2. Musuh Baik Hati(Part a)
"Serius Bel lo nggak makan nih?" Tanya Nanda yang baru datang sambil membawa semangkuk mi ayam. Bela menggeleng, dia tidak suka makan sesuatu yang berair di pagi hari, lagipula tadi dia juga sudah sarapan di rumah.
Nanda mengangguk sambil meletakkan mangkuk mi ayamnya di atas meja kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan Bela. "surganya siswa itu pas perut laper eh nggak ada guru" ucap Nanda kemudian mulai mengaduk mi ayamnya hingga makanan itu mengeluarkan kepulan asap tipis.
"setuju! apalagi jam kosong karena guru fisika nggak masuk. Behh adem banget rasanya"
Nanda tertawa. "ngomong-ngomong pak guru kemana ya? Nggak biasanya dia nggak ngajar, secara kan dia guru paling rajin"
Bela mengedikkan bahu. "Bodoamatlah dia mau kemana, yang penting kita nggak belajar"
"Iya juga sih hehe"
"Nda gue mau nanya deh." Bisik Bela.
"Nanya apaan?" Nanda menatap Bela heran, untuk apa Bela bisik-bisik jika hanya sekedar bertanya padanya, sampe ngangkat bokong dari kursi segala.
Bela menengok ke kiri dan kanan, waspada jika nanti ada yang mendengarnya. "lo kenal Dalvin?" Tanya Bela hati-hati.
Nanda berhenti makanin mi ayamnya, ia mengalihkan pandangan dari mangkuk ke wajah Bela yang sarat akan rasa penasaran."maksdud lo Dalvin anak kelas 11 ipa 6?"
"nggak tau, gue cuma tau namanya doang. Orangnya tinggi, putih terus tampangnya sangar, eh snagar gak sih? gatau deng. intinya Kalo diliatin tuh bikin kesel"
"kayaknya sih yang lo maksud Dalvin anak ipa 6, si kapten futsal itu. Setau gue nama Dalvin disekolah ini ya cuma dia. tampangnya sih emang sangar tapi hatinya menawan" jelas Nanda sambil tersenyum malu-malu, Bela mendelik. Sambil terkekeh Nanda kembali menyantap mi ayamnya yang sudah mulai dingin. "emang kenapa Bel?" tanyanya penasaran. Tidak biasanya Bela menanyakan soal cowok padanya.
Bela menggeleng,"nggak, gue cuma nanya aja" jawab Bela berbohong.
Nanda memandang curiga, memicingkan mata sambil tersenyum jenaka. "lo naksir yaaaa sama diaa?"
"Ih amitt amitttt! nggak mungkin Bela syantik naksir cowok bedebah itu" ucap Bela sewot.
"kok lo ngegas si? Tuh kaannn suka, naksir ya? Gapapa kali, dia juga lagi jomblo sekarang. Lumayan tau, ganteng, anak futsal, pinter, berkarisma, followers ig-nya juga banyak. Intinya kalo dia sama lo, dia nggak akan kebanting kok, kalian selevel gitu" Cerocos Nanda.
"cerewet lu ah, cepetan noh abisin mi ayam. Ntar keburu jam fisika selesai" Bela melipat tangannya di depan dada dengan memasang wajah kesal.
Tap...tap...tap
Terdengar suara derap langkah yang semakin lama semakin keras. Awalnya sih Bela tak perduli tapi karena namanya dipanggil, gadis itu menoleh kebelakang. Dia melihat Ira yang sedang berlari kearahnya.
Ira berdiri tepat di samping meja tempat Bela duduk. Ia meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Rasanya dia mau pingsan saja karena berlari dari lantai dua hingga ke kantin sekolah. "Gila! kelas lagi kena bencana kalian malah enak enakan makan disni"
Bela dan Nanda menatap Ira bingung. Baru datang Ira sudah berkata seperti itu.
"Kalian di cariin pak Edi," tutur Ira dengan wajah pucat pasi, selain karena berlari wajah pucatnya di disebabkan nama guru yang di sebutnya tadi.
Bela yang mendengarnya lantas kaget. "PAK EDI?!" pekiknya bersamaan dengan Nanda. Lebaynya Nanda sampe menggebrak meja.
"Bukannya pak guru nggak masuk?" Tanya Bela khawatir. Ya, khawatir dengan keselamatannya setelah ini.
"Aduh! Ceritanya panjang, sekarang lo berdua dicariin. Tadi pak guru di kelas marah-marah gara-gara kalian nggak ada dikelas. Katanya sekalipun nggak ada guru kita gaboleh keluar"
***
"Ahhh capek, nggak kuat gua" keluh Nanda. Ia dan Bela sudah berlari mengelilingi lapangan lima putaran dan lima putaran lagi masih menunggu mereka.
"Ayoo Nan semangat, kalo istirahat terus nanti nggak selesai selesai" teriak Bela yang berlari di depan Nanda.
"Nggak ah gue mau istirahat" kata Nanda kemudian larinya semakin pelan. Cewek itu melangkah ke kursi besi panjang yang ada di pinggir lapangan. Sementara itu Bela masih kekeuh berlari. Sesekali Bela menengok kebelakang sambil melambaikan tangannya kearah Nanda, mengajak temannya itu untuk berlari bersama.
Bela merasa matanya sudah tak waras, larinya melambat. Baru saja ia melihat sesosok manusia yang paling dibencinya di muka bumi ini. Dan, What?! orang itu sekarang sedang berjalan ke arahnya. Dunia sudah gila, cowok itu tersenyum padanya membuat Bela mengerjap tak percaya. "itu cowok gila apa ya?"
seketika wajah Bela memerah karena malu, Bela baru saja kegeeran. sepertinya Dalvin dan teman-teman datang ke lapangan untuk bermain bola bukan untuk menghampirinya. Buktinya cowok itu dan teman-temannya berjalan melewati Bela seakan-akan Bela tidak ada ditempatnya.
"kok gue gr gini sih" desis Bela kesal bercampur malu, dia menjadi tidak bersemangat lagi untuk berlari. Bela memutuskan untuk mengikuti jejak Nanda, beristirahat sebentar, kalau bisa ia ingin mengajak Nanda kabur dari hukuman yang sedang mereka jalani. Dirinya malas jika dekat-dekat dengan Dalvin.
"nyerah bu?" Nanda yang duduk mendongak menatap Bela.
"males lari, ada kotoran di lapangan"
Nanda mengangkat alis karena perkataan Bela. dia tidak mengerti, cewek itu segera memiringkan badan menghadap Bela yang kini sudah duduk di sampingnya. "kotoran? Siapa yang pup sembarangan?"
"maksud gue bukan kotoran itu pea" sahut Bela gemas. "itu tuh kotorannya" Nanda mengikuti arah telunjuk Bela dan titik pandangannya jatuh pada cowok tinggi yang sedang menguasai bola di tengah lapangan.
"itu Dalvin kan?"
"Ya emang Dalvin" jawab Bela sensi.
"kok bilang kotoran?"
"JIHAN NABILA PRANJASDHINA! NANDA KUMALA! SIAPA YANG NYURUH KALIAN DUDUK!!?"
Bela dan Nanda lantas mendongak bersamaan. Tidak hanya Bela, semua orang yang ada di lapangan juga mendongak. Di atas sana, di lantai dua pak Edi sedang melotot kearah dua siswanya yang ia berikan hukuman.
"Lariii!" terdengar suara teriakan pak Edi berasal dari pengeras suara yang di pegang guru itu. Bela dan Nanda langsung beranjak dari duduknya, kembali berlari pontang-panting dipinggir lapangan.
"Hukuman kalian bapak tambah, sepuluh putaran lagi!"
Bela mendesah gusar. Lima putaran saja ia sudah merasa nyawanya melayang entah kemana. Dan sekarang pak Edi menambah hukuman mereka. Bisa-bisa Bela mati mati sebentar lagi.
cewek itu mengelap keringat yang mengucur di dahinya. Ia menengok kearah lapangan, semua anak yang sedang main bola malah jadi menonton dirinya dan Nanda berlari. "sial" bisiknya. Secara tak sengaja mata Bela bertemu dengan iris hitam Dalvin. Betapa Bela ingin menjambak rambut cowok itu saat Dalvin tersenyum mengejek kearahnya. Bela kembali meluruskan padangannya kedepan, ia tak mau emosinya terpancing.
Tanpa Bela sadari, Dalvin, cowok yang teramat ia benci sedang berlari menghampirinya sambil membawa sebotol minuman dingin.
TBC
seperti biasa judul kali ini aku bagi dua part, ada a dan b. part b akan aku post kamis, ditunggu yaw:)
next ga nih?:v
Ini dia Bela temen temen
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro