Cԋαρƚҽɾ 2: Wҽιɾԃ Hσυʂҽ
Arik termangu menyoroti bangunan seram di depannya, sedari tadi ia belum berkedip bak memiliki atensi tersendiri pada rumah tua tak bertingkat yang cat putihnya tampak sangat kusam itu. Lain halnya dengan Nathan yang sudah ratusan kali meyakinkan dirinya sendiri untuk menginjakkan kaki ke rumah angker demi menemani sahabat anehnya.
Ada sebuah pohon ceri besar yang gersang di depan halaman rumah itu. Pohon besar yang tampaknya sudah tua itu menambah kesan ngeri. Hawa dingin kian menguar ̶ menelusup ke dalam kulit dan membuat bulu roma meremang.
KROAK KROAKK!
"WOI APAAN ITU?!" Nathan sontak terperanjat saat segerombolan burung gagak berterbangan dari arah belakang rumah. Ia segera mengejar Arik yang sudah mendahuluinya sampai di ambang pintu. Nathan lekas menarik kain belakang kaos Arik dan tentu saja langsung ditepis oleh empunya.
Arik menyeletuk kelewat santai pada sohibnya, "Itu sambutan selamat datang Than."
Hal itu membuat Nathan menukik-kan alisnya. "Gelo sia! Mana ada sambutan kayak gitu. Rik udahlah gue pulang ya."
"Dih apaan ketemu orang nya aja belum, pemberani banget lo."
"Yaudah lo yang ketuk pintunya."
"Oke! Salam nggak nih?" tanya Arik dengan kerlingan jahil. Pada akhirnya ia juga yang mengalah, memang tugas jagoan huft.
Nathan menjitak pelan dahi Arik kesal. "Ya salam lah!"
Yang dijitak mengaduh kesakitan. Lebay. Dan mereka pun ribut lagi, haduh.
Krieettt
Pintu rumah di hadapan mereka tiba-tiba dibuka dari dalam. Keriyutnya terdengar sangat menyeramkan di telinga. Tepat setelahnya muncul sosok kakek berjanggut putih berdiri statis di hadapan Arik dan Nathan, kakek yang konon bernama Seno itu wajahnya tidak terlalu bersahabat ̶ ditambah lagi kini ia memegang perkakas palu besar di tangan kirinya.
Nathan membulatkan bola matanya melihat sosok Kakek Seno secara langsung di depannya. Ia menelan salivanya dan tergerak mundur ke belakang Arik.
"A-a-assalamualaikum Kek," ucap Arik terbata sembari mencoba tersenyum pada pria tua di depannya.
Tak disangka-sangka, kakek itu membalas ramah salam Arik, "Waalaikumsalam, kamu siapa ya?"
Bukannya menjawab, Arik justru terbelalak memerhatikan isi rumah Kakek Seno yang terlihat sedikit dari celah pintu. Ia melihat asap berwarna-warni memenuhi langit-langit ruangan, juga ada paus kecil yang mengambang; berenang-renang di bawah naungan asap pelangi itu. Saat dirinya mencoba menelisik lebih dalam, Kek Seno cepat-cepat menutup pintu rumahnya ̶ membuat Arik teralihkan.
"Iya Kek, saya yang baru pindah nempatin rumah di sebrang," jawab Arik tak lupa menyembunyikan ekspresi keterkejutannya barusan.
"Oh ... ada perlu apa kemari?"
"Anu Kek, pipa air rumah saya rusak, kata bundanya Nathan kakek bisa benerin ya?" tanya Arik basa-basi selagi melemparkan pandangannya pada Nathan yang langsung ciut.
"Kakek lihat dulu ya rusaknya, ya sudah ayok saya ambil peralatan dulu," lugas Kek Seno lalu masuk ke dalam rumahnya mengambil peralatan. Kakek itu benar-benar tak menyisakan celah sedikitpun saat membuka pintu rumah, gesit sekali dirinya langsung menutup pintu.
"Lo ga lihat yang barusan?!" tanya Arik penuh penekanan pada Nathan yang kini dipelototinya.
Nathan kebingungan sendiri, ia menggelengkan kepalanya cepat, "Nggak, apaan sih?"
.•¤֎¤•.
Imey menyilangkan tangannya di depan dada, pandangannya ke langit-langit ruangan tampak menimang-nimang sesuatu. Single parent itu sedang berbincang dengan Kek Seno perihal ledeng air rumahnya yang rusak. "Wah saya kurang paham juga sih Kek, rusaknya parah atau enggak, mari deh langsung ke dapur biar kakek cek sendiri."
"Rik, tuangin jus jeruk di kulkas ya buat Kek Seno!" seru Imey pada putra semata wayangnya di halaman depan.
"I-Iya mom!" balas Arik dari kejauhan yang suaranya teredam.
Panggilan mommy-nya itu membuyarkan kegiatan mengintip Arik yang sedang mengulik rumah Kek Seno dari halaman depan rumahnya. Sementara Nathan yang tidak tahu menahu apapun hanya pasrah menurut saja dikomando Arik untuk menyenteri jendela rumah Kek Seno, jelas-jelas tidak akan terlihat apa-apa karena siang hari. Karena sudah 15 menitan lebih mereka menguntit rumah itu tapi tidak membuahkan hasil apa-apa, Arik menyerah, ia memilih untuk menyajikan jus jeruk saja untuk Kek Seno.
Nathan menghela napas lelah. "Gue juga mau dong jus jeruk dong Rik, eh wifi rumah lo udah nyala kan?"
"Iya udah," jawab Arik malas-malasan selagi menuangkan jus.
"Oke anter jusnya ke kamar lo, gue tunggu sambil push rank mobail lejen!" cetus Nathan menepuk bahu Arik penuh tenaga lalu bergegas ke kamar.
Arik mendesis kesal setelahnya. Ia beranjak mengantarkan jus jeruk pada Kek Seno dahulu. Sembari menuju wastafel dapur, ia terus menggerutu tentang rumah Kek Seno. Penasaran setengah mati, dirinya yakin ada sesuatu yang tidak biasa dalam rumah itu. "Ini kek jus-nya," ujar Arik meletakkan jus jeruk di meja dapur. Kek Seno tampak sibuk berkutat dengan perkakas dan pipa ledeng wastafel, ia hanya mengangguk singkat lalu berterimakasih.
Arik tak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak mengutarakan rasa penasaran pada rumah Kek Seno, akhirnya ia mengungkapkan yang sedari tadi dipendam. "Saya lihat Kek ... yang ada di dalam rumah Kakek tadi."
Celetuk singkat itu sukses membuat Kek Seno jadi mengalihkan perhatiannya. Ia memasang ekspresi wajar, namun tatapan matanya sangat dalam. Tak berselang lama, Arik tak lagi dihiraukannya ̶ ia kembali sibuk dengan pipa di depannya.
Namun seorang Alaric tidak menyudahi hal begitu saja. "Arik nggak salah lihat kan Kek?" tanyanya memastikan.
Tak direspon. Arik pun hanya bisa menghela napas. Susah juga ngajak ngobrol Kek Seno, batin Arik galau. Ia pun memutuskan untuk pergi ke gudang, mengambil mesin temuan rahasianya yang sempat terlupakan. Ya daripada susah payah chit chat dengan kakek tua, mendingan dirinya mengutak-atik mesin itu.
"Gimana mesin itu ada sama kamu? Cepat kembalikan!" sergah Kek Seno tiba-tiba sekembalinya Arik dari gudang dengan mesin unik di tangannya.
Arik terlonjak kaget. Pikirannya segera diserbu ribuan pertanyaan. Tapi ia tidak lama memutar otak, karena kini ia tahu semuanya berkaitan dan siapa dalang dibaliknya. Portal magis yang kemarin muncul dan keanehan rumah Kek Seno. Mungkin ruang fantasi benar-benar nyata adanya. Jackpot!
"Arik kasih mesin ini kalau Kakek bolehin Arik, eh enggak, saya dan Nathan main ke rumah Kakek," selorohnya disertai seringai lebar.
Kek Seno membulatkan netranya. Ia mendengus pasrah dan menyetujui, "Baiklah."
"YESSS!" seru Arik kegirangan sampai meninju tagannya ke udara. Tak lupa ia langsung menyerakan mesin itu pada Kek Seno.
Kek Seno cepat-cepat berkemas, kerjaannya harus ditunda dulu demi mesin kecil mematikan yang ditemukan Arik. "Bilang ibumu pipa airnya kakek lanjut besok lagi," ujarnya pada Arik dan dibalas dengan acungan hormat.
Tepat setelahnya Nathan datang mengeluh, "Woi Arik! Kok lama banget jus jeruk gue ...."
"Nggak ada jus jeruk, kita ke rumah Kek Seno sekarang!"
"HAH?!" pekik Nathan kaget membulatkan bola matanya.
Dan Kek Seno pun beranjak pulang ke rumahnya bersama dua bocah pengacau. Ia hanya bisa menghembuskan napas lelah. Suram sekali dirinya membayangkan, rumahnya yang penuh kejutan akan didatangi orang selain dirinya. Setidaknya ia lega, mesin berbahaya itu kini telah berpulang ke genggamannya lagi.
Southy, bertahanlah di sana, aku akan menjemputmu pulang.
.•¤֎¤•.
"WOAHH!"
Arik terpana bukan main begitu tungkainya melangkah masuk rumah Kek Seno. Matanya benar-benar dimanjakan oleh pemandangan bak mimpi. Rasanya ia seperti masuk ke dalam film fantasi yang di dalamnya ada beragam makhluk magis.
Di langit-langit ruangan betulan ada awan warna-warni dan gerombolan paus yang berenang-renang riang. Di setiap sudut ornamen pun ada burung emas, terbangnya tenang yang memancarkan pijaran cahaya terang. Lalu, whoop, ada kawanan kancil berlarian menghidupkan suasana ramai. Belum lagi makhluk seperti peri kecil terbang ̶ elf, yang bernyanyi dengan merdunya seakan menyambut kedatangan.
Dan semua itu terjadi di dalam sebuah rumah yang dari luar nampak luar biasa horornya. Goosebumps!
"HAHAHAHAHA!"
Nathan tertawa. Nada suaranya tak terdengar seperti tawa kagum melainkan lebih menganggap remeh.
"Haduh capek banget ketawa, tapi keren Kek, ini proyeksi nya bagus banget malah hampir terasa nyata. Wah merek apa nih proyektornya? Rik ayo cari dimana proyektornya," tukasnya pada Arik masih sambil terbahak.
Kek Seno yang termenung di sudut ruangan menggelengkan kepalanya, lelah melihat perangai Nathan. Ia menghela napas berat untuk kesekian kalinya.
Saat sibuk kesana kemari mencari proyektor yang dimaksud Nathan, seekor anak kancil menyeruduk betis bawahnya. Bocah itu baru menyadari itu terasa benar-benar nyata. Terperanjat pastinya, sampai Nathan terlihat kehabisan udara dan netranya menggulir nampak putih semua.
BRUKK!
Nathan jatuh di tempat dan pingsan saat itu juga.
"Nathan!"
"Mungkin memang harusnya Kakek nggak lihatin semua ini, pindahkan ke sofa dulu," kata Kek Seno lekas membantu Arik menggotong sebongkah manusia binal bernama Nathan.
Namun entah kenapa ada secuil perasaan senang jauh dalam lubuk hati kecil Kek Seno. Setelah bertahun-tahun rumahnya hanya dihuni dirinya seorang dan makhluk-mahkluk magis, hari ini ia bisa berbagi secercah kebahagiaan pada orang lain. Asalkan bisa membuat seseorang riang, ternyata tidak buruk. Terbitlah seulas senyuman yang menutupi garis-garis keriput wajahnya.
Arik ikut duduk di sofa tempat Nathan dibaringkan. Ia tak bisa menahan kekehan girang bermain dengan para elf mungil yang berterbangan lihai melewati jari-jari tangannya. "Ini bukan mimpi kan kek?"
"Apa masih nggak percaya? Yang kamu lihat sekarang ini betulan nyata."
Arik tentu tidak percaya. Kini ia merasakan langsung ruang fantasi yang didambakannya. Dari detik pertama masuk sampai sekarang pun ia tak bisa berhenti menyunggingkan senyum terpana.
Arik tak pernah menyangka, rumah angker yang digandrungi rumor menyeramkan di dalamnya justru seperti surga magis. Begitu juga dengan Kek Seno. Dikenal sebagai entitas sepi yang tinggal seorang diri, rupanya tidak sepenuhnya benar. Malahan rumahnya ramai dihuni banyak elemen kebahagiaan yang tidak mungkin orang awam dapat mengerti.
"Ini belum ada setengahnya," celetuk Kek Seno.
Sukses membuat bola mata Arik terbelalak sempurna. "Tapi mereka datang dari mana?" tanya Arik tak kunjung puas.
"Dimensi fantasi, nun jauh di ujung dunia."
"Jadi ... ada dimensi lain di luar sana?"
To be continued ...
Regards, Reyn
hiks aku bingung ini updatenya mau seminggu dua kali atau sebulan sekali, padahal yang nungguin juga gaada LOL :)))
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro