Teruntuk Bumiku,

Saya tahu kamu lelah. Saya yakin kamu pun tak ingin cepat-cepat pejah. Karena saya juga berharap bahwa selamanya saya bisa tinggal di antara rambut-rambut hijaumu.

Terkadang saya ikut bergaduh dengan teman-teman perkara bagaimana bentuk tubuh, rongga dan ketiakmu. Apakah bundar ataukah bulat? Apa kotak atau serupa donat? Kami hanya mengira. Anggap kami semua bermain-main saja. Jangan dianggap serius, cuma penasaran bagaimana rupamu secara menyeluruh. Kami cuma punya sepasang mata kecil yang pandangannya dipotong horizon, badan sekecil kutu yang rapuh, otak selembek lumpurmu yang becek. Jangan dipikirkan, kalau sehari-hari gurauan kami yang mungkin terlalu body shaming. Kurasa, tidak semua dari kami sadar apa yang kamu tidak suka. Ke depannya kami akan sering-sering berdiskusi dan beraksi, tentang bagaimana sebaiknya kami tetap membuatmu bangun dan terjaga.

Saya senang sebab saya lahir di tanahmu, bukan di batuan Mars, bukan juga di pasir Venus. Menjadi salah satu dari mayoritas adalah suatu kehormatan. Terima kasih sudah bertahan. 

Kutu tertidur-mu,

akidwithachips