Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Om Telolet Om(part b)

- Dalvin itu gantengnya beda, kayak ada manis-manisnya gitu -

●●●

I just wanna be deep in your love
And it’s killing me when you’re away
Ooh, baby, ’cause I really don’t care where you are
I just wanna be there where you are - Sugar[Maroon 5]

[Haula saranin baca part ini sambil dengerin lagu sugar Maroon 5]

Bela termangu setelah Dalvin menariknya masuk ke dalam ruang rahasia dibalik tembok. Bukan tumpukan emas yang ia lihat, bukan pula segerobak siomay gratis melainkan barisan kanvas dengan coretan warna cantik di atasnya. ternyata ini yang di maksud Jessie, dokter muda itu bilang adiknya pintar melukis.

"Ini elo yang lukis semuanya?" Pandangan tak percaya Bela membuat Dalvin terkekeh. Cowok itu menggaruk tengkuk lalu mengangguk.

"Ya, gue yang bikin."

"Gila! keren banget."

Dalvin tersenyum tipis. "Thanks." Bisiknya pelan. Bela balas tersenyum. Ini pertama kalinya Dalvin merasa malu di puji orang.

"Gue lihat-lihat boleh ya?" Alis Bela terangkat, meminta persetujuan Dlavin.

"Tentu." Dalvin mempersilahkan, memberikan  jalan agar Bela lebih leluasa masuk ke dalam ruangan tersebut.

Dengan riang Bela melangkah mendahului Dalvin, sementara itu Dalvin yang masih tersenyum penuh arti mengekor di belakang Bela. Mata Bela sibuk memperhatikan satu persatu lukisan yang menempel di dinding bercat putih itu. Bela sampai bingung harus melihat yang mana, banyak sekali dan semuanya menarik. Bahkan untuk ukuran anak muda seperti Dalvin lukisannya terlalu bagus.

"Terus terus ada yang beli lukisan lo? Ah pasti lo banyak duit dah. Pasti harganya mahal, lihat bagus-bagus banget."

"Nggak, gue ngelukis buat ngehibur diri aja sih. Jadi buat konsumsi pribadi. Lo harus merasa beruntung bisa masuk kesini. Cuma orang-orang tertentu aja yang boleh liat lukisan gue." Bela memutar bola mata mendengar penuturan Dalvin tapi cowok itu malah menertawainya.

Salah satu lukisan menghentikan kaki Bela, matanya terpaku pada lukisan sederhana yang terletak di baris kedua paling ujung. "Gembok? Why?" Tanya Bela bingung. Ia dan Dalvin kini berdiri besebelahan dan menghadap ke lukisan yang di maksud Bela. "Ini paling beda di antara lukisan yang lain. Semua lukisan disini kebanyakan pemandangan."

"Lucu ya. Gue bikin lukisan ini pas kelas tiga smp."

"Smp aja lukisan lo udah sekeren ini gimana sekarang ya?" Bela menyentuh lukisan itu. "Ini ada artinya gak sih?"

"Ada, setiap lukisan disini ada artinya."

"Lukisan nyentrik ini artinya apa?"

Wajah Dalvin memerah. Ia teringat tentang gadis bermata jernih itu. Kanya-lah yang menyebabkan kenapa dirinya melukis sebuah gembok disana. "Sebenarnya gue lukis ini karena seseorang."

Bela menoleh. "Cewek?" Tebaknya.

"Iya." Dalvin mengangguk. Padahal tadi Bela hanya ingin menggoda Dalvin saja, tapi tebakannya benar. Entah kenapa Bela sedikit tak suka Dalvin membenarkan ucapannya.

"Jadi ceweknya siapa?" Tanya Bela dengan nada sebal. Tapi untung saja Dlavin tak menyadarinya.

"Kan lo mau nanya arti gembok ini, kenapa jadi melebar ke cewek?" Dalvin tertawa renyah, berusaha menghindari pertanyaan Bela.

"Ceweknya siapa?"

"Ada deh. Lo kenal kok."

"Kak Jess?" Bela menaikan alisnya.

Dalvin mengerang, kemudian mengangguk ragu. Sebenarnya ia tak mau berbohong, tapi Dalvin juga tak mungkin jujur.

Bela merasa lega setelah mendengar jawaban Dalvin. "Jadi artinya apa?"

"Arti gembok buat gue benda yang berguna banget. Bisa nyimpan sesuatu berharga. Tapi gembok gak akan bisa berfungai kalau gak ada kunci. Karena itu kalo gembok aja nggak akan berguna. Setiap gembok punya kuncinya masing-masing. Gabisa di tuker sama kunci lain, hanya satu kunci yang bisa buka satu gembok. Jadi gembok dan kunci itu berhubungan."

"Tapi lukisan lo gak ada kuncinya."

"Gue cuma dikasi gemboknya, kuncinya dia yang megang. Gue gatau gimama bentuknya kunci itu."
"Lo sama Kak jess soswit banget yah." Dalvin hanya diam mendengar pujian Bela.

Mata Bela kembali melirik kesana kemari. Pandangan berhenti pada satu titik. "Itu apa?" Bela bertanya, menunjuk gambaran dengan warna crayon. Tidak menggunakan kanvas seperti lainnya, hanya robekan kertas tua.

Dalvin melongo. Bela tak boleh melihat itu, Dalvin harus menyembunyikannya. Gambaran itu tidak ada bagusnya sama sekali, malah berpotensi membuatnya malu. Hanya saja Dalvin terlambat, Bela sudah lebih dulu melihatnya.

Bela tersenyum geli melihat gambaran dengan warna crayon yang mencolok. Sepertinya Dalvin menggambar itu saat masih kecil. Gambaran sederhana keluarga bahagia yang bergandengan tangan. Ada figur seorang ayah, ibu, anak perempuan, dan anak laki-laki yang paling kecil. "Mama, Kakak, Pipin, dan Papa." Bela tertawa kecil setelah membaca tulisan ceker ayam disana.

"Oh shit." Dalvin mengacak rambutnya. Bagaimana ini? Bagaimana jika Bela tahu nama panggilannya saat kecil adalah Pipin. Nama itu memalukan.

Bela yang mebelakangi Dalvin berbalik. "Pipin? Who?"

"Itu gambaran temen sd gue yang ketinggalan. Namanya pipin."

"Owhhh, lucu dah namanya Pipin." Bela terkekeh.

Bela dan Dalvin menoleh, pintu yang seperti tembok itu terbuka. Ternyata yang masuk adalah Mama. "Kenapa Ma?" Tanya Dalvin.

"Pipin ajak temennya beli makan dulu sana. Lagi nggak ada jajan dirumah." Terbongkar sudah kebohongan Dalvin.

●●●

Tawa Bela tak bisa berhenti setelah mengetahui Pipin itu Dalvin. Lucu sekali nama panggilan cowok itu dirumah. Siapa sangka? Cowok cool dan ganteng kayak Dalvin dipanggil Pipin? Tapi Bela suka, 'cause that a cute name.

Mesin motor besar milik Dalvin menyala. "Ayo deh naik." Suruh Dalvin pada Bela. Cowok itu mendengus karena Bela terus menertawainya. "Bel." Panggil Dalvin kesal.

"Iya iya ini gue naik."

Seperti perintah Mama tadi, Dalvin sekarang akan mengajak Bela nyari makan. Motor besar dengan suara gaduh itu melesat pergi membawa Dlavin dan Bela meninggalkan rumah. Tanpa mereka sadari, sejak tadi Jessie mengintip dibalik pintu, melompat kesenangan karena apa yang direncanakannya berjalan lancar.

"Mau makan apa?" Tanya Dalvin, sedikit melirik Bela melalui kaca spion.

"Apa lo bilang?" Tanya Bela dengan suara keras karena suara Dalvin tak jelas.

Cowok itu membuka kaca helmnya. Bela memajukan wajah agar bisa mendengar suara Dalvin. "Kita mau makan apa?"  Dalvin mengeraskan volume suara agar didengar Bela.

Namun bukannya mendengar Dalvin, Bela malah terlena karena wangi tubuh cowok itu. Dia jadi melupakan sekitar. Bahkan suara Dalvin yang memanggilnya berkali-kali Bela abaikan.

"Bela! Lo denger gue? Bel lo kenapa?" Dalvin mulai panik karena Bela diam bak patung dibelakang punggungnya. Dalvin melambatkan laju motor kemudian menepuk pipi Bela dengan satu tangan.

"Eh? Lo bilang apa tadi?"

"Dasar, lo jangan ngelamun di jalan, nanti jatoh. Kita mau makan apa nih?"

"Siomay aja." Jawab Bela. Wajahnya masih di dekat pundak Dalvin.

"Owhh oke, di tempat yang kemarin."

"Eh ada bus!" Pekik Bela karena melihat bus yang berada di depan motor Dalvin.

"Terus?"

"Mau minta telolet." Kata Bela.

"Eh gila apa, gausah." Dalvin tersenyum geli.

"Ayo Vin, plis." Bela memelas.

Tak ada alasan Dalvin untuk menolak. Rasanya Dalvin tak bisa mengatakkan tidak pada Bela. Cewek itu seperti anak kecil saja. Dalvin kemudian menambah kecepatan motornya agar bisa menyamai kecepatan Bus.

"Om telolet om!" Teriak Bela. Tapi mana bisa supir busnya dengar. Motor Dalvin saat ini sejajar dengan badan bus sedangkan supir ada di depan. Motor besar Dalvin meraung, Dalvin berusaha agar kepala motornya sejajar dengan kepala bus.

"Om Telolet Om!" Bela berteriak semangat. Dalvin hanya bisa tertawa ngakak karena kelakuan Bela.

"Om teloleeeeeeeeet." Namun lagi-lagi teriakan Bela tak didengar. Dalvin jadi gemas juga. Ia kemudian ikut berteriak meminta Telolet.

"Om teloletin kitaaaa"

Bela menepuk pundak Dlavin. "Vin teriak saman, dan lebih keras." Ajak Bela.

"Satu... dua... tiga!"

"Om telolet oooom!"

Sejenak setelah teriakan mereka bus tersebut akhirnya membunyikan klaksonnya.

Telolet telolet telolet. [Suara bus]😧

[TBC]

Author Note :

Wkwkwkwkwkwk😂 gaje banget part ini, apalagi bagian akhirnya.

Yang kemarin nanya siapa yang jadi Laskar, itu nama aslinya Dylan jordan. Dia emang cakep tapi menurut haula Cameron jauh lebih ganteng. Cam itu punya pesona tersendiri buat jadi Dalvin. So buat kalian yang minta ganti visualnya Dalvin jadi Dylan itu terserah kalian. Kan kalian yang bayangin. Cuma sih aku pas bikin cerita ini bayangin Dalvinnya itu Cam.

Btw Dylan lebih ganteng dari Cam cuma di foto itu aja kok. Lainnya mah jauh Cam, tpi ttp dua duanya cakep.[pendapat pribadi, jangan dibash😂]

Nih aku kasi bonus potonya Pipin dan Laskar.

Dalvin :

☝Pipin kayak gembel😂 ucul banget si pipin, pengen haula karungin terus bawa pulang.

Laskar :

Ini dia si badboy Laskar. Tatapannya itu yawla gakuku ganana sist😂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro