Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Telfonan. [ENDING & Pengumuman]

-Aku selalu mencintaimu.-

●●●

Jarum panjang jam dinding sudah menunjuk angka 9 dan Bela masih berkutat dengan selembar kertas kosong bersama pensil ditangannya. Jika biasanya ia dengan mudah membuat puisi tapi kali ini tidak, kepalanya buntu sekali. Cewek itu mengetuk-ngetukan pensil di atas meja belajarnya. Mencari ide, terus berfikir kira-kira puisi seperti apa yang akan ia buat. Ragu-ragu tangannya bergerak menuliskan beberapa kata. Beberapa detik kemudian tangannya berhenti bergerak lalu menghapus seluruh tulisan di atas kertas tersebut. Cewek itu menggigit bibir lalu meraih handpone miliknya.

Bela : Nda, kira-kira puisi yang bagus itu tentang apa?

Bela kembali meletakkan handponenya setelah bertanya pada Nanda kira-kita  puisi dengan tema apa yang bagus. Handpone yang baru saja Bela letakkan berbunyi sekaligus bergetar. Tertera nama Dalvin di layar membuat mata Bela melotot heran. Ia meraih handpone tersebut lalu menempelkannya di telinga setelah handpone miliknya dan Dalvin tersambung.

Bela berdehem pelan, membasahi bibir lalu sedikit merapikan rambut. Sebenarnya itu semua tidak ada gunanya, lagi pula Dalvin tidak melihatnya saat ini. Jadi untuk apa dia seperti tadi? Entahlah, itu hanya gerakan alami yang keluar setelah membaca nama Dalvin.

"Ha-halo."

"Sorry gue nelfon malem-malem gini Bel." Terdengar suara Dalvin yang sedikit berat.

Bela menggeleng. "Nggak apa kali," kata Bela kemudian menyandarkan punggung. "Emang kenapa nelfon?"

"Nggak ada sih, cuma mau mastiin lo udah bikin puisinya atau belum. Tugas lo udah selesai nih." Balas Dalvin.

"Mati gue" gumam Bela memukul keningnya sendiri.

"Lo bilang apa?"

"Ha? Engga kok nggak ada. Ini puisinya lagi gue bikin, bentar lagi jadi kok, lo tenang aja hehe." Bela membuat-buat tawanya agar terdengar meyakinkan.

"Semangat ya! Sorry gue jadi bikin lo repot gini."

"Seharusnya gue yang bilang maaf, gila apa lo harus ngerjain 20 soal matematika." Bela jadi merasa tak enak pada Dalvin.

"Santai aja, yaudah lo lanjut aja. Biar nggak ganggu gue tutup ya?"

Bela buru-buru merespon. "Eh ntar dulu!" Cewek itu terkejut lalu menutup mulutnya sendiri. Selalu saja bibirnya berbicara tanpa seizinnya.

Dalvin di sebrang sana yang hendak menjauhkan handpone dari telinga mengurungkan niat dan kembali memperbaiki posisi ponsel di telinganya. "Ada apa?"

Bela berfikir keras harus menjawab apa kali ini. Lagi-lagi dirinya membuat malu diri sendiri. "Hmmm... lo lagi apa?" Tanyanya dengan jantung berdegup tak karuan.

"Eh?

"Kalo nggak boleh tau juga gapapa kok." Sahut Bela cepat.

Dalvin terkekeh. "Bolehlah Bel, gue baru abis ngerjain tugas mat lo, terus sekarang gak lagi apa-apa. Lo sendiri?"

"Kan lagi bikin puisi." Jawab Bela malu.

"Oh iya ya hahahaha." Dalvin tertawa salah tingkah. "Lo udah makan?"

Ingin rasanya Bela guling-guling di lantai sekarang juga. Kenapa dia dan Dalvin jadi seperti orang pacaran sih. Saling bertanya ini dan itu. "Belum sih." Bela yakin setelah ini Dalvin akan menjawab "Makan dulu sana, nanti sakit." Jika benar begitu Bela pastinya akan terbang ke langit setelahnya.

"Oh gitu, besok juga lo laper. Sekali gak makan juga gak apa sih."

Boom! Memang kenyataan selalu berbanding terbalik dengan ekspektasi, dan juga memang, Dalvin itu cowok yang berbeda, sedikit menyebalkan lumayan merusak mood Bela.

"Iya juga sih." Balas Bela bete.

"Lo mau gue beliin siomay?"

Dalvin ini berbakat sekali membuat Bela merasa terbang, jatuh, dan terbang lagi. "Nggak usah, lagian malem gini mau beli siomay dimana."
"Ya gue kan bisa keliling nyari."

"Heh nggak usah deh, gue juga kan enggak laper." Bela mamandang kertas di depannya yang masih kosong. "Vin, telfonnya lo tutup aja, gue mau lanjutin bikin puisi nih."

"Lo aja yang tutup, Bel."

"Elo aja."

"Nggak, lo aja."

"L-" Bela tidak jadi bicara ia malah tertawa. "Kita kenapa sih?"

"Nggak tau juga." Jawab Dalvin yang juga ikut tertawa karena keanehan mereka berdua. "Yaudah lo aja yang tutup."

"Hm... Iya Vin." Pada akhirnya Bela pun mengalah. "Bye." Dengan senyuman yang merekah Bela menarik handponenya dari telinga kemudian memutuskan sambungan telefon tersebut. Cewek itu meletakkan handpone kemudian menempelkan tangan di dada, merasakan detak jantungnya yang begitu menggebu-gebu.

End

sstttt... kalian jangan ngamuk dulu😂😂😂 ini sebenrnya belum bisa di sebut ending wkwkwk, yaudah aku langsung aja. Karena dhwh bakalan diterbitin jadi aku harus menghentikan ceritanya sampai disinii huhu😢😢  eitsss tapi bakalan berlanjut di novelnya nanti.. YAAAAYYY!!! 🎊🎉🎉🎉🎉

Kalian seneng kan? Seneng lah yaaaaaa, harus senang dong.


ADA YANG MAU DAPET NOVEL DHWH SECARA GRATIS?!!! PADA MAU KAN?

Jadi aku butuh testimoni sekitar 10 sampai 15 testimoni dari kalian reades wp tentang gimana sih dhwh, dan nanti testimoni dari kalian akan ada di novel dhwh, nah kalian yang kasi testimoni BAKALAN DAPET NOVEL DHWH SECARA GRATISSS dari bentang pustaka, gaperlu beli coyyyyy!! Hemat

Jadi buat kalian yang berminat, bisa dm ke ig aku pendapat kalian tentang dhwh, ig : @haulaa_s

Sekian, makasi kalian udah setia baca dhwh dari pertama nongol di wp sampe sekarang. Makasi😚😚😚😚 love you all

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro