Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Karena Kamu, Dalvin.(Part b)

- Kamu itu bagaikan nilai seratus di ulangan fisikaku, susah dapetinnya. -

- Kamu kasi aku harapan terus kamu tinggalin tanpa alasan, eh akunya tetep sayang. Hebat ya kamu... atau aku yang bego? -

- Sayang aku ke kamu itu kayak coretan pulpen. Mau aku tipp-ex sampe nggak keliatan juga tetep aja tulisan itu ada. Nggak akan ilang, cuma ketutupan doang. -

●●●

Everytime i see you i die a little more - Secret Love Song.

BELA melempar handponenya ke kasur. "Yaampun. Nggak! Ngapain juga gue follow dia." Untuk kesekian kalinya Bela tidak mengerti dengan jalan fikirannya sendiri. Gila banget kalau dia follow Dalvin. Itu adalah hal ter-memalukan sepanjang sejarah per-instagraman. Gengsi lha.

Disaat Bela bingung dengan permasalahan instagram, terdengar suara Nanda memanggil namanya beserta suara ketukan dipintu.

"Herp Is that you?" Tanya Bela drngan logat britishnya kemudian berdiri, melangkah kearah pintu.

"Bangciat, ini Nanda cantique Bel bukan herp. Bukain gua pintu."

"Ngapain lo kesini?" Tanya Bela setelah Nanda masuk kekamarnya.

"Main lah, sekalian mau numpang mandi. Rumah gua kekunci, nggak ada orang." Nanda melepas tas dan menaruhnya di atas meja belajar Bela.

Bela menutup pintu kamar kemudian menguncinya seperti biasa. "Sahabat gue yang paling nyusahin ya cuma elo Nda."

"Karena sahabat lo cuma gue, jadi gue itu 'paling' di segala hal. Termasuk paling cantik juga." Nanda menyengir. Dia memandang heran Bela yang hanya mengenakan handuk. "Lo udah mandi atau mau mandi?"

"Udah mandi lah! cantik gini masa belum mandi." Bela membuka lemari kemudian mengambil beberapa lembar pakaian dari sana. "Lo tunggu bentar, gue make baju dulu dikamar mandi. Abis itu baru deh giliran lo." 

"Oke, yang cantik ngalah." Kata Nanda mengibas rambutnya centil.

"Yaya semerdeka lu aja."

"Gue udah merdeka sejak lahir." Sahut Nanda dan dibalas bantingan pintu oleh Bela. "Bela kampret! Untung gua gapunya riwayat penyakit jantung." Gerutu Nanda mengelus dada. Terdengar suara Bela yang ketawa ngakak di dalam kamar mandi. "Awas aja lu!"

Mengingat dirinya yang hyperaktif, akan bosan jika Nanda hanya berdiam duduk menunggu Bela ganti baju. Cewek itu berkacak pinggang. Memperhatikan sekeliling. Pandangannya jatuh pada hp Bela yang ada di atas kasur.

"Bajak dikit gapapa." Bisik Nanda jahil lalu melompat riang ke tempat tidur Bela. Diraihnya benda elektronik itu. Seringaian Nanda muncul ketika layar handpone Bela menyala.

"Ngestalk Dalvin ternyata." Cicitnya. jari usil Nanda kemudian menekan tombol follow pada layar touchscreen tersebut. Dan tentu menyebabkan munculnya notifikasi di handpone Dalvin.

●●●

BARU saja Dalvin sampai rumah, Mama minta di antarkan Dalvin kerumah Tante Chatrine-saudara Papa sekaligus kepala sekolah. Kata Mama, dia ada urusan penting. Kalau Dalvin menolak maka dia akan di cap sebagai anak durhaka oleh Mama. Mau tak mau Dalvin merelakan waktu istirahatnya dan mengantar Mama.

Yang membuat Dalvin menganga tak percaya adalah urusan penting yang di maksud Mama itu arisan. Parahnya, Mama tak mengizinkan Dalvin pulang setelah Dalvin mengantar Mama. Dalvin di ajak masuk dan Mama menjebaknya di antara gosipan ibu-ibu berlipstik merah itu.

"Ma Dalvin mau pulang." Bisik Dalvin pada Mama yang sedang mebgoceh, membanggakan Dalvin di depan teman-teman arisannya, termasuk tante Chaterine. Dibawah sana kaki Mama menginjak kaki Dalvin.

"Pipin tenang dong Mama lagi ngomong nih." Mama balas membisik pada Dalvin.

I hate that fuckin' name. Mama memanggil Dalvin dengan panggilan masa kecil yang membuat Dalvin rasanya ingin muntah. Semakin lama ibu-ibu di sekitar Dalvin semakin ribut, suaranya sekarang mirip seperti kumpulan lebah. Oh Dalvin sudah tak tahan.

"Ma, aku mau kekamar Bang Laskar." Ocehan Mama langsung berhenti. Semua perhatian langsung beralih pada Dalvin.

"Tante Bang Laskar ada di dalem?"

Tante Chaterine mengangguk. "Tuh dia di kamar. Lagi di hukum gaboleh keluar."

Dalvin terkekeh. Akhirnya dia bisa terlepas dari kumpulan emak rempong disekitarnya. Cowok itu bangun dari duduk. "Saya permisi." Ucapnya sebelum pergi dan berlari kecil ke lantai dua.

Tepat seperti dugaan Dalvin Laskar dikamarnya sedang bermain game berteman tumpukkan snack di sebelah kiri dan kanan.

"Halo brada! Udah besar aja lo." Laskar melepas stik ps ditangannya kemudian merentangkan tangan bermaksud agar Dalvin memeluknya.

"Jangan ngarep gue peluk. Gue kesini cuma menyelamatkan diri."

Laskar mengangguk-anggukan kepala. "Yeah, i know that feel bro. Sebelum gue jadi begundal gue juga pernah dibangga-banggain di depan ibu-ibu biang gosip itu."

Dalvin mengacak rambutnya lalu merebahkan tubuh di kasur, tepat disebelah laskar yang duduk bermain game. "Baru pulang sekolah dan gue di jadiin supir sama nyokap coy."

Laskar tertawa. "Muka muka lo pantes jadi supir Vin."

"Sialan lo curut."

Laskar terkekeh.

"Kar." Panggil Dalvin. Oh Iya jangan heran. Panggilan Dalvin di ke Laskar sebenarnya tanpa embel-embel 'Bang'. Itu hanya sekedar formalitas di depan ibu-ibu tadi. Semua kesopanannya hanyalah bohong semata.

"Paan?" Tanya Laskar yang kini sudah fokus lagi pada game yang sedang dimainkannya.

"Elo kenal Bela?"

"Bela?" Laskar menekan tombol pause. Dia menoleh menatap Dalvin. Dahinya mengerut berusaha mengingat-ingat. "Cewek cantik itu?"

"Cewe cantik banyak. Intinya namanya Bela. Lo kenal?"

"Nggak kenal, cuma tau orangnya aja. Anak kelas sebelas di sekolah. Tapi emang bener dia cakep. Kenapa?"

"Tadi pagi ada cewek yang ngamuk nyiram dia pake kuah mi ayam gara-gara Bela ngerebut cowok yang namanya Laskar."

"Serius lo?" Tanya Laskar tak percaya, matanya membulat. Dalvin mengangguk.

"Pasti mantan gue yang nyiram. Gila tu cewek, udah gue bilang bukan karena Bela juga."

"Mantan lo?"

"Iya, gue baru putusin cewek gue. Dia ngamuk-ngamuk di mall gara-gara liat foto Bela di hp gue." Laskar menggaruk tengkuk. Ia tak kepikiran akan jadi seperti ini.

"Gila apa tu anak ya, terus foto Bela kenapa bisa di hp lo onta?"

"Gue stalk ig-nya terus potonya yang cakep cakep gua capture. Gue crop gitu biar gakeliatan bekas capture-an. Eh cewe gua pas minjem hp terus liat tu poto. Jadilah kita perang di mall."

"Goblok lo ga ilang ilang man." Dalvin menggelengkan kepala seperti orang tua yang menghadapi tingkah nakal anaknya.

Laskar tertawa. "Sialan lo."

Dalvin meraih sebungkus citato yang belum dibuka. Dirobeknya bagian atas bungkus kemudian mulai memakan isinya.

"Gimana kabar Kanya Vin?"

Potongan kentang berbumbu itu urung masuk ke dalam mulut Dalvin. Cowok itu tersenyum pedih. Kanya? Kabar baik tidak akan pernah menjadi milik gadis malang itu.

"Biasa." Setiap hari Dalvin selalu mencuri waktu untuk pergi menjenguk Kanya dan ia tidak pernah mendapatkan kondisi cewek itu baik. Malah semakin hari semakin buruk.

Laskar tak perduli lagi dengan game yang ia mainkan. Masa bodoh jika dia kalah. Dia membiarkan game tetap berjalan dan merebahkan diri di sebelah Dalvin. "Kalo gue jadi Kanya gue nggak yakin bisa sekuat dia."

"Dia nggak sekuat yang kita lihat, Kar."

Laskar mengiyakan ucapan Dalvin tadi. "Tapi dia gadis hebat. Nggak heran kita berdua pernah naksir dia." Laskar tersenyum tipis. "Tapi untunglah gue udah move on. Gue ngalah buat Pipin."

"Shit."

[TBC]

Author Note :

Terimakasih untuk ucapan gws kalian wkwkwkwk.

Laskar


Dalvin

Bela

Menurut kalian siapa ya yang cocok jadi Kanya? Yang unyu unyu kalem. Eh tapi terserah bayangan kalian aja kali ya:/

Kita udah sampe sini tapi banyak yang belum kebongkar yak😂 si G masih belum muncul juga, menurut kalian G siapa dah?

Dari skala 1 sampai 10, berapa nilai untuk cerita ini?😂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro