6. Kedua Kalinya(Part a)
- Barisan semut hitam di dinding uks pun tahu, hati ini meleleh perlahan karenamu. -
●●●
BELA tetap mengambil mawar dari tangan Momma meski raut bingung mendominasi di wajahnya. Kata Momma Rani, itu ia dapatkan dari anak kecil yang entah datang darimana. Anak kecil itu berpesan agar bunga tersebut diberikan pada Bela. Saat Rani bertanya siapa yang menyuruh, anak kecil itu hanya mengangkat bahu kemudian memperlihatkan deretan gigi susunya.
"Aku udah ada 4 mawar loh Mom." Mata Bela menyipit takjub. Sudah empat mawar ia dapatkan. Yang Bela herankan adalah, kenapa harus mawar? Kenapa nggak siomay?
"Mungkin orang iseng, biarin aja. Momma urus administrasi dulu. Kamu duluan ke mobil aja sayang, momma ambilin dulu kuncinya," kata Rani merogoh tas hitamnya mencari kunci mobil di dalam sana.
"Nggak Mom, Bela tunggu disini aja."
Rani mengangkat wajah, tangannya yang sibuk mencari terhenti. Ia mengangguk tipis, urung memberikan kunci mobil pada Bela. Kini ia celingukan mencari-cari sesuatu. Menengok kiri kanan hingga menemukan sesuatu yang dicarinya dibelakang Bela. "Kamu duduk disana dulu, nanti pusing kelamaan berdiri," Suruh Momma menunjuk kursi panjang.
Bela menengok ke belakang. "Okay Mom," sahutnya patuh.
Rani segera pergi mengurus pembayaran rumah sakit. Mata Bela menyapu keadaan sekitar. Koridor rumah sakit nampak lengang. Mungkin karena masih pagi, jadi belum banyak orang yang datang menjenguk.
Belum sempat Bela menjatuhkan pantatnya di kursi panjang, seseorang lebih dulu menyerukan namanya. "Belaaaa." Wanita cantik itu kini berdiri di hadapan Bela dengan wajah sumringah.
"Kak Jes!"
"Sedih banget aku, kamu udah mau pulang"
Bela terkekeh. Dokter di depannya ini sekarang sudah menjadi sahabat dan teman curhatnya. Selama Bela dirumah sakit Dokter Jessie selalu menemani dan mendengarkan keluh kesahnya.
"Kan udah tukeran kontak Kak, nanti bisa jalan bareng kok."
"Iya juga sih, tapi nggak bisa main tiap hari kayak kemarin-kemarin." Jessie melirik tangan Bela. "Mawar itu lagi?"
Bela menunduk melihat mawar ditangannya, tersenyum kemudian mengangkat wajah. "Iya nih, tadi dititipin lewat Momma"
"Parah, penggemar kamu ini gercep banget. Aku kecolongan start."
Bela mengernyit. Seakan mengerti arti wajah bingung Bela, Jessie membuka suara. "Aku punya adik cowok. Rencananya sih mau ngenalin kamu sama dia Bel. Kalian seumuran loh, kali aja gitu bisa deket."
Bela tertawa setelah mendengar penuturan Jessie. "Aduh, ceritanya mau jadi mak comblang?"
"Hahaha, iya. Bosen aja aku liat dia dirumah, gabut sama gitar mulu. Kamu mau aku kenalin?"
"Mau lah Kak."
"Ekspektasi kamu jangan cowok ganteng, rapi, sopan, dan perfect yah. Dia itu ugal-ugalan, ngomongnya ceplas-ceplos. Tapi nilai plus dia itu, pinter main gitar dan bisa ngelukis," ucap Jessie mempromosikan adiknya dengan semangat 45.
"Kalau diliat dari kakaknya sih kayaknya dia ganteng."
"Bisa aja kamu Bel." Jessie tertawa renyah.
Percakapan mereka terhenti ketika Momma Rani menghampiri. Rupanya ia sudah selesai mengurus pembayaran rumah sakit.
"Hai tante," sapa Jessie pada wanita paruh baya yang terlihat mirip dengan Bela. Ia kemudian menyalami tangan Momma Rani.
"Halo dokter cantik" Momma Rani balas menyapa dengan pujian jujurnya.
"Ah Tante mah mujinya bisa banget."
"Bisa dong. Dokter makasi ya udah rawat Bela tiga hari. Katanya dia ditemenin Dokter kalau lagi kesepian."
"Sama-sama tante, udah kewajiban saya"
Momma Rani tersenyum lembut. Dia melirik Bela disebelahnya. "Udah pamitan sama Dokter cantik?"
"Ini mau pamitan Mom" kata Bela lalu Bela dan Jessie berpelukan layaknya teletubies.
"Jaga kesehatan ya, Bel. Kalo sekolah jangan nyetir sendiri." Jessie berpesan, mereka masih berpelukan.
"Iya, Kak. Thanks udah jadi kakak aku selama tiga hari ini. Kak Jess juga jaga kesehatan." Perlahan pelukan mereka melonggar dan akhirnya terlepas.
"Kita pulang dulu ya, Dok." Momma berpamitan. Bela melambaikan tangan. Rasanya sangat bahagia bisa mengenal dokter cantik dan ramah itu. Setelah berpeluk ria akhirnya Bela dan Mommanya pergi menuju parkiran.
Saat di dalam mobil Bela terus memandangi mawar merah ditangannya. Mawar yang kemarin masih ia simpan. Ia membawanya pulang meski sudah layu dan lusuh. Sampai sekarang ia masih belum mengetahui siapa gerangan yang memberikan mawar untuknya. Meski Nanda sudah mengoceh bilang mawar itu dari Dalvin tapi itu belum bisa dipastikan benar.
Bela memandang jalanan luar. Tiba-tiba saja dia teringat tentang Dalvin. Entah apa yang terjadi dengan otaknya, mungkin karena ia baru bertemu Dalvin. Bela bertanya-tanya kenapa ia dan Dalvin akhir-akhir ini sering bertemu. Disekolah, di minimarket, dan dirumah sakit. Kenapa Dalvin ada dimana-mana? Dan anehnya mereka selalu bertemu dengan cara yang mengejutkan.
"Mikirin apa sayang?"
"Uh?" Bela menoleh, menggeleng. "Nggak ada Mom."
"Bela, siapa itu nama temen kamu. Da... Davin?" Rani berusaha mengingat nama anak cowok yang ia temui saat hari pertama Bela masuk rumah sakit.
"Dalvin?" Bela menaikan alis ragu.
"Iya Dalvin." Mobil berhenti di depan lampu lalulintas berwarna merah.
"Dia bukan temen Bela."
"Iya tapi kalian satu sekolah, Momma liat seragam dia sama kayak kamu." Bela mengangguk tak perduli. "Dia baik banget ya orangnya. Hebat loh dia berani nolongin kamu. Resikonya besar. Apalagi mobil kamu kekunci dari dalam. Gentle banget dia."
"Loh terus gimana cara dia ngeluarin aku kalau pintunya kekunci dari dalam?"
"Kaca mobil kamu dia pecahin."
"What?!" Bela menjerit. "Kurang ajar tu bocah."
"Hei hei, kamu harusnya bilang makasih."
"Haruskah aku bilang makasi sama orang yang udah ancurin mobil aku Mom?" Bela sudah tidak mengerti lagi dengan jalan fikiran Mommanya.
"Kalau nggak ada dia kamu nggak bisa dimobil Momma sekarang dengan sehat. Masalah kaca mobil gampanglah, nyawa kamu jauh lebih penting"
Bela menghela nafas. Ia memasang wajah cemberut. Menyandarkan punggung. Membuang pandangan ke arah luar.
●●●
SETELAH istirahat sehari dirumah, Bela ngotot mau masuk sekolah. Ia rindu sekolah, ah tidak, lebih tepatnya ia rindu suasana kelas dan teman-temannya yang konyol. Pagi ini ia sekolah tidak membawa mobil sendiri seperti dulu, melainkan di antar Mommanya. Tak apa, yang terpenting ia bisa sampai disekolah.
Tidak sekolah empat hari rasanya Bela sudah sangat merindukan dering Bel masuk, suara penggaris yang dipukulkan guru di meja agar muridnya tenang, dan rindu ocehan Nanda di kelas. Intinya Bela rindu semuanya, kecuali pelajaran yang menbuat pening.
"Wuaaaaaaa Bela masuk, cieee udah sembuh." Teriakan bahagia anak kelas menyambut kedatangan Bela yang baru saja memasuki pintu.
Nanda yang duduk di kursi paling belakang langsung berlari kedepan dan memeluk Bela erat seperti mereka sudah tak bertemu sekian tahun. Padahal setiap hari cewek itu menjenguknya kerumah sakit."Yaampun Nabola akhirnya lu sekolah juga. Gue kirain lu bakalan lanjutin libur sampe minggu depan"
"Enggaklah, emang elo suka nyuri libur." Bela memutar bola mata.
"Gapapalah, ini aja sebenernya gue pengen lanjut libur. Kelas duabelas To-nya bentaran banget cuma tiga hari."
Bela langsung menoyor kepala Nanda. "Dasar, mau jadi apa lo nanti kalo libur mulu."
"Jadi istri solehah untuk bang Jos" jawab Nanda asal. Anak-anak lain yang mendengar ucapan Nanda menyahut.
"Solehah darimananya kalau nggak ada Jos kerjaannya liatin cogan mulu."
"Masih sma udah istri-istrian, pr aja belum becus lu urusin Nda."
Nanda mendelik. "Yeee sewot aja lu pada."
Sejurus kemudian ketukan pintu mengalihkan perhatian semua orang. "Misi, ada Bela disini?" Seorang petugas piket yang setiap hari mengantarkan titipan dan surat izin ke setiap kelas berdiri di depan pintu.
"Iya saya Bela" ucap Bela melangkah ke arah petugas piket.
"Ini ada titipan surat dan mawar"
"Siapa yang nitip?" Tanya Bela mengambil kedua barang tersebut dari tangan si petugas piket.
"Katanya nggak mau disebutin namanya," sahut petugas piket itu Tanpa basa-basi dan langsung pergi. Kelihatannya sedang sibuk sekali.
"Anjir Dalvin sweet banget" Bela menoleh. Nanda sudah disebelahnya. Dibukanya surat kecil yang sepertinya baru di tulis itu.
"Gue seneng lo udah sekolah lagi" - G
[TBC]
Author note :
Saya mulai nggak percaya diri dengan cerita ini😢 serius dah, nggak pede banget, nggak ada unyu-unyunya buat dibaca. #efekbacakaryaoranglainjadigini.
Mari berbagi tips untuk author gengs, mungkin kalian ada cara biar aku bisa suka dengan apa yang aku buat. :((
Btw hari ini aku uas gengs dan aku tetap update. Lihatlah betapa sayangnya aku sama kalian readers dhwh💞💞💕❤😻 *hastagauthorgombal.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro