7. Mitos dan Fakta
Dulu aku pernah bahas mitos hamil di cerita Mr.Neat Freak VS Mrs.Messy. Cerita tersebut sudah dipindah ke dreame. Jadi ada sedikit dari bab itu yang aku ceritakan juga di sini. Sedikit remake dari part mitos di cerita tersebut tapi gak sama persis dan pertambahan pembahasan mitos.
Nara punya aktivitas baru yang menyenangkan saat sedang hamil. Gara-gara sering melihat kerajinan tangan dari flanel di instagram dan youtube, Nara antusias mencoba membuat aneka craft berbahan dasar flanel.
Ia pernah mencoba membuat vespa dan mobil mainan untuk Sakha. Pertama ia membuat kerangkanya dulu dari karton duplex, karton tebal yang biasa ia beli dari tempat fotokopi. Ia lapisi kerangka itu dengan kain flanel yang direkatkan dengan lem tembak. Sakha sangat gembira mendapatkan mainan baru buatan mamanya.
Lem tembak, gambar dari google
Kain flanel, gambar dari google.
Karton duplex, gambar dari google
Miniatur vespa & mobil mainan dari karton duplex dan flanel, author yang bikin. Mudah-mudahan menginspirasi. Selain menumbuhkan kreatifitas, juga mengajarkan anak bahwa mainan itu nggak selalu harus beli. Kita bisa membuatnya sendiri.
Saat ini ia tengah keranjingan membuat mainan flanel untuk menyambut kelahiran bayinya nanti. Ia menjahit bintang-bintang yang rencananya akan ia gantung di atas box bayi atau digantung di depan pintu Sakha dan kamar bayinya kelak. Ia juga membuat mainan boneka hewan dan alat-alat transportasi miniatur. Padahal sebelumnya, Nara kurang begitu antusias dengan aktivitas menjahit. Entah kenapa sejak hamil, ia menyukai kegiatan positif ini. Ia biasa menjahit setelah mengerjakan skripsi dan saat sedang ada waktu luang.
Kreasi flanel author. Dulu bikin buat anak atau pesanan. Saat pesanan banyak, ngumpulin ibu-ibu tetangga untuk menjahit bareng. Sekarang waktunya susah. Kreasi flanel itu seru, silakan yang mau nyoba.
Nara masih asik menjahit, sementara Sakha belum pulang dari TPQ dan suaminya sedang dalam perjalanan pulang.
Suara bel pintu membuyarkan konsentrasinya. Nara melangkah menuju pintu. Rupanya ibu mertua datang bersama adiknya yang bernama Yeti.
"Silakan masuk, Bu dan Bulik." Nara menjabat tangan keduanya ramah.
"Kok sepi? Yang lain pada kemana?" Ranti mengedarkan pandangan seakan tengah mencari keberadaan penghuni lain.
"Mas Argan lagi di jalan menuju rumah. Sakha lagi di TPQ."
Ranti dan Yeti melangkah menuju ruang tengah. Seketika mata Ranti terbelalak melihat kain flanel tergeletak di meja lengkap dengan jarum dan benang.
"Ini siapa yang menjahit?" Ranti memungut satu lembar kain flanel.
"Saya, Bu."
Ranti terperanjat, begitu juga dengan Yeti.
"Astaghfirullah... Nara. Kamu itu lagi hamil, harus lebih berhati-hati dalam bertindak." Wajah Ranti terlihat panik dan penuh sesal karena sedari awal Nara memgandung, ia lupa menjelaskan tentang pantangan ibu hamil.
"Nara jahitnya hati-hati kok, Bu. Ibu nggak usah khawatir." Nara mengernyit.
"Bukan soal itu. Tapi menjahit manual saat hamil itu tidak boleh. Kata orang Jawa itu 'ora ilok', atau orang sana bilangnya pamali. Khawatirnya bayi lahir cacat." Ranti mengelus dada.
Nara bengong. Ia bertanya-tanya apa hubungan antara menjahit dengan bayi lahir cacat? Sama sekali tak masuk akal menurutnya.
"Kok bisa sih menjahit bikin bayi cacat? Emang alasannya apa, Bu?"
"Kamu ini masih bocah, yang penting nurut aja. Kalau kata orang tua ora ilok, ya berarti nggak boleh. Toh nggak ada salahnya menuruti omongan orang tua." Yeti tersenyum miring.
"Assalamu'alaikum."
Ketiga orang tersebut menjawab salam. Argan memasuki ruang tengah dan cukup terkejut dengan kedatangan ibu dan buliknya. Ia menyalami kedua orang yang sangat dihormati itu. Nara membuatkan dua cangkir teh hangat dan menyajikan cemilan serta buah-buahan untuk ibu mertua dan bulik.
Setelah Argan berganti pakaian, mereka kembali berbincang di ruang tengah.
"Istrimu itu mesti diawasi benar-benar, Argan. Tadi waktu ibu ke sini, istrimu lagi jahit. Orang hamil itu nggak ilok jahit. Kata orang tua dulu, jahit manual pakai tangan bisa bikin bayi cacat," ucap Ranti.
Argan tertawa kecil, "Itu kan hanya mitos, Bu. Menjahit itu aktivitas yang positif, bikin pikiran jadi positif juga."
"Walah, suami sama istri sama saja dibilangin. Pokoknya nggak usah ngeyel. Dituruti aja. Memang nggak ada penjelasan ilmiah, tapi nggak ada salahnya dihindari."
Ucapan Ranti terdengar sedikit ketus. Nara dan Argan saling menatap sejenak. Untuk menghindari perdebatan, Argan mengangguk pelan.
"Nggih, Bu."
"Oya, Argan, jangan lupa carikan kelapa hijau buat Nara. Kalau rajin minum kelapa hijau bisa bikin kulit bayi putih dan bersih," tukas Yeti sembari memakan apel yang sudah dipotong.
"Maaf, Bulik, kalau dari yang saya baca air kelapa hijau memang bagus karena mengandung elektrolit dan antioksidan. Jadi sebenarnya bukan membuat kulit bayi putih dan bersih, tapi membuat air ketuban bersih karena elektrolit dan antioksidan mampu menyerap lendir dan kotoran dalam air ketuban. Selain itu ion elektrolit ini bisa mencegah dehidrasi. Lagipula menurut Nara, bayi dengan warna kulit apapun itu lucu dan bikin gemas. Yang mempengaruhi warna kulit bayi itu bisa dari genetik, nutrisi, dan lain-lain. Jadi Nara nggak akan mempermasalahkan apapun warna kulit bayi Nara nanti." Nara menjelaskan fakta yang sebenarnya tentang air kelapa hijau.
"Oh, gitu. Saya pikir bisa bikin kulit bayi bersih," Yeti menanggapi.
Argan melirik sang istri. Ia bersyukur, selama menjalani kehamilan, Nara kerap membaca banyak informasi terkait kehamilan, jadi ia bisa memfilter mana yang hanya sebuah mitos, mana yang merupakan fakta.
"Oya Nara kalau keluar rumah, jangan lupa bawa gunting kecil dan kunyit yang dimasukkan ke peniti. Terus penitinya dikaitkan di baju, untuk menolak bala atau menghindari gangguan setan. Katanya sih orang hamil rawan diganggu makhluk tak kasat mata." Yeti menatap Argan dan Nara bergantian.
"Mohon maaf, Bulik, kalau itu Argan nggak setuju. Yang namanya meminta perlindungan itu hanya pada Allah, bukan pada benda-benda. Dikhawatirkan udah masuk ke ranah syirik, menyekutukan Allah. Nggak semuanya nasihat orang tua zaman dulu mesti diterapkan. Kalau tidak sesuai ya jangan dilaksanakan."
"Betul kata Argan, Yet. Takutnya malah jadi syirik," Ranti menyikapi.
Wanita itu kembali menatap putranya.
"Tapi ibu tetap berpegang pada nasihat orang tua zaman dulu untuk nggak menjahit bagi ibu hamil. Oya, ibu hampir kelupaan. Argan jangan sampai memburu binatang atau bahkan membunuh, nggak boleh memancing juga. Nara juga jangan gitu. Takut bayinya nanti cacat atau sumbing."
Nara dan Argan terdiam.
"Nara juga jangan banyak minum es, bisa bikin bayi besar," lanjut Ranti.
"Kalau untuk bayi besar itu sebenarnya dipengaruhi nutrisi, plasenta yang bisa menyerap nutrisi dengan baik, juga keadaan ibu hamil yang menderita diabetes. Jadi seumpama minum es dikasih sirup atau gula, nah kandungan gulanya ini yang berisiko membuat bayi besar karena bisa meningkatkan risiko diabetes pada ibu hamil, menaikkan kadar gula darah. Selama nggak berlebihan minum es dan es ini dibuat dengan air matang, sebenarnya sih nggak masalah." Nara kembali menjelaskan apa yang ia tahu.
Ranti dan Yeti manggut-manggut.
Nara meraskan gatal-gatal di perut. Ia menggaruk pelan perutnya. Yeti menajamkan penglihatannya ketika mata awasnya tertuju pada tarian jari-jari Nara di perutnya.
"Eh, jangan garuk-garuk perut. Katanya bisa bikin kulit bayi lebam."
Argan dan Nara kembali saling berpandangan. Baik Ranti maupun Yeti masih berpegang pada sesuatu yang menjadi mitos, belum bisa dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Terkadang yang namanya orang tua, rawan merasa sensitif jika anak-anaknya tak mau menuruti nasihat atau bersimpangan pendapat dengannya. Karena itu Argan dan Nara kadang hanya bisa diam ketika orang tua mulai memaksakan kehendak agar pendapatnya diterima.
Setelah Ranti dan Yeti pamit, Nara melangkah ke dapur untuk memasak menu makan malam. Sakha belum pulang dari TPQ.
"Na, kamu duduk saja, biar Mas yang masak." Argan memeluk Nara dari belakang dan mengusap perut istrinya. Ia mendaratkan kecupan di pipi Nara.
"Emang Mas Argan nggak capek?"
Argan menggeleng. Ia mengganti posisinya menghadap Nara. Argan menundukkan badan dan mengecup perut sang istri.
"Dede lagi ngapain di dalam? Baik-baik selalu ya, De. Ayah kangen banget sama Dede. Kalau lagi kerja di luar, rasanya pingin cepet-cepet pulang biar bisa cepet ngobrol sama Dede dan Mama."
Nara tersenyum setiap kali mendengar Argan menyapa Dede bayi di dalam perut. Suara lembutnya seolah menjadi caranya bercerita bahwa ia begitu menyayangi bayi mereka. Usapan jari-jari Argan yang lembut di perut membuat Nara merasa tenang dan nyaman. Jari-jari ini yang selalu menggenggamnya erat seolah dengan sekali genggaman ia meyakinkan bahwa dirinya akan selalu mendampingi dan menguatkan.
Argan kembali berdiri. Ia mendaratkan kecupan di kening sang istri lalu menurun, mengecup bibir ranum Nara yang tak pernah membuatnya bosan.
"Kamu duduk dulu aja, aku yang akan masak," ucap laki-laki itu setelah mengakhiri ciumannya.
Nara mengangguk. Ia duduk, sementara Argan menyiapkan bahan masakan.
"Masak tumis brokoli kayaknya enak nih, banyak zat besinya." Argan mengambil dua kuntum brokoli dari kulkas.
"Dibikin brokoli tepung juga enak, Mas. Jadi brokolinya dicelupin ke tepung bumbu yang sudah dicampur air, terus digulingkan ke tepung bumbu kering, baru deh digoreng. Tepung bumbu emang banyak di pasaran, yang tinggal pakai. Cuma kadang di lidah Nara keasinan. Jadi mending bikin sendiri, tinggal nyampur terigu sama bawang putih, garam, dan merica. Kalau yang menghindari gluten bisa pakai tepung maizena."
"Ide yang bagus juga tuh, Na. Anak-anak yang kurang minat sayur, bisa tertarik untuk memakan brokoli goreng tepung, jadi lebih gurih dan renyah soalnya."
Melihat suami yang cekatan mengolah makanan, Nara mengucap syukur dalam hati. Tak banyak laki-laki yang ketika sudah lelah bekerja di luar, tatkala tiba di rumah, ia masih menyempatkan waktu berbuat sesuatu yang meringankan tugas istri. Tak banyak laki-laki yang mampu menjadi sahabat terbaik untuk istrinya dan bahkan memperlakukannya seperti seorang ratu. Tak banyak laki-laki yang dengan kebesaran jiwanya mau mendengar segala celoteh termasuk amarah sang istri untuk kemudian meminta maaf, tak peduli siapa yang salah, siapa yang memulai. Laki-laki tipikal seperti ini selalu teringat akan perjuangan istri yang bahkan sudah begitu luar biasa kendati bayi dalam rahimnya belum terlahir, apalagi saat tiba melahirkan nanti. Mereka tahu, bahkan jika ditebus nyawa sekalipun, mereka tak mampu membayar perjuangan istri kala hamil, melahirkan, dan mengurus buah hati.
Nara tersenyum. Argan adalah belahan hati dan sebelah sayap yang dianugerahkan Allah untuknya. Cintanya membuatnya semakin memahami makna hidup dan mengarahkannya untuk lebih dekat pada Allah. Ia belajar lebih menghargai dirinya, mencintai diri sendiri hingga bisa berubah menjadi manusia yang lebih baik.
Pernikahan yang berhasil adalah pernikahan yang mampu membuatmu belajar dan menghargai hidup. Pernikahan yang membuatmu menemukan versi terbaik darimu. Pernikahan yang membuatmu semakin mencintai Rabb-mu.
Argan melirik Nara yang menatapnya lekat.
"Takjub ya melihat orang ganteng masak?"
Nara tertawa mendengar celoteh sang suami. Ia beranjak dan memeluk Argan erat dari belakang. Ia sandarkan kepala di punggung tegap itu.
"Manis banget, nih. Pasti ada maunya." Argan tersenyum sambil mengiris brokoli.
"Setiap hari rasanya selalu jatuh cinta sama kamu, Mas," ucap Nara masih memeluk sang suami.
Argan berhenti mengiris brokoli. Ia berbalik dan menangkup kedua pipi istrinya. Pendaran cinta masih terasa begitu dalam dan terang dari manik beningnya.
"Sama, Mas juga."
Kedua mata itu kembali beradu. Argan mengecup bibir itu sekali lagi. Ia lanjutkan dengan menyesap leher istrinya yang rasanya sayang sekali jika dilewatkan. Laki-laki itu berbisik, "Nanti malam, ya."
"Nanti malam apa?" Nara tertawa pendek.
"Pura-pura nggak ngerti." Argan mencubit pipi Nara gemas.
Nara tertawa sekali lagi.
"Oya, Na, Mas mau tanya. Mas pernah baca katanya orgasme bisa merangsang kontraksi, apa nggak masalah jika kita berhubungan? Bahkan ada mitos yang bilang seks bisa bikin keguguran."
Nara tersenyum tipis.
"Nara kan udah pernah jelasin kalau kondisi kandungan baik-baik saja tidak masalah. Kemarin Nara baru baca artikel di internet. Janin di dalam rahim ini dilindungi cairan ketuban, lubang serviks tertutup, dan ada stelker lendir, jadi nggak bisa dilalui sperma. Kalau kondisi kehamilan bermasalah, dokter menyarankan untuk menghindari seks di kehamilan muda karena risiko pecahnya selaput ketuban, plasenta previa, ada risiko keguguran, plasenta menutupi sebagian leher rahim, ada masalah di rahim, pendarahan vagina, dan lain-lain."
Argan mengangguk mendengar ilmu baru dari Nara.
"Terus untuk masalah orgasme yang bisa merangsang kontraksi ini biasanya di kehamilan tua, menjelang persalinan. Orgasme itu memicu keluarnya prosta.. prosta apa ya... Bentar Nara ingat-ingat. Oya prostaglandin. Nah prostaglandin ini dapat merangsang kontraksi."
"Kamu pinter banget, sih. Istrinya siapa?" Argan kembali mencubit pipi sang istri.
Nara tersenyum, "Nara tahu karena Nara banyak baca, Mas."
"Bagus itu, Na. Banyak baca membuat pengetahuan bertambah. Oya menyikapi soal mitos tadi, emang banyak ya mitos yang nggak masuk akal. Namun kita ambil positifnya jika memang bisa diambil positif. Misal gini, Mas pernah denger kalau ibu hamil nggak boleh duduk di tengah pintu karena dikhawatirkan proses persalinan akan mengalami kesulitan, bayi susah menemukan jalan lahir. Ini mitos namanya. Tapi kita bisa mengambil sesuatu yang positif. Lha ngapain juga kan duduk di tengah pintu? Menghalangi orang yang mau lewat. Jadi emang nggak boleh duduk di tengah pintu karena menghalangi jalan. Paham nggak maksud Mas?"
"Iya, paham, Mas."
"Ya udah, Mas mau lanjut masak lagi."
"Nara bantuin deh. Nara bagian nyuci piring." Nara melangkah mendekat ke wastafel.
Acara memasak menjadi lebih hangat dan menyenangkan karena kerja sama yang baik antar suami istri. Sesekali tawa memecah kala mereka membicarakan hal-hal yang lucu. Sepasang suami-istri itu seperti sahabat terbaik, dimana jika salah satu bahagia maka keduanya bahagia dan jika salah satunya sedih, yang lain pun akan merasa sedih. Keduanya akan selalu berusaha untuk saling menguatkan, mengingatkan, dan mendukung dalam kebaikan.
******
Akan dilanjut setelah vote mencapai 2rb biar sambil istirahat jg hehe
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro