Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kedua Kalinya(part b)

- Aku benci, kamu benci. Aku tertarik, kamu tak perduli. Aku mendekat, kamu diam. Aku suka, kamu biasa saja. Aku cinta, kamu tidak. Aku sakit, kamu tak acuh. Aku mengejar, kamu menjauh. Aku lelah, kamu hanya melihat. Aku berhenti, kamu melirik. Aku berbalik, kamu memanggil. Aku pergi, apa kamu menyesal? -

●●●


"Gue seneng lo udah sekolah lagi" kata-kata itu terus mendengung di telinga Bela. Tadi saat di kelas fokusnya terganggu karena mawar dan surat pendek yang di dapatnya. Saat dikantinpun kata-kata itu masih mengganggunya. Sebenarnya siapa sih yang mengirim mawar-mawar itu. Kenapa harus sok misterius?

Bela penasaran dan rasanya penasaran itu nggak enak.

"Ngelamunin babang Dalvin, Neng?" Dihadapan Bela Nanda menaik turunkan alisnya.

Bela mendelik. Nanda sudah mulai kumat menyebut-nyebut nama Dalvin. Tadi saja saat di kelas bibir cewek itu tak henti berkata Dalvin, Dalvin, dan Dalvin membuat Bela rasanya ingin melakban bibir Nanda. Untung saja dia tidak sejahat Miss.J yang tega meracuni sahabatnya sendiri dengan sianida.

Bela menghela nafas berat. Menyandarkan punggung di kursi kantin. Siang ini kantin masih seperti hari-hari sebelumnya, ramai dan ribut. Suara bising geng cewek yang bergosip tentang drama korea terbaru, tentang anak basket ganteng, tentang artis ini yang lagi liburan ke negara itu, semuanya lengkap. Yang tidak ada hanyalah gosip tentang Pussy, kucing betina milik Momma yang hamil duluan diluar nikah.

"Kenapa sih lo nyebut Dalvin mulu. Gue tuh nggak ada apa-apa sama anak itu Nda. Kenal pun nggak." Bela mengaduk-aduk jus apelnya malas.

"Gue kan nggak bilang lo ada apa-apa sama dia. Pengen banget ya lo di bilang ada apa-apa sama Dalvin?" Nanda menggoda Bela membuat cewek itu memasang wajah masam.
"Au ah gelap," sahut Bela tak ingin memperpanjang percakapan dengan topik Dalvin.

"Huahhhh kenyang." Nanda melepaskan garpu dan sendoknya. Mi ayamnya kini hanya tersisa kuah saja.

"Cepet banget abis"

"Kelaperan." Nanda memerkan cengiran bodohnya membuat Bela memutar bola mata. "Jos!" Cewek itu bangun dengan wajah sumringah karena melihat kekasihnya yang baru memasuki pintu kantin.

"Mau kemana?" Bela mendongak menatap Nanda yang hendak meninggalkannya.

"Bentar, ada Jos."

Mendengar jawaban Nanda Bela lantas menengok kebelakang karena posisinya duduk membelakangi pintu kantin. Disana ia melihat Jose dan teman-temannya baru datang. Yang membuat Bela membulatkan mata adalah di antara teman-teman Jose terdapat Dalvin disana.

"Sejak kapan co-" pertanyaan Bela terputus karena tak mendapati Nanda di hadapannya. "Dasar Nanda, ada pacar aja sahabat dilupain," Omel Bela kemudian melanjutkan memakan mi ayamnya. Ia ingin cepat selesai dan segera kekelas. Malas ia karena ada Dalvin dikantin.

"Lo yang namanya Bela?"

Bela mengangkat wajah. Keningnya mengerut. Seorang cewek yang tak ia kenal berdiri di depannya dengan kedua tangan tertumpu pada meja. Bisa Bela rasakan aura tak mengenakan saat ia menatap tepat ke arah mata cewek tersebut.

"Iya, gue Bela," jawab Bela mengangguk pelan.

"Jadi lo cewek keganjenan yang godain Laskar?" Nada suara cewek itu tiba-tiba meninggi membuat beberapa siswa yang duduk di dekat Bela menoleh. Saling berbisik dengan teman yang ada di sebelah mereka.

"Maksud lo?"

"Ini peringatan ya buat lo, Laskar itu cowok gue, lo jangan coba-coba rebut dia atau lo bakalan gue hempas."

Kening Bela mengerut. "Sori, gue nggak kenal Laskar"

"Halah bacot lo."

Bela mendecak. Waktunya terlalu berharga untuk mengurusi orang gila. Ia Meminum jus apelnya kemudian melanjutkan makan, mengacuhkan singa rabies yang mengamuk dihadapannya. Siapa cewek di didepannya ini? sejak kapan ia menggoda Laskar? Dan yang terpenting siapa pula Laskar itu? Palingan Laskar salah satu cowok yang mengiriminya pesan singkat lewat line. Maaf saja, Bela tak pernah memperdulikan ratusan chat yang masuk ke hp-nya, tak ada waktu untuk meladeni cowok-cowok yang ingin mendekatinya.

"Kalo orang ngomong tuh di dengerin!" Teriak cewek itu menggebrak meja karena merasa teracuhkan. Hampir seluruh pasang mata kini memperhatikan mereka.

"Sopan dikit bisa gak? Tadi kan gue udah jawab gue nggak kenal Laskar. Yaudah selesai. Lo mau apa lagi? Lo mau gue rebut Laskar beneran?"

"Berani lo ya ngejawab gue?"

"Lah, labil. Tadi kan lo yang ngamuk minta di jawab."

"Jalang brengsek."

Bela membanting sendok dan garpu hingga mendenting keras.

"Jaga ya tu mulut!" sentak Bela bangkit, Berdiri menatap tajam  cewek yang baru saja mengatainya dengan kata yang tak pantas.

"Jaga kelakuan lo dulu sana, jangan gatel!"

Srakk!

Tiba-tiba saja cewek tak dikenal itu mengangkat mangkuk mi ayam Nanda lalu mnyiramkan kuah berwarna coklat kemerahan itu kewajah Bela. Bela yang tak siap hanya bisa menjerit ketika kuah mi ayam itu merembes melewati celah kelopak matanya yang terpejam kuat.

Semua orang memekik. Terutama cewek-cewek yang sedang menonton adegan labrak-labrakan tadi. Nanda yang baru melihat tergopoh menghampiri Bela lalu berteriak meminta sesuatu untuk mengelap wajah Bela. Panik, Nanda membuka paksa cardigan seorang adik kelas yang kebetulan sedang menonton. Digunakannya cardigan tersebut untuk mengelap wajah Bela. Padahal ada tisu makan di atas meja, mungkin karena terlalu panik Nanda tak menyadarinya.

Nanda menoleh ketika seseorang menyentuh pundaknya, memberikan dirinya sebotol air mineral. "Pake itu untuk bersihin." 

Jika kalian menebak yang memberikan air itu Dalvin maka kalian sangat benar. iya, Dalvinlah yang menyentuh pundak Nanda tadi. Tak ingin terlena dan terjerembab ke dalam pesona Dalvin, Nanda buru-buru mengambil air putih yang masih tersegel itu lalu membukanya. Ia kemudian menyiramkan air kewajah Bela dengan hati-hati.

"Perih Nda..." lirih Bela, suaranya parau.

"Lo bisa di skors karena tindakan lo tadi."

Cewek itu urung pergi, alisnya naik, memandang Dalvin remeh. "Lo cowoknya?"

Dalvin diam. Tidak menyanggah tidak pula mengiyakan. Cewek tak di kenal itu melipat tangan di depan dada dengan lagaknya yang sombong. "Gue ini kelas duabelas, nggak mungkin kena skors. Jadi percuma lo jadi pahlawan kesiangan di sini." 

"Elo emang kelas duabelas, tapi gue yang pastiin lo bakalan kena skors." Dalvin menjawab tenang. Dia beralih pada Nanda. "Bawa Bela ke uks," suruhnya. Tanpa penolakan Nanda langsung mengangguk kemudian menuntun Bela. Semua orang yang menonton membukakan jalan bagi Bela dan Nanda untuk keluar dari lingkaran siswa.

"Gue tunggu sampai besok, kalau lo belum minta maaf, lo bakalan nyesel seumur hidup."

"Yahhh gaberani ni." Cewek itu membuat-buat nada suaranya bermaksud mengejek Dalvin.

"Bisa baca kan?" Dalvin menunjukan badge name dibajunya. "Kenalin nama gue Gracious Dalvin."

Cewek itu mendecih. "Nggak penting banget."

"Dan ah, siapa sih nama kepala sekolah kita?" Dalvin berpura-pura lupa. Akting seperti sedang berusaha mengingat. Ia menunjuk salah satu cowok berkaca mata didekatnya. "Nama kepala sekolah kita siapa?"

"G-gracious Chaterine, Kak." jawab cowok nerd itu terbata.

Dalvin menyeringai. "Ah iya, gue lupa! kepala sekolah kita kan nyokap gue."  Cowok itu tersenyum puas, memandang wajah licik perempuan di hadapanya yang kini memucat.

●●●

TANPA mengetuk pintu Dalvin langsung nyelonong masuk ke dalam uks. Bisa dia lihat Bela yang duduk di atas bangkar. Kakinya terjuntai. Matanya masih memejam. Nanda yang terus menerus meminta maaf pada Bela karena merasa bersalah meninggalkan sahabatnya. Bela menggeleng dan berkata itu bukan salah Nanda.

Nampaknya kedua orang itu tidak menyadari kehadiran Dalvin. Padahal Dalvin sudah berdiri tepat di hadapan Bela. Cocok kalau Bela tak tahu Dalvin datang, matanya memejam, tapi Nanda, cewek itu masih belum ada tanda merespon kehadiran Dalvin.

"Ekhem..." Dalvin berdehem. Nanda terlonjak kaget melihat tubuh tinggi Dalvin sudah di sebelahnya.

"Siapa Nan?" Tanya Bela. Meski perawat di uks bilang Bela sudah boleh membuka mata tapi Bela masih belum berani. Makanya sekarang dia masih memejamkan mata.

"Dalvin."

"Kumat deh lo, Dalvin mulu."

"Serius gue."

"Aiihhh iya deh lu seriusss, mana sih babang Dalvin lo? Mau ngapain dia kesini? Ngasi gue bunga?" Bela terkekeh menertawai ucapannya sendiri. Dalam benaknya yang datang palingan ketua kelas ataupun anak kelas yang lain.

"Ini gue Dalvin. Gue kesini bukan mau ngasi bunga, gue mau ngasi ini." Dalvin mengangkat hp ditangannya. "Tadi hp lo ketinggalan di meja kantin." Dalvin meletakkan benda persegi itu di sebelah Bela.

Jangan tanyakan bagaimana Bela saat ini. Wajahnya memerah, bahkan rona merah itu menjalar hingga ketelinga. Rasanya ia ingin mencabik-cabik wajahnya sendiri, malu sekali, ini adalah kedua kalinya ia bertingkah memalukan di hadapan Dalvin.

[TBC]

Author Note :

Thanks buat saran kalian gengs. Aku udah lumayan percaya diri meski nggak sepenuhnya udah. Ada yang nyaranin buat baca apa itu kemarin aku lupa. Dan disana aku dapet quote yang membuatku tersadar #asek ini nih quotenya "kita lahir buat jadi unik, bukan aneh" mantep kan?

Oiya mau curhat dikit nih gengs, part kemarin ada komentar yang bikin aku ketawa ngakak, katanya ngebayangin kalo dhwh di jadiin film. Astaga kalau dhwh diterbitin aja udah luar byazahhh. Tapi ya aku aminin aja😂😂😂

Btw kalian udah pada jatuh cinta sama Dalvin belum sih?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro