Ayah, Ingat Namaku.
Aku rindu sosok itu,
Selalu kunanti di penghujung minggu.
Di pangkumu, aku bersenandung malu.
Tak tahu kapan masih mampu begitu.
Hari ini aku jauh dari handai taulan,
Jauh pula dari rengkuh kasihmu.
Aku bersembunyi dibalik senyum dan tawa konyolku.
Hingga mereka tak tahu betapa rindu aku akan dirimu.
Sudah sekian tahun berlalu,
Bahkan sejak kaulupa namaku.
Tak pernah lagi kudengar sisipan namaku terhembus bersama napasmu.
Kau kini kurindu,
Mungkin nanti kita akan bertemu.
Meski letih kulihat tangis ibu membeku,
Tiap kali kutanya tentang rupamu.
Lantas pantaskah aku menyimpan dendam padamu?
Meski kutahu ibu tak lagi bersamamu.
Ayah, mungkin aku tak pernah lihat lagi rupamu.
Namun pantaskah kusimpan rasa kesal berkecamuk ini?
Ayah, aku tak tahu apakah sungguh aku membencimu.
Bahkan saat ada yang menyinggung tentangmu,
aku hanya mampu menangis pilu.
Ayah, mungkin kau berpikir aku membencimu.
Tapi percayalah,
Aku selalu menunggumu.
Mengambil potret bersama, saat toga berada di atas kepalaku.
Ayah, aku tahu anak laki-laki tak pantas menangis pilu dan memohon.
Bahkan jika kau datang dan memintaku bersimpuh.
Ayah, kumohon ... Ingatlah namaku.
Terinspirasi dari kisah yang sukses bikin nangis hari ini :"
Buat kita semua yang masih bisa sama-sama ortu kita, jangan buang waktu hanya untuk mengecewakan mereka.
Viohei
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro