Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 16

by sirhayani

part of zhkansas

16

"Bye!" Zeline melambai-lambai dari beranda rumahnya. "Hati-hati, ya!"

Dewa mengangguk-angguk, lalu dia memasuki mobilnya dan segera pergi dari sana. Awalnya, dia melajukan mobilnya baik-baik saja. Sampai kemudian sebuah mobil dari arah berlawanan melaju dengan kecepatan di atas normal. Dewa terkejut. Lampu mobil menyilaukan matanya di jalanan yang cukup lengang. Refleks dia menginjak rem dan tanpa sadar membelokkan setir mobil. Mobilnya berputar sampai kemudian terhenti menghantam sebuah trotoar.

Cowok itu mengumpat saat dirasakannya tubuhnya sakit. Dia keluar dari mobil itu dan berdiri menunduk sembari menahan tangannya di pintu mobil.

Tatapannya beralih ke mobil yang menjadi penyebab kejadian ini terjadi. Dia melihat pengemudi yang menurunkan kaca jendela dan saat itu dia terkejut.

Dean ada di sana, memandangnya dengan dingin. Dean baru akan membuka mobilnya dan sebuah pistol ada di tangan, tetapi cowok itu mengurungkan niat saat beberapa orang mendatangi Dewa dan menanyakan keadaannya.

Tak lama kemudian, Dean melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Meninggalkan Dewa yang tak habis pikir dengan apa yang terjadi barusan.

Nyawanya hampir saja hilang.

***

Siang itu, lebih dari dua jam setelah sekolah bubar, Lucy dan dua sahabatnya menunggu Dewa datang. Mereka awalnya berpikir bahwa Dewa terlambat karena pasti ada urusan kecil di sekolah. Namun, semakin lama Zeline tak tahan dan berpikir macam-macam. Tak biasanya Dewa terlambat selama itu.

"Kok perasaan gue nggak enak, ya?" gumam Zeline sembari menggoyangkan kakinya tak tenang.

Lucy tidak begitu khawatir sampai sebuah nama muncul di benaknya; Dean.

Dia memikirkan kesalahan yang dia lakukan kemarin. Apa ada? Hanya sentuhan singkat tangan bersama Dewa. Apakah itu akan membuat Dean berbuat hal yang ekstrem lagi? Dean sudah berjanji untuk tidak melakukan hal gila lagi.

Lucy termenung. Cowok yang menggodanya di perpustakaan bicara dengan suara, lalu mati di tangan Dean karena tak sengaja membuatnya sampai mati. Gaga yang berbicara menyebalkan sampai menyentuh Lucy beberapa kali, menjadi korban tabrak lari yang dilakukan sendiri oleh Dean.

"Kita ke sekolahnya aja." Lucy berlari keluar kelas diikuti Zeline yang protes.

"Apa? Capek tahu."

"Nggak ada pilihan." Mata Lucy berkaca-kaca, takut Dean melakukan kesalahan lagi. "Perasaan gue nggak enak. Dean...."

"Dean? Ma... maksud lo?" gumam Zeline takut.

"Gue khawatir ada hubungannya dengan Dean." Lucy berlari kencang dan Zeline juga melakukan hal yang sama karena takut terjadi sesuatu hal pada kekasihnya.

"Clarissa mana?" Lucy berhenti dan menoleh ke belakang. Clarissa tidak ada.

***

Perkelahian Dean dan Dewa di sekolah Lucy berakhir dimenangkan oleh Dean yang memang lebih banyak pengalaman dalam bertarung. Dewa terduduk, bersandar di dinding belakang sekolah sambil memegang dadanya yang terasa sakit karena dipukuli oleh Dean.

Clarissa ada di sana. Tak sengaja menemukan mereka. Niatnya untuk mencegah perkelahian itu berakhir seperti patung yang menangis. Dia berada pada situasi di mana dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Dean mengancamnya untuk tidak ke mana-mana. Dean mengarahkan pistol tepat ke kepala Dewa dan bisa saja dalam hitungan detik pistol itu akan mengarah ke kepala Clarissa, seperti ancaman Dean kepadanya beberapa saat lalu.

"Lo. Nggak boleh ke mana-mana apalagi manggil Lucy." Perkataan Dean ditujukan kepada Clarissa meski tatapan dinginnya terus menatap Dewa yang hampir kehabisan tenaga. "Dan lo berani nyentuh Lucy gue?"

Dewa menggeleng dan tertawa. Dipalingkannya wajah ke arah lain. "Parah. Kasihan Lucy harus terjebak dalam hidup cowok kayak lo."

Dean baru akan menarik pelatuk. "Gue matiin sekarang, ya?"

"DEAN!"

Dean mematung. Suara Lucy sangat keras. Dean mendengar suara itu bergetar memanggil namanya. Tak lama kemudian Lucy sudah berlutut di belakang Dewa sambil merentangkan tangannya dan menangis. Berusaha menjadi tameng agar peluru itu tidak keluar dari tempatnya.

"Apa yang lo akan lakuin?" tanya Lucy sambil terisak. "Kalau lo kayak gini gimana gue bisa nerima hidup lo? Apa dengan membunuh? Lo pikir itu akan menghilangkan masalah yang lo hadapain? Enggak."

"Lucy, menyingkir," ujar Dean. Suara itu kembali membuat Lucy takut. Lucy marah. Dia berdiri dengan perasaan campur aduk.

"Lo... kalau lo berani sekali lagi nyentuh temen-temen gue, gue nggak akan pernah maafin lo sampai kapan pun. Sampai gue mati." Lucy mengernyit menahan sakit di perutnya.

Sesuatu mengalir turun ke kakinya.

Darah.

***


 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro