8. Perfect Strangers(part a)
- Ajari aku mencintai tanpa keinginan untuk memiliki -
●●●
The more that I know you, the more that I want to. - Starving[Hailee Steinfeld]
Siang ini listrik di sekolah tiba-tiba padam sehingga dua ac yang menempel di dinding kelas tak berungsi. Panas matahari diluar sana menyengat hingga berefek ke dalam kelas. Belajar mengajar di hentikan karena siswa yang tak bisa tenang, mereka mengeluh karena tak bisa konsentrasi. Semuanya sibuk mengipas-ngipas dengan buku tulis atau buku paket milik masing-masing. Pada akhirnya kelas XI Mipa 1 diberikan tugas dan guru meninggalkan kelas.
"Jadi lo bakalan jalan sama Dalvin dong?"
Bela menggeram hendak mencakar Nanda. Bukannya kepanasan cewek itu malah sibuk mengoceh tentang Dalvin. "Bisa nggak sih Nda lu diem sekaliiii aja, biar dunia gue tenang."
Nanda memajukan bibir ikut mengipas-ngipas dengan buku tulisnya. "Ya kan cuma nanya, Bel."
Bela menghela nafas, menjatuhkan kepala ke atas meja. Tidur menyamping menghadap Nanda. "Gue nggak jalan, cuma mau di traktir siomay doang."
"Sama aja cuy."
"Gue aja gatau tuh jadi atau nggak."
Nanda tiba-tiba tertawa membuat Bela memandangnya keheranan. "Lucu banget dah, lo langsung maapin Dalvin cuma karena siomay. Lima belas ribu doang dapet."
"Ehh bagi gua siomay tuh emas."
"Iya, kayak emas ntar kalo udah jadi tinja."
Bela menjengit. "Iyuwhhh, jorok banget lu Nandos."
"Emang bener kan? Ntar beliin gua sebungkus yak. Terus bawain kerumah."
"Nggak."
"Pelit lu Nabola."
"Bodoamat Nandos."
"Weeeweeeeee." Teriakan tadi berasal dari depan kelas. Bela mengangkat kepalanya. Didepan sana Saka--ketua kelas Mipa satu berdiri sambil berusaha menarik perhatian anak kelas.
"Ada info penting nih. Tapi sebelumnya gue mau ngasi tahu kalian jangan panik dulu."
Keributan perlahan memudar. Fokus anak kelas kini beralih pada Saka. "Hari ini kita pulang cepet dan sekarang lo semua udah boleh pulang."
Serentak anak kelas bersorak bahagia, semuanya mengekspresikan kebahagiaan dengan gaya konyol masing-masing. Ada yang berhigh five dengan teman disampingnya, ada yang menjerit, ada yang memukul bangku lalu mengepalkan tangan. Tapi anehnya Bela tak merasa senang sedikitpun. Ia malah jadi deg-degan karena ekspresi Saka yang tegang.
"Woi tenang dikit apaa!" Bentakkan tadi dari Dede yang ada di pojok kelas.
"Jangan ribut dulu plis, belum selese ngomong nih gua." Saka mengintrupsi kegaduhan kelas. Ia memukulkan penggaris kayu di meja. Tak berselang lama, kelas kembali hening seperti sebelumnya.
"Kita dipulangin karena ada kebakaran di-" Ucapan Saka langsung terpotong karena reaksi cepat para cewek.
"What?"
"OMAIGATTTT"
"MAMAAAA"
"Ayaaaaaaah"
"Neneeeeeekkk"
"Kakekkkkk"
"Buyuuuut!"
Bela berdecak. "Lebaynya kumat."
"Cucukuuuuuu" Nanda disebelah Bela berucap lirih.
"Nandos bege. Cucu lo belom lahir." Sahut Bela menyenggol lengan Nanda. Cewek itu hanya mengangkat bahu.
"Biar nggak mainstream."
"Serah lo deh seraaaaaahhh."
"DENGER GUA WOIII." Saka berteriak saking gemasnya, tak ada yang memperdulikan dirinya di depan kelas, semua anak tampak sibuk dengan urusan masing-masing. Saka tampak seperti vokalis band rock yang kesetanan di atas panggung. "KEBAKARANNYA DI SEBELAH, BUKAN DI SEKOLAH INI. SEKARANG LO SEMUA BERESIN BUKU, MASUKIN TAS DAN PULANG!"
Bela dan Nanda tertawa bersamaan. Anak yang lain juga banyak yang ngakak karenanya, mereka hampir melupakan musibah kebakaran karena Saka. Bela segera memasukan segala alat tulisnya kedalam tas. Setelah mejanya kosong, handpone di dalam sakunya bergetar. Ia kemudian mengeluarkan benda persegi itu.
Ada pemberitahuan line. Bela mengernyit.
Dalvin : Gue di depan kelas lo.
Refleks Bela langsung melihat ke arah pintu kelas. Akan tetapi pintu tertutup rapat, ia kembali pada hp. Nanda sudah mengintip-ngintip layar handponenya.
"Wuih udah temenan di line pula."
"Dia yang nge-save nomer gue." Bela berucap sambil mengetik sesuatu.
"Omaygatt...! Sudah sejauh itukah hubungan kalian?" Nanda menutup mulutnya lebay.
Bela tak memperdulikan sahabatnya kali ini. Ia cape menghadapi Nanda yang selalu berlebihan. "Gue pulang duluan ya." Bela meraih tas sekolahnya kemudian disampirkan di bahu.
"Eh eh kok gua ditinggalin. Woi Bela!" Yang dipanggil malah tak menoleh sedikitpun. Nanda mendengus. Begini ternyata rasanya ditinggal sahabat karena cowok.
●●●
"Hai" Dalvin menyapa kaku Bela yang baru muncul dari balik pintu kelas.
"Hai juga." Bela membalas senyum Dalvin. "Btw thanks ya bajunya." Bela saat ini mengenakan baju olahraga milik Dalvin. Meski sedikit kebesaran tapi tak apa, baju Dalvin jauh lebih baik daripada dia harus menggunakan baju bekas kuah mi ayam.
"Sama-sama. Kita pergi sekarang nih?" Dalvin memperbaiki posisi tasnya.
"Yap sekarang"
"Mmm, yaudah yuk."
Bela mengangguk kemudian mengikuti Dalvin yang lebih dahulu berjalan. Dari belakang Bela memperhatikan cowok itu. Postur tubuh Dalvin bisa dikatakan bodygoals. Dalvin tinggi, tapi tak berlebihan. Punggungnya terlihat sangat pelukable. Tangannya biasa saja, tak berotot tapi tak gemuk ataupun kurus, kulitnya lumayan putih dan terlihat lebih bersih dari cowok pada umumnya, anak rambut di leher bagian belakang nampak lucu dimata Bela. Bajunya yang dikeluarkan menambah kesan cool pada diri cowok itu.
Tanpa memperhatikan arah Bela tetap berjalan, mengikuti setiap langkah Dalvin. Sial, anak rambut di leher Dalvin menarik perhatian Bela, membuat mata Bela tak bisa lepas dari Dalvin. Bela terus memikirkan banyak hal tentang Dalvin. Dari hal-hal kecil sampai besar.
Tiba-tiba saja wajahnya membentur sesuatu yang keras, hidung mancungnya terasa ngilu. Bela sadar, ia baru saja menabrak punggung Dalvin karena cowok itu tiba-tiba berhenti. Bukannya segera menjauh Bela malah terlena, diam ditempatnya. Menikmati wangi khas yang seakan membuatnya melayang.
"Bela, kita udah diparkiran. Banyak orang disini, lo jangan nyium punggung gue."
Perkataan Dalvin tadi langsung menelusup masuk ke gendang telinga Bela, sepersekian detik langsung sampai di otak Bela, dan pada akhirnya berefek pada wajah Bela yang memerah. Secepat kilat Bela menjauh. Mengumpat dalam hati.
"So-sori, tadi gue ngelamun." Bela menunduk. Dalvin sudah berbalik dan menatapnya. Ia yakin dirinya nampak sangat aneh saat ini.
"Santai aja Bel, gausah tegang gitu." Dalvin tertawa kecil kemudian masuk ke dalam mobil.
Bela meringis, menepuk kepalanya sendiri. "Bego banget si gue." Rutuknya. Ia berjalan gontai memutari mobil Dalvin kemudian ikut masuk ke dalam mobil cowok itu.
Bela tidak duduk di sebelah Dalvin melainkan di bangku tengah mobil. Dalvin melirik Bela dari kaca spion. Keningnya mengerut. "Lo ngapain disana?"
"Gue? Gue duduk." Bela melepas tas ranselnya.
"Nggak maksud gue, lo kenapa duduk disana? Di depan aja." Kalau Bela duduk di belakang, bagaimana nanti caranya Dalvin mengambil foto cewek itu diam-diam. Kanya tidak akan percaya jika Dalvin hanya mengatakkan mereka sudah baikan, tentu harus ada bukti.
"Nggak gue di sini aja."
"Depan aja, biar gampang juga lo nunjukin jalan. Gue nggak tau tempet beli siomay yang enak."
"Tapi..." Bela menggaruk alisnya. Bela harus fikir-fikir dulu untuk duduk sedekat itu dengan Dalvin. Punggungnya saja mampu membuat Bela bertingkah bodoh apalagi wajahnya. "Nggak deh, gue disini aja." Bela tetap kekeh pada pendiriannya.
Dalvin menyalakan mesin mobil. "Kedepan make kaki sendiri atau gue gendong?" Tak ada cara lain selain memaksa Bela. Dalvin ingin cepat-cepat mendapatkan bukti dan menunjukkannya pada Kanya agar cewek itu mau berbicara padanya.
"Kok lo jadi maksa sih?"
Dalvin mengedikkan bahu. "Pilih aja."
"Demi siomay." bisik Bela berusaha sabar kemudian pindah dan duduk di sebelah Dalvin.
"Demi siomay atau takut gue gendong?" Dalvin menyeringai karena kini Bela sudah duduk manis di sebelahnya. Mobil hitam itu mulai bergerak. Mundur perlahan hendak keluar dari parkiran.
"Terserah lo mau mikir apa, nyatanya ini demi siomay." Bela memutar bola mata.
"Dan ini juga demi Kanya." Sahut Dalvin dalam hati.
[
TBC]
Author Note :
Ketemu lagi sama aku gengs. Btw aku mau kasi misi nih buat kalian, tag 3 atau lebih teman kalian, dan ajakin buat baca dhwh😂 buat yang berkenan aja sih, kalo gamau juga gapapa:))
Mau bilang makasi sama kalian yang udah mau baca dhwh, vote, dan komen. Jujur setiap baca komen kalian yang lucu dan bikin ngakak itu rasanya ada energi yang bikin semangat. Makasi gengs kalian mencintai Dalvin dan Bela dengan segala kekurangannya.
Kalian terbaik, Haula sayang readers😢😊.
Siapa yang mau dia muncul di cerita ini?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro