Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6. High Quality Duda

Respati menghentikan mobil di halaman rumah yang cukup luas. Lira melihat-lihat sekeliling. Tanaman pucuk merah berderet rapi di sekeliling pagar. Bunga Bougenville tiga warna menarik perhatiannya. Satu pohon ada tiga warna. Bunga-bunga cantik lainnya juga membuatnya terpukau. Air mancur kecil menambah indah panorama taman depan rumah itu.

“Ayo jalan,” Respati melirik sang calon istri yang mematung dan masih terpesona akan kecantikan taman nan menawan itu.

Lira terkesiap. Ia mengikuti langkah Respati.

Assalamu’alaikum,” ucap lantang Respati.

Wa'alaikumussalam,” jawab seseorang dari dalam.

Ratna, saudara sepupu Respati membukakan pintu. Ia tersenyum menatap Respati dan Lira bergantian. Ratna sudah tahu bahwa kakak sepupunya akan datang bersama Lira, calon istri Respati yang notabene adalah teman sekelasnya. Mendadak gadis itu teringat akan jargon yang sudah membahana, dunia tak selebar daun kelor, nyatanya dunia seperti daun kelor saja, sempit coy. Ia tak menyangka, teman sekelasnya yang dikenal cuek, jutek, tak banyak omong tapi sekali ngomong langsung nyablak dan makjleb sebentar lagi akan menikah dengan kakak sepupunya, sang duda idaman para wanita baik perawan maupun janda.

“Silakan masuk Mas Respati dan Mbak Lira,” Ratna menggerakkan tangannya dengan gerakan ala punggawa istana yang mempersilakan tuannya.

Lira mengerucutkan bibirnya, “Kamu jadi manggil aku 'Mbak'.”

Ratna terkekeh, “Latihan, biar terbiasa. Tak lama lagi kamu jadi Mbakku.”

“Bapak ibu mana, Na?” tanya Respati segera.

“Ada di dalam. Duduk dulu ya.”

“Ini buat Bapak Ibu.” Respati menyerahkan buah-buahan yang ia beli dari swalayan.

“Wah, makasih, Mas. Buat aku mana?” Ratna menyeringai.

“Ya, sekalian itu buat kamu juga.”

Ratna cuma nyengir dan tertawa kecil. Gadis itu masuk ke dalam dan memanggil kedua orang tuanya.

Sepasang suami istri melangkah keluar dan berbinar menyambut calon pengantin.

“Eh Mas Respati dan Mbak Lira, gimana kabarnya?” Bulik Iza yang terkenal ramah menyambut kedatangan keponakan dan calon istrinya dengan suka cita.

Dengan sopan Respati menjabat tangan Bulik dan Pakliknya, Lira mengikuti. Paklik Seto mempersilakan Respati dan Lira untuk duduk kembali.

“Ayah sama Ibu sehat, Res?” tanya Paklik sembari melengkungkan segaris senyum.

Respati mengangguk, “Alhamdulillah, sehat Paklik. Ayah ibu nitip salam buat Paklik sama Bulik.

Bulik Iza mengamati penampilan Lira yang begitu anggun dan cantik dengan gamis dan kerudungnya.

“Mbak Lira ini sekelas sama Ratna, kan?”

Lira mengangguk, “ Nggih, Bu.”

“Cuma memang belum pernah main ke sini, ya?” tanya Bulik Iza lagi.

Lira kembali mengangguk, “Iya, belum pernah.”

“Nggak nyangka ya, calon istri Respati ternyata teman sekelas Ratna,” lanjut Bulik Iza.

Lira hanya tersenyum tipis. Selanjutnya Bulik Iza mengajak Lira dan putrinya untuk melanjutkan masak yang sebelumnya tertunda. Buka puasa tinggal satu jam lagi, masih ada waktu untuk merampungkan masakan yang belum matang. Sementara itu, Respati berbincang di ruang depan bersama Paklik Seto.

“Yang namanya masak itu, kalau udah selesai jangan lupa beres-beres dapur biar bersih. Kalau nggak bersih nanti dapet suami brewokan,” ucap Bulik Iza sembari mengelap meja dapur.

Seketika tawa Ratna memecah suasana yang tenang.

“Hahaha, berarti Lira kalau masak nggak bersih-bersih dapur, ya? Mas Respati kan brewokan.”

Mendengar celoteh putrinya, Bulik Iza ikut tertawa. Lira hanya terdiam dan memanyunkan bibirnya. Ia tak menyukai laki-laki brewok, dan kini calon suaminya adalah pria yang punya brewok. Mana duda pula dengan dua anak. Lira seperti tidak memiliki pilihan lain. Cowok-cowok lain yang ia kenal dan tidak brewokan kebanyakan belum mandiri dan masih bergantung pada orang tua.

“Mas Respati memang brewokan, tapi dia ganteng dan banyak yang suka. Bahkan di kompleks tempat tinggalnya, ia dipanggil Mas Duda atau Mas Duren alias Duda Keren. Percaya sama Bulik, kamu nggak bakal nyesel nikah sama Mas Respati.” Bulik Iza tersenyum menatap Lira yang diam membisu.

“Betul kata Ibu. Mas Respati itu orangnya setia, Ra. Emang sih dari luar kadang kelihatan gesrek nggak jelas. Tapi hidup dia terarah, punya visi yang jelas. Bukan tipe duda yang tebar pesona di sana sini. Mantan istrinya aja yang bego nglepas berlian kayak Mas Respati. Dulu mereka cerai karena sang mantan nggak mau diatur, nggak mau taat sama suami. Dia lebih memilih karier dan punya pria idaman lain.” Ratna nyerocos seraya menuang es buah ke dalam gelas.

Lira mencerna baik-baik perkataan teman sekelasnya itu. Tentu ia butuh informasi lebih banyak tentang sosok Respati termasuk penyebab perceraiannya. Untuk bertanya langsung pada Respati, ia merasa sungkan dan tak mau dicap kepo.

“Jadi mantan istri Mas Respati berselingkuh dan terlalu sibuk dengan pekerjaannya, ya?”

Ratna mengangguk, “Iya. Dia punya bisnis produk kosmetik. Dia sampai lupa sama keluarga. Pulang sering malam, abai sama anak-anak, dinasihati nggak mempan. Eh malah selingkuh.”

“Udah, Nduk. Masih puasa lho. Jangan ghibah. Nggak puasa aja nggak boleh ghibah apalagi puasa. Biar Mas Respati jelasin sendiri ke Lira penyebab perceraiannya.” Bulik Iza mengingatkan putrinya yang sudah lepas kontrol saat bicara.

“Iya, maaf, Bu. Habisnya gemes sama mbak Ayudia.”

Lira terpaku. Ia ingat-ingat nama itu, Ayudia... mantan istri Respati. Jiwa stalker-nya bergejolak. Ia bertanya dalam benak, apakah Ayudia ini punya media sosial? Entah kenapa ia ingin mengintip akun medsosnya. Sekadar ingin tahu, seperti apa mantan istri Respati. Apakah dia cantik? Menarik? Punya banyak kelebihan? Atau sekadar mengukur diri, apakah dia memang layak menggantikan posisi Ayudia di hati Respati? Lira berencana untuk bertanya akun medsos Ayudia pada Ratna, tapi lewat whatsapp. Ia sungkan bertanya saat ada Bulik Iza.

******

Respati menghentikan mobilnya di depan pintu gerbang kost Lira. Ia membantu membukakan seat belt yang mengitari tubuh Lira. Saat itulah parfum Respati yang begitu maskulin menusuk indra penciuman Lira. Ada rasa gugup yang tiba-tiba datang kala tubuh laki-laki itu mendekat padanya di saat membuka seat belt. Mungkin Respati tidak menyadari apa yang dilakukannya membuat Lira tertegun kaku. Ia gugup, salah tingkah, dan ada debaran yang tiba-tiba bertalu. Lira memerhatikan wajah sang duda 38 tahun itu. Dulu ia tak suka dengan laki-laki brewokan. Kini perspektifnya berubah haluan. Benar kata Bulik Iza, Respati memang ganteng. Ada sisi maskulin dan seksi yang menempel kuat dari sosok laki-laki itu.

Ia masih tercenung, sementara Respati turun dari mobil dan berjalan mendekat ke arah pintu mobil di sebelah jok yang diduduki Lira. Pria itu membukakan pintu mobil dengan begitu gentle-nya.

Lira keluar dari mobil. Mereka saling menatap sejenak.

“Makasih banyak Neng Perawan super cantik seperti bidadari kayangan yang bermata jeli bagai zamrud khatulistiwa.” Respati menaikkan kedua alisnya.

Lira memalingkan wajahnya.
“Gombal mulu, ih. Jadi enek.” Nada bicara Lira terdengar ketus.

“Beneran enek?” tanya Respati tenang.

Lira tak menjawab.

“Kalau memang enek, aku nggak akan gombalin kamu lagi.”

Lira mendelik, “Berarti bener, kan? Kalau selama ini Mas bilang aku cantik itu hanya gombalan saja."

Respati melongo sesaat.

“Bukan gitu maksudnya. Kamu cantik asli, aku nggak gombal. Coba aja tanya sama teman-temanmu yang cowok atau cewek sekalipun bisa menilai. Maksudku kalau kamu nggak mau dibilang cantik, ya aku nggak akan bilang cantik lagi.”

Lira bersedekap dan masih memasang tampang datar.

“Mas itu gampang banget bilang cantik, muji-muji, ngeluarin jurus menggombal. Barang kali Mas gini juga ke cewek lain, gampang banget muji-muji. Mas pikir semua cewek seneng digombalin? Mentang-mentang Mas mapan dan ganteng terus seenaknya aja bikin baper anak orang.” Kata-kata Lira meluncur lugas tanpa mau menoleh Respati.

“Kamu bilang aku ganteng?” Respati tersenyum dan melirik wajah Lira yang memerah karena malu.

“Nggak... salah ucap tadi,” balas Lira sedikit sewot.

“Kamu tadi juga bilang, aku bikin baper anak orang? Lira baper sama Mas?”

Lira menatap Respati dengan tatapan menghunjam. Bibirnya mendadak kelu untuk bergerak. Ia tak tahu apa yang ia rasakan. Kini ia bingung, apa ia memang baper dengan kelakuan Respati?

Lira segera menggeleng.

“Siapa yang baper? Aku nggak baper.” Lira meninggikan suaranya.

“Nggak usah ngegas kali,” sela Respati segera.

“Maksud aku cewek lain yang baper. Cewek yang biasa digombali sama Mas. Aku tahu Mas kayak gini juga ke cewek lain, makanya aku nggak baper. Mas ini tipikal yang hobi nggombalin anak orang. Kelihatan kok dari cara Mas komunikasi sama Lira.”

Respati terdiam sesaat. Ia menatap Lira tajam hingga membuat gadis itu salah tingkah.

“Jadi Lira nge-judge Mas kayak gitu? Mas bukan playboy belasan tahun yang hobi ngrayu sana sini. Mas serius sama Lira makanya kadang Mas gombalin, muji Lira. Ke cewek lain, Mas nggak berani lah. Berhubung Lira udah jadi calon istri Mas, makanya Mas suka muji Lira. Dan itu bukan sekedar gombalan.”

Giliran Lira yang terdiam.

“Ini tuh kencan pertama kita, harusnya kamu jangan marah-marah nggak jelas gini. Mas tuh jadi bingung, kamu tuh sebenarnya kenapa?”

Lira tak merespons. Ia ingat ada kata-kata Respati yang harus ia ralat.

“Bukan kencan, Mas, tapi buka puasa di rumah Ratna,” tandas Lira.

“Bagi Mas ini kencan pertama.”

Lira mendelik, “Terserah!”

“Perasaan dari tadi ketus mulu. Neng perawan lagi PMS?”

Lira mengerucutkan bibirnya.

“Lira capek, Lira mau masuk ke dalam.” Lira melangkah menjauh.

Assalamu’alaikum.” ujar Respati dengan volume yang keras.

Lira menjawab salam itu lirih dengan tetap melangkah masuk ke dalam kost tanpa peduli Respati masih memandangi langkahnya yang menjauh. Sungguh, pria itu tak mengerti kenapa Lira menjadi lebih ketus dan sewot.

******

Lira tak bisa memejamkan mata. Mendadak ia ingin stalking akun instagram Ayudia juga Respati. Lira nekat bertanya pada Ratna nama akun instagram kedua orang itu.

Saat membuka laman Instagram Ayudia, gambaran wanita galak dan tua lenyap seketika. Mantan istri calon suaminya ini masih muda dan cantik. Penampilannya begitu anggun, kulitnya putih, mulus, glowing, dan bersinar. Rambut panjangnya indah menjuntai dan tertata rapi. Tiba-tiba ia minder. Ia merasa bukan apa-apanya jika dibandingkan dengan sosok Ayudia yang mandiri, memiliki bisnis yang sukses, sering traveling ke luar negeri, juga sering mendapatkan penghargaan sebagai pengusaha sukses.

Berikutnya Lira membuka laman instagram Respati. Ia tak begitu fokus dengan foto Respati. Ia justru terpancang pada komentar-komentar yang di-post oleh para follower-nya. Lira senewen sendiri membaca kalimat yang mengomentari foto Respati saat tengah mengangkat barbel.

Body goal banget sih, unchhh...

Hot banget zheyeng...

Udah punya pacar belum Mas Duda?

Ya ampun ototnya... Mantul!

Ganteng banget, Mas.

Seksi banget.

Hot Daddy.

Udah ganteng, badannya bagus, sayang anak, uang banyak, ih beruntung banget yang jadi istrinya.

Beneran masih single, Mas?

Berewoknya  nggak nahan.

Macho abis.

Unchhhh mantap..!!!

Lira terdiam namun serangkaian pikiran bergelut di benak. Memang Respati tak membalas komentar-komentar itu. Namun ia juga sedikit kesal karena tak ada satupun postingan Respati yang memberi tahu pada khalayak bahwa ia sudah memiliki calon istri. Isi instagram Respati menampilkan acara-acara formal yang Respati hadiri, yang Lira sendiri kurang memerhatikan acara apa. Kini ia tak mengerti akan dirinya sendiri. Ia mengaku tak tertarik pada duda tengil itu, tapi di sisi lain, ia ingin diakui untuk membungkam komentar-komentar genit netijen.

Lira memerhatikan, ada satu komentar yang dibalas Respati. Satu komentar dari akun bernama Fitria yang mengatakan bahwa Respati itu “High Quality Duda”. Naluri stalker bergejolak. Lira membuka profil Fitria ini meski komentarnya hanya dibalas emoticon tertawa oleh Respati. Setelah mengetahui bahwa Fitria ini ibu anak tiga, dan ada post foto suaminya juga yang artinya perempuan itu bukan janda, Lira bisa bernapas lega.

Lira akui, Respati terlihat begitu keren apalagi saat mengenakan jas, perlente sekali. Beberapa fotonya yang tengah mengenakan jas rapi selalu mengundang banyak komentar, terutama netijen halu dan genit.

Jumlah pengikut Respati di Instagram juga banyak, puluhan ribu.
Entah kenapa is semakin kesal membaca komentar yang memuji-muji calon suaminya. Lira menduga Respati sengaja tak memposting apapun terkait statusnya yang sudah memiliki calon istri karena tak ingin kehilangan penggemar dan begitu menikmati dengan banyaknya sanjungan dari perempuan. Ia semakin yakin bahwa duda duren itu bisa saja hobi menggoda dan membuat baper banyak perempuan.

Satu pesan whatsapp datang, mengagetkan Lira yang tengah berkelana dengan sejuta praduga tentang sosok Respati.

Assalamu’alaikum, Neng perawan cantik, sayangnya Mamas Respati, lagi apa? Udah tidur belum?

Lira biarkan saja pesan itu. Sepertinya ia semakin ragu untuk menikah dengan duda brewokan itu.

Kenapa nggak balas? Padahal kamu udah baca, udah centang biru.

Lira masih bergeming, enggan untuk membalas.

Mas salah ya? Mas minta maaf kalau salah. Bilang dong alasan kamu nggak balas kenapa? Pasti lagi marah. Waktu antar kamu pulang tadi, Lira tiba-tiba kesal sama Mas. Kalau Mas ada yang salah, bilang aja, salahnya Mas di mana?

Lira masih bertahan. Ia menguatkan diri untuk tak membalas pesan Respati. Selanjutnya nada berdering dari ponselnya. Respati menelepon. Lira tak mengangkatnya.

Pesan whatsapp datang lagi.

Kamu nggak balas, nggak mau ngangkat telepon, gimana Mas bisa bicara sama kamu?

Akhirnya Lira mau membalas pesan itu. Ia pikir kasihan juga jika terus mendiamkan Respati.

Lira : Mas cari calon yang lain aja.

Respati : Kok gitu? Mas udah mantap menikahi Lira.

Lira : Kalau Mas Respati nikah sama Lira nanti kehilangan penggemar.

Respati : Penggemar? Kayak artis aja punya penggemar.

Lira : Cewek yang suka Mas itu banyak. Mas tinggal pilih mau yang cantiknya kayak gimana. Terus pamerin deh di medsos. Biar dikomenin pasangan serasi sama penggemar Mas Respati.

Respati : Kok gitu amat sih balasnya? Mas udah milih Lira, itu artinya Neng yang terbaik di mata Mas.

Lira : Kalau emang mantap milih Lira, kenapa gelagatnya kayak masih single dan bebas? Nggak ada postingan Mas Respati yang nyatain kalau Mas Respati udah bertunangan. Mas malu ngakuin Lira?

Respati : Lira stalking ig Mas?

Lira tak membalas. Ia tak bisa mengendalikan kata-kata dalam whatsapp-nya hingga Respati bisa menebak dengan mudah apa yang sudah ia lakukan.

Respati : Jadi karena ini Lira ngambek nggak jelas? Lira kayaknya masih ragu sama Mas, ya?

Lira tak jua membalas.

Respati : Gimana ya cara meyakinkan Lira? Pernikahan kita sudah semakin dekat. Coba Lira sholat istikharah. Mas nggak akan maksa meski Mas begitu menginginkan Lira.

Lira biarkan saja pesan itu. Ia memutuskan untuk tidur, tak mau lagi memikirkan high quality duda itu.

******

Esok pagi Lira memainkan ponselnya seusai sahur dan sholat Subuh. Padahal sudah mengendap rencana untuk mengerjakan skripsi tapi ia tergoda untuk membuka instagramnya lebih dulu.

Ia terbelalak saat Respati mem-follow akunnya dan men-tag akunnya di post terbarunya. Lira melihat fotonya diunggah oleh Respati dengan caption :

I love you so...

Banjir komentar patah hati dari para netijen.

Potek hati dedek bang...

Patah hati berjama'ah

Ternyata udah punya pacar.

Sama aku aja Mas, aku lebih cantik.

Yaahhhh... Berkurang satu bibit unggul.

💔

Sakiittt....

Hilang deh kesempatan.

Wah udah lope-lopean. Diem-diem udah punya calon.

Yes, Mas Duda posting foto calonnya.
Cantik juga calonnya Mas Duda.

Hari patah hati nasional.

Segaris senyum melengkung di kedua sudut bibir Lira. Namun ia tak mau terlena hanya dengan satu postingan pengakuan dari Respati. Ia berencana untuk menguji cinta duda yang katanya high quality itu. Dan sepertinya ia membutuhkan bantuan temannya.

******

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro