku jadi astronot, mungkin nggak selalu terbang ke bulan atau planet lain, tapi bisa kerja di stasiun luar angkasa," celoteh Sakha sambil membayangkan dirinya berseragam astronot.
"Iya, Sayang, astronot juga bisa bekerja di stasiun ruang angkasa, di ISS International Space Station." Nara menanggapi.
Argan melirik Sakha dan Nara bergantian. "Kalau ngomongin astronomi kalian nyambung."
"Ya karena Sakha suka astronomi. Kalau Ayah suka apa?" Sakha penasaran juga, hal apa yang disukai ayahnya.
Argan berpikir sejenak. Ia sibuk bermonolog dalam hati, paling suka tidur sama mamamu...szzzttt... Jawaban yang sangat jujur dari hatinya yang terdalam. Namun, untuk menjawab pertanyaan Sakha, tentu bukan jawaban seperti itu yang akan ia berikan.
"Ya, Ayah suka mengajar. Ayah kan dosen. Ayah juga suka kalau lagi bareng-bareng sama Sakha dan Mama." Sesekali Argan melirik Sakha dan Nara sementara pandangan matanya tetap fokus ke depan.
"Sakha juga suka kalau lagi bareng Ayah dan Mama."
Nara tersenyum. "Mama juga, Sayang."
Sakha membuka botol minumnya dan meneguknya pelan. Tak berapa lama kemudian, mereka tiba di cake shop milik Elita. Sakha semakin bersemangat. Ia turun dari mobil sebelum kedua orang tuanya turun. Nara menggandeng tangan Sakha dan melangkah masuk ke dalam, Argan mengikuti dari belakang.
Mata Sakha terbelalak tatkala tatapan matanya tertuju pada Alea dan ibunya. Little devil ... pekiknya dalam hati. Alea mengedarkan pandangannya. Pupilnya melebar kala ia menatap Nara ada di pojok kanan.
"Tante Nara ...." suara Alea yang cempreng melengking mengagetkan semua yang ada di sana.
"Alea ...." Nara tersenyum lebar.
Alea setengah berlari mendekat ke arah Nara. Ia merangkul Nara begitu erat. Nara mengelus-ngelus punggung gadis cilik itu lembut.
"Tante kangen banget sama Alea."
"Alea juga kangen sama Tante Nara."
Sakha menekuk wajahnya yang sudah cemberut tak karuan. Diandra tersenyum dan menatap Nara serta Argan bergantian.
"Senengnya ketemu kalian. Gimana kabar kalian?"
"Alhamdulillah baik, Di. Kamu dan Alea gimana kabarnya?" balas Argan dengan senyum khasnya.
"Alhamdulillah baik juga. Nara lagi izin dari KKN, ya?" Diandra mengalihkan pandangannya ke arah Nara.
"Iya, Di, izin sehari ini. Oya Alea udah mendaftar?" Nara mengelus pipi Alea dengan gemasnya. Sakha tak suka melihatnya.
"Udah tadi, alhamdulillah masih ada satu slot kosong." Diandra menatap Sakha yang diam tak bersuara.
"Anak ganteng kok diem aja? Lagi nggak enak badan, ya?" Diandra mengusap rambut Sakha.
Sakha mengulas senyum dan menggeleng. "Sakha baik-baik aja, kok." Matanya kembali menyasar pada Alea yang tangannya tak lepas menggandeng Mama Nara-nya.
"Untuk para peserta baking class silakan naik ke atas. Acara akan dimulai." Salah satu karyawati menyapu pandangannya pada semua peserta yang sudah hadir di cake shop.
Anak-anak dan para ibu mereka bergegas menaiki tangga, Argan ikut naik ke atas. Kelas baking ini membatasi hanya menerima sepuluh peserta saja agar tidak terlalu banyak dan padat. Elita cukup kaget melihat kedatangan Nara bersama Sakha dan Argan. Dia tak tahu Sakha ikut mendaftar baking class karena admin yang mengurus pendaftaran. Kedua matanya beradu dengan sepasang mata tajam Nara. Meski ia tak menyukai wanita itu, Elita tetap bersikap profesional.
Kelas dimulai dengan sambutan ramah Elita yang menjelaskan apa yang akan dipelajari para peserta. Materi baking class hari ini adalah membuat muffin ubi ungu . Elita menjabarkan bahan-bahan yang akan digunakan seperti tepung terigu, mentega, gula pasir, ubi ungu kukus yang telah dihancurkan, baking powder, vanila bubuk, minyak goreng, dan telur.
Setiap anak didampingi ibunya masing-masing mulai diarahkan untuk membuat muffin tahap demi tahap. Pertama anak-anak diarahkan untuk mengocok mentega dengan whisk sampai teksturnya seperti krim. Anak-anak yang merasa kelelahan saat mengaduk, ibunya menggantikannya. Pada baking class kali ini memang sengaja tidak menggunakan mixer agar anak-anak lebih mudah mempraktikannya. Selanjutnya anak-anak dituntun untuk menuang minyak sedikit demi sedikit oleh Elita dan para asisten, sementara ibu mereka terus mengaduk-aduk mentega. Berikutnya anak diarahkan untuk menuang gula dan vanila bubuk.
Langkah berikutnya adalah memasukkan telur sambil terus diaduk, dilanjut dengan memasukkan tepung terigu protein tinggi dan sedang yang sudah diayak, aduk dengan spatula. Selanjutnya anak-anak dituntun untuk memasukkan ubi ungu yang sudah dihaluskan lalu diaduk-aduk sampai rata. Terakhir adonan dimasukkan ke dalam cup sekitar 3/4 bagian, kemudian anak-anak dibebaskan memilih topping. Ada yang menaburi adonan dengan almond, ada yang memilih choco chip, kismis, atau keju. Berikutnya adonan yang sudah ditaburi topping, dipanggang dalam oven.
Sumber resep : http://cekresepmasak.blogspot.com/2016/04/resep-muffin-labu-kuning-tanpa-mixer.html?m=1, aku ganti pakai ubi ungu.
Sambil menunggu muffin selesai dipanggang, anak-anak dan para orang tua disuguhi muffin ubi ungu yang sudah dibuat sebelumnya oleh Elita dan asistennya. Anak-anak menyukainya dan mereka semakin penasaran dengan rasa muffin yang mereka buat.
Sumber foto : google
"Hmm enak banget." Alea melahap muffin yang bertabur keju.
"Alea belum nyoba yang ditaburi almond, ya? Ini enak juga," ucap Nara.
"Mau dong disuapin tante Nara," cicit Alea dengan tampang innocent-nya.
"Kamu makan sendiri aja. Manja banget minta disuapin." Sakha menggerutu dan menatap Alea dengan tatapan tak suka.
"Biarin, mumpung ketemu Tante Nara." Alea menjulurkan lidahnya, mencibir.
Sakha semakin kesal. "Kamu minta suapin aja sama mamamu."
Diandra dan Argan menahan tawa melihat gelagat kecemburuan Sakha.
"Biar adil, mama Nara suapin dua-duanya, ya." Nara tersenyum dan menyuapkan satu cupcake ke mulut Sakha setelah sebelumnya memberi satu suapan ke mulut mungil Alea.
Argan mengamati Elita yang sedang berdiri di sebelah meja dapur. Tatapannya menyasar pada anak-anak yang tengah lahap memakan muffin bersama ibu masing-masing. Gadis itu merasakan kecemburuan saat melihat keakraban Argan dan keluarga kecilnya. Argan rasa ini kesempatan yang tepat untuk bicara dengannya. Ia melirik Nara, Nara juga melihatnya sepintas.
"Aku mau bicara dengan Elita dulu, ya." Argan meminta izin.
Nara mengangguk. Ia tak keberatan Argan bicara pada Elita karena ia hanya akan memberi ketegasan agar wanita itu tidak lagi mencoba merusak rumah tangganya dan Argan.
Argan melangkah menghampiri Elita. Elita terkesiap dan seketika dadanya bergemuruh. Sedari dulu ia memang menyimpan perasaan pada Argan.
"Elita bisa kita bicara sebentar?"
Elita sedikit terhenyak dan tak bisa menebak apa yang akan dibicarakan Argan. Namun ia senang bisa berbicara dengan Argan dari dekat.
"Di sini?" Elita mengangkat kedua alisnya.
"Ya, tentu saja di sini. Di sini ada banyak orang. Dan itu bagus. Aku jamin mereka nggak mendengarnya karena fokus dengan anak masing-masing," tukas Argan datar.
"Silakan," balas Elita singkat.
"Aku mohon jangan lagi mengarang cerita yang bisa memancing kecemburuan Nara. Aku nggak nyaman. Kemarin kami bertengkar karena kamu memasang status foto saat makan es krim. Kamu juga bilang ke Nara kalau aku nawarin nganter kamu pulang. Ini benar-benar fatal, El. Kamu udah mengarang cerita. Entah apa maksudmu. Kamu senang kalau aku dan Nara bertengkar?" tatapan Argan begitu menghunjam dan dingin.
Elita memaksakan kedua sudut bibirnya untuk tersenyum. "Aku nggak bermaksud apa-apa beneran ... aku hanya salah mengetik saja. Atau mungkin Nara yang salah menangkap isi chat-ku. Aku nggak pernah berniat menyulut kecemburuan. Aku selalu berharap kamu bahagia bersama Nara meski perjodohan kita gagal."
Argan tersenyum sinis. "Nggak usah muter-muter. Aku tahu siapa yang harus aku percaya." Kata-kata Argan begitu pedas dan tepat sasaran. Ia berlalu begitu saja dari hadapan Elita dan kembali pada keluarga kecilnya.
Elita tak tahu harus menanggapi apa. Mendadak bibirnya serasa kelu dan ia kehabisan kata untuk membela diri. Ia melihat keluarga kecil itu dengan kecemburuan yang masih sedemikian besar. Sakit ... Argan begitu mudah mendapatkan cinta yang baru, sedang ia masih mengharapkan cinta laki-laki itu dan ia tak bisa menghapus perasaannya yang sudah terlanjur mengakar.
******
Scene Sakha nanya ke Nara tentang Merkurius dan Venus yang nggak punya bulan itu inspirasi dr real, saat anak nanya soal ini. Yg udah follow ig-ku dan baca postingan ini mungkin udah tahu.
Udah cukup panjang ya. Oya makasih untuk pembaca yang udah comment judul cerita yang udah dibaca. Seneng rasanya saat tahu ada pembaca yang udah baca semua ceritaku atau hampir semuanya, entah yang udah tamat maupun on going, bahkan setia vote dan comment juga. Aku nggak akan lupa awal-awal aku join di wattpad dengan cerita Ready for Mariage, ada beberapa pembaca loyal yang ngikutin perjalananku dari awal sampai sekarang dan membaca semua atau hampir semua karyaku. Aku juga berterima kasih sama pembaca yang mungkin baru baca beberapa karya atau belum pada tamat bacanya atau bahkan baru baca satu judul pun aku tetap berterima kasih. Makasih juga untuk semua supportnya.
Next keseruan Nara di tempat KKN masih akan diceritakan, termasuk cerita teman-teman Nara juga jadi satu selingan yang menghibur.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro