Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

enam belas




* u/ @Shiver25 yang sudah pertama kali gercep vote bab sebelumnya *


ANDIN

Andin mendongak dan melihat Sebastian beranjak meninggalkan kantor sambil memasukkan ponsel dan dompetnya ke dalam saku. Bahkan tanpa melihat, Andin tahu ke mana Sebastian pergi. Gadis itu menahan diri untuk tidak menghela nafas. Tidak perlu seorang jenius untuk mengetahui bahwa bosnya sedang dalam perjalanan untuk bertemu kekasihnya, London Star. Setiap hari selalu sama. Panggilan telepon yang Sebastian terima sebelum jam makan siang akan menentukan dengan siapa pria itu akan menghabiskan waktu makan siangnya. Entah keluarganya (baik kakak laki-lakinya, Thornton, atau adik bungsunya, Clara, atau pada kesempatan yang agak jarang, ibu atau ayahnya) atau kekasih terbarunya. Sebagian besar waktu, jawabannya adalah yang terakhir alias kekasih terbaru pria itu.

Karena kenyataannya London baru menelepon lima belas menit yang lalu, sudah ditentukan bahwa Sebastian akan menghabiskan waktu makan siangnya dengan wanita itu. Dan jika tebakan Andin benar, mereka mungkin akan pergi ke restoran di hotel bintang lima di sekitar area itu dan setelah makan siang selesai, mereka akan kembali ke suite dan saling menyantap satu sama lain sebagai hidangan pencuci mulut.

"Aku akan pergi makan siang." Sebastian melihat kontrak yang telah laki-laki itu berikan pada Andin untuk ditinjau lebih jauh di meja gadis itu. Terdapat kerutan samar melintas di wajah Sebastian. "Jangan lupa untuk take a break, Miss Williams."

Andin hanya bisa tersenyum. Ini bukan pertama kalinya Sebastian mengatakan hal itu padanya, dan sepertinya kali ini juga bukan kali terakhir. "Baik, Pak," jawab Andin sebelum kembali fokus pada pekerjaannya.

Begitu Sebastian pergi menghilang di balik pintu, Andin mengambil waktu sejenak untuk bernapas dan bersandar di kursinya. Sebastian tidak melakukan apa pun kendati apa yang terjadi minggu lalu di pestanya dan hal itu membuat Andin merasa tidak nyaman dan cemas. Seolah-olah dirinya sedang menunggu tumit sepatunya patah.

Sebastian terus terus bersikap sopan dan ramah, tidak terlalu formal, tetapi dengan cerdas berada tepat di belakang garis kesopanan yang tampaknya telah pria itu ciptakan di antara mereka. Andin tidak yakin apa yang ada di pikiran Sebastian. Lagipula, Andin memang tidak pernah bisa menebak pikiran laki-laki itu. Sebastian adalah salah satu orang yang paling sulit dibaca dan mungkin itulah salah satu alasan mengapa pria itu adalah pengusaha yang sukses. Sebastian tidak pernah membiarkan lawannya (atau dalam hal ini, siapa pun) menebak apa yang ia pikirkan atau rencanakan.

Andin mengambil dompetnya dari laci pertama dan bangkit dari tempat duduknya. Ia hampir tidak bisa tidur tadi malam karena sadar betul bahwa dirinya harus bertemu Leroy hari ini. Perutnya bergejolak mulas dan merasa tidak nyaman meskipun ia bahkan belum bertemu mantannya itu. Sembari mencoba menenangkan dirinya, Andin menyesap teh hangatnya dan memijat pangkal hidungnya. Ibunya memang benar, minum teh hangat selalu dapat menenangkan pikiran dan batin. Ia bersyukur kebiasaan itu telah diturunkan kepada dirinya oleh ibunya.

Andin menutup matanya sebentar dan kemudian membukanya kembali tatkala notifikasi di komputernya berbunyi. Sebastian mungkin tidak menyadarinya, tetapi salah satu alasan mengapa Andin kerap kali lupa istirahat adalah karena ada begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Summers Entertainment memiliki begitu banyak bisnis termasuk adaptasi film, produksi serial TV, manajemen bakat, agen model, dan banyak lagi. Perusahaan ini tidak hanya fokus pada satu hal namun selama bertahun-tahun, Summers Entertainment terus berkembang. Oleh karena itu semua orang selalu mencari-cari bosnya untuk sesuatu, tetapi tidak semua korespondensi email itu langsung ditujukan kepada Sebastian. Kebanyakan pertanyaan dan sebagian masalah dapat gadis itu selesaikan sehingga Sebastian mempunyai waktu untuk masalah yang jauh lebih penting dan berat dalam menjalankan perusahaan. Dan itu hanyalah salah satu tugasnnya saja, selain itu Andin juga mengatur acara, meeting, dan mengatur kalender kerja Sebastian. Pada beberapa kesempatan lain, Sebastian bahkan meminta Andin untuk melakukan sesuatu yang tidak gadis itu sukai seperti memecat orang atau lebih buruk lagi, memesan kamar hotel untuk kencannya.

Beban kerja terkadang memang sulit, tetapi Andin menikmati tantangannya. Ia tahu dirinya pandai dalam pekerjaannya dan di atas itu, ia tahu bosnya mengandalkannya jauh lebih dari yang mau pria itu akui, dan pasti ada sesuatu yang sedikit memabukkan tentang fakta bahwa seorang pria bernilai miliaran dolar membutuhkan dirinya setiap kali pria itu memiliki masalah yang tidak dapat ia selesaikan atau membutuhkan pendapat Andin.

Sayangnya ini semua akan berakhir begitu last day-nya tiba dalam waktu tiga bulan. Andin menepis pikiran sedih itu dan mulai memindai email yang baru saja masuk. Email itu datang dari hotel yang menginformasikan bahwa hanya ada dua kamar yang tersisa dengan kamar mandi bersama. "Alam semesta sedang mencoba menghukumku atas surat pengunduran diri itu, aku yakin," gumam Andin pelan sambil cepat-cepat mengetik balasannya lalu menekan tombol kirim.

Satu email lagi datang. Kali ini dari bagian legal menanyakan jadwal Sebastian karena ingin berdiskusi singkat tentang perubahan kontrak yang baru. Andin melirik kalender Sebastian untuk hari itu dan berhasil menemukan slot kosong pada pukul tiga sore. Ia lalu memberi tahu tim legal dengan membalas email mereka. Andin juga memastikan untuk mencatat meeting itu sehingga ia bisa memberi tahu Sebastian ketika pria itu kembali ke kantor nanti.

Beberapa menit telah berlalu ketika Andin akhirnya memutuskan bahwa ia harus segera pergi ke kafe dan bertemu Leroy. Sesuatu yang dirinya harap tidak harus dilakukan, ia tahu bahwa ia tidak bisa berlari atau menunda-nunda lebih lama lagi. Ia harus meluruskan semuanya pada Leroy supaya laki-laki itu berhenti mengganggunya. Lagipula, hanya tersisa setengah jam dari waktu istirahat makan siangnya. Dengan gusar, Andin berdiri, meraih dompetnya, dan keluar dari kantornya kemudian berlari menuju lift yang terbuka.

* * *

Pada saat Andin tiba di kafe, Leroy sudah duluan ada di sana. Andin sedang berpikir untuk membeli salah satu muffin blueberry yang lezat, tetapi kemudian memutuskan untuk tidak melakukannya. Ia hanya ingin duduk, berbicara pada Leroy untuk berhenti mengganggunya, dan kemudian pergi secepat yang gadis itu bisa. Makan atau minum menyiratkan bahwa dirinya akan tinggal lebih lama dan Andin benar-benar tidak mau. Obsesi Leroy telah membuatnya takut.

"Andin, aku sangat senang akhirnya bisa bertemu denganmu secara langsung seperti ini," kata Leroy begitu matanya menangkap sosok Andin. Saat Leroy hendak memeluknya, Andin dengan sigap duduk, menghindari kontak fisik apa pun dengan pria itu.

"Hai, Leroy. It has been a while."

"Memang. Kau selalu sibuk. Kau tidak pernah membalas pesan atau panggilanku."

"Aku memang selalu sibuk." Andin mengangguk setuju - menahan keinginan untuk memberitahu Leroy bahwa Andin hanya mengabaikan pesan dan telepon dari laki-laki itu karena Leroy agak stalker, lalu menarik napas dalam-dalam dan berusaha menenangkan diri sendiri. "Anyway, aku memintamu untuk bertemu agar kita bisa bicara. Kurasa kita perlu membicarakan ini secara langsung seperti layaknya orang dewasa."

Leroy melemparkan senyum yang mematikan. Andin membenci senyuman Leroy itu karena senyuman itu hangat dan cerah, dan senyuman Leroy itulah satu hal yang menarik perhatian Andin pada pria itu ketika mereka pertama kali bertemu.

"Apakah kau ingin aku memesankanmu sesuatu?" Leroy menunjuk ke nampannya, yang memiliki satu cangkir kopi dan satu muffin cokelat di atasnya.

"Tidak terima kasih." Andin menggelengkan kepalanya dan mengeraskan hatinya. Ia tidak suka melakukan ini pada orang-orang. Ini hampir sama buruknya dengan memecat orang. Andin tidak terlalu suka menyebabkan kesusahan dalam bentuk kepada orang lain. Namun ini adalah satu-satunya hal yang dapat ia lakukan untuk bebas dari gangguan nonstop Leroy. "Aku akan membuat ini singkat. Please leave me alone."

Raut wajah Leroy langsung padam. Bibirnya terbuka dan untuk sesaat, pria itu tidak bergerak atau mengatakan apa-apa. "Tunggu dulu. Please, Andin sayang, tolong bicara saja padaku. Kita dapat menghadapi masalah ini bersama."

"Tidak ada yang perlu dihadapi, Leroy. Aku putus denganmu tahun lalu dan aku telah mengatakan kepadamu berkali-kali bahwa aku tidak ingin kita kembali bersama. Seberapa jelas lagi aku harus mengatakannya sampai kau mengerti?" Terdengar jelas ada nada kesal dalam suara Andin, Jika dirinya bisa memutar kembali waktu, gadis itu tidak akan berkencan dengan Leroy jika ia tahu bahwa masalah seperti inilah yang menunggunya.

"But I love you."

Andin hampir tidak bisa mempercayai apa yang didengarnya. Tiba-tiba, gadis itu berharap Damon ada di sini bersamanya. Setidaknya Damon akan tahu apa yang harus dikatakan atau dilakukan dalam situasi seperti ini. Damon akan tahu bagaimana menghadapi kegigihan Leroy yang tidak ada obatnya.

"Well, I am sorry to say this tapi aku tidak mencintaimu."

"Aku tahu," kata Leroy dengan sungguh-sungguh dan memberi Andin mata memelas,yang telah digunakan untuk membuat Andin menyerah supaya tidak menyakiti perasaannya. "Percayalah padaku, Andin sayang, aku tahu. Dan aku tahu bahwa aku sangat bodoh, tetapi aku percaya bahwa kita membuat suatu kesalahan dengan putus. Aku sangat mencintaimu. aku perlu kau dalam hidupku. Aku tahu kita bisa memperbaiki keadaan ini jika kita diberi kesempatan kedua."

Andin mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi dan berharap segalanya lebih sederhana. Ketika mereka pertama kali mulai berpacaran, akan lebih enak jika ada bendera merah yang memperingatkan gadis itu bahwa dirinya akan mendapatkan penguntit seumur hidup tatkala hubungan itu tidak berhasil dan mereka putus.

"Tidak," kata Andin lebih tegas. "Kita tidak akan kembali bersama. Hubungan kita tidak berhasil pertama kali dan aku rasa tidak akan berhasil juga pada kali kedua. Tolong mengerti bahwa aku tidak ingin bersamamu."

Kata-katanya barusan pasti akan menyakiti hati Leroy, tapi Andin tidak punya pilihan lain, ia tetap harus memberitahu pria itu yang sebenarnya. Di masa lalu Andin telah mencoba melakukannya dengan lebih lembut supaya Leroy tidak sakit hati, tetapi sudah saatnya pria itu mendengar kebenaran yang pahit dan sederhana bahwa Andin tidak menginginkan pria itu lagi dalam hidupnya.

Sebuah rona merah merayapi pipi Leroy. "Kau tidak sungguh-sungguh. Kau hanya berusaha meyakinkan diri sendiri untuk membantumu melupakanku. "

"Apakah kau serius? Ada banyak alasan mengapa kita tidak akan kembali bersama. Jadi tolong, demi kita berdua, tinggalkan aku sendiri."

"Apakah ada orang lain?" Leroy memohon.

Andin hendak membuka mulutnya untuk memberitahu pria itu bahwa sejujurnya tidak ada pria lain manapun, tapi kemudian ia menghentikan dirinya sendiri. Jika Leroy mengira Andin tengah menjalin hubungan serius dengan orang lain, mungkin pria itu akhirnya berhenti merecoki Andin lagi.

"Kau tahu, bahkan jika kau bersama orang lain, kau harus tahu bahwa aku mencintaimu lebih dari yang bisa dilakukan siapa pun."

"Tidak, aku tidak bisa melakukan ini lagi, Leroy. Aku minta maaf tapi hatiku memang telah menjadi milik orang lain."

"Kau tidak tahu pasti, Andin sayang. Beri aku kesempatan. Setalah aku mengingatkanmu bagaimana rasanya bersamaku, apa yang kita miliki dahulu, aku yakin kau akan segera menyadari bahwa hubunganmu dengan pria lain itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang kita miliki dulu. Tolong beri aku kesempatan."

"Dengar, aku mencoba bersikap baik di sini. Tetapi jika kau tidak bisa diajak bicara baik-baik, maka aku tidak punya pilihan selain membawa masalah ini ke polisi."

"Polisi? Untuk apa? Apakah mencintai seseorang itu merupakan suatu kejahatan?" Leroy menggelengkan kepalanya, bibir laki-laki itu membentuk sebuah senyuman dan Andin merasa mual melihatnya.

Andin memainkan cincin di jari tengah kiri tangan kirinya, mencoba dengan hati-hati melepaskan cincin itu tanpa Leroy sadari, lalu berhasil mendorong cincin itu ke jari yang tepat di tangan kirinya. "Aku minta maaf. Sebenarnya aku tidak ingin memberitahuku tapi sepertinya aku memang harus berterus terang padamu. Aku sudah bertunangan."

"A-apa? Bertungangan untuk menikah? Dengan siapa?"

Pandangan Andin beralih ke orang yang tengah berjalan mendekati meja mereka dan matanya bertemu dengan mata berwarna biru yang membara. Kemudian untuk sekejap, rasanya seolah dunia berhenti. Tanpa berpikir dua kali, Andin mengangkat tangannya dan menunjuk langsung ke bosnya. "Dengan dia."

* * * * * * *

A/N: kira2 si pak bos akan bereaksi gimana hayo ditunjuk2 dan diaku2in sebagai tunangan Andin?

bab 18 & 17 akan up malming 17/12

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro