Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 13

Informasi, di sini banyak yang nggak bisa aku ceritakan. Soalnya terlalu banyak skinship yang aku juga nggak nyaman nulisnya.Masa-masa tiga minggu lebih itu dihabiskan Lucy-Dean untuk lebih dekat. Jadi di part 13 ini langsung lompat aja. Kita fokus menuju ke permasalahan berikutnya.

catatan tambahan (edit): aku tambahin adegan part 13 di karyakarsa sebelum adegan yang ada di part 13 di wattpad ini.

Karyakarsa adalah platform untuk mendukung kreator seperti penulis. Daftar dan login lewat web https://karyakarsa.com atau download aplikasinya di play store/app store. Cari akun: zhkansas

cara baca Extended Part 13 di https://karyakarsa.com/zhkansas


by sirhayani

part of zhkansas

13

Lucy menghilang berminggu-minggu. Hampir satu bulan cewek itu tiba-tiba pergi tanpa kabar. Keluarga Lucy sudah melapor kepada polisi dan tak ada hasil sama sekali. Polisi tiba-tiba menghentikan pencarian disaat mamanya Lucy putus asa. Zeline dan yang lain ingin menemui keluarga Dean, tetapi mereka tidak tahu siapa keluarga Dean. Sekolah tak membiarkan mereka mencari tahu lebih jauh tentang keluarga Dean. Sekolah merahasiakan keluarga Dean dari siapa pun.

Daren memang sengaja membungkam pihak sekolah untuk tidak menyebarkan segala informasi tentang Dean, terutama siapa keluarga Dean sebenarnya. Rupanya hal itu bermanfaat disaat seperti ini. Tak ada yang boleh tahu mengenai siapa ayah Dean sebenarnya.

Di balik meja kerjanya, Daren memandang beberapa anak buahnya yang dia pekerjakan untuk mencari keberadaan Dean dan Lucy. Tak ada hasil. Informasi yang Daren berikan memang tidak begitu rinci. Masih ada satu tempat yang kemungkinan besar menjadi tempat persembunyian Dean dan Lucy saat ini.

Daren cukup puas berhasil membesarkan anak yang tak takut menembak seseorang. Daren puas ketika Dean tak perlu merasa bersalah ketika mengakhiri hidup seseorang. Akan tetapi, Daren sangat menyangkan alasan di balik apa yang dilakukan Dean belakangan ini adalah karena satu perempuan.

"Kenapa dia harus berurusan dengan perempuan?" Daren menyatukan jemarinya. Dipandaginya tangan kanannya yang sedang berdiri memandangnya. "Gerald, segera urus anak itu. Cari dia di tempat terakhir. Dia tidak akan bisa sembunyi lagi."

***

Lucy membuka mata dan langsung meregangkan otot-ototnya. Dia menguap, lalu melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 7 pagi. Lucy masih mengantuk karena dia pun tidur baru pukul 3 pagi. Lucy hampir membuka selimutnya di mana tubuhnya tak terlapisi sehelai benang jika tak segera menyadari ada Dean di sampingnya yang sedang menatap intens.

"Eng...." Lucy menoleh, lalu tersenyum canggung. "Tadi lo ngelihat semuanya? Gue nguap lebar banget...."

Dean tersenyum dan mendekat, lalu menarik Lucy ke dalam pelukan hangatnya. "Ya. Itu manis."

Lucy mengernyit. "Aneh lo. Sama sekali nggak. Manis apanya?"

Dean mencium ceruk leher Lucy.

"Gue masih ngantuk," bisik Lucy saat Dean kembali memandangnya. "Makan, yuk? Gue udah buat sarapan."

"Mau tidur. Satu jam!" Lucy tersenyum melihat Dean menatapnya penuh peringatan. Seolah mengatakan, "Lo harus sarapan sekarang."

Lucy sadar dia yang awalnya selalu ketakutan dengan Dean kini tak lagi. Mungkin karena memang di vila itu Dean tak pernah melakukan hal yang membuat Lucy merasa terancam. Dean serius ingin belajar menjadi manusia normal, ingin menjadi terlihat seperti kebanyakan orang di sekeliling Lucy, ingin agar Lucy tak lagi melihatnya seperti seorang psikopat lagi. Lucy luluh di setiap perlakuan Dean yang perlahan berubah manis dan lembut. Tanpa sadar Lucy benar-benar jatuh ke pelukan cowok itu.

Dan kembali mengulang kesalahan sama, memberikan tubuhnya kepada Dean secara suka rela. Yang awalnya Lucy ragu kemudian karena terbiasa Lucy lupa bagaimana dia pernah menyesal dan menangis telah menjadi kotor. Tidak. Dean tidak meminta, tetapi semua mengalir begitu saja tanpa Dean mengatakan apa pun atau Lucy yang berusaha untuk menjauh.

Satu hal yang Lucy sadari; perasaannya berubah. Dean berhasil membuat Lucy tak bisa lepas darinya.

"Harusnya, ayah bisa menemukan kita dalam waktu sehari. Ini sudah, eum, tiga minggu?" tanya Dean sambil memeluk Lucy dari belakang.

Lucy membuka matanya dan kesadarannya perlahan kembali. Di hari kedua mereka berada di sana, Lucy ingin tahu segala hal tentang Dean. Dean hanya membungkamnya dengan ciuman singkat.

Hari ketiga mereka berada di sana, Dean bercerita tentang ibunya. Dean tidak pernah tahu siapa ibunya. Dia tak pernah tahu kasih sayang dan hampir tak pernah tahu dunia luar. Lucy adalah perempuan sebaya yang pertama kali dia temui seumur hidupnya dan cinta pertamanya.

Cinta pertama. Begitu pengakuan Dean hari itu yang saat itu Lucy berpikir apakah Dean benar-benar mencintainya?

Tidak pernah mendapat kasih sayang dari seorang ibu adalah salah satu alasan yang membuat Lucy merasa ingin terus ada di samping Dean dan menjadi ibunya.

"Cepat atau lambat kita akan ketahuan di sini." Embusan napas Dean terasa di pundak Lucy yang telanjang. "Tapi sebelum itu, kita harus pulang duluan. Gue pengin ketemu papa mama lo buat minta maaf."

Lucy berbalik dan memandang mata cokelat terang Dean. Dean yang bersikeras untuk meminta maaf sementara Lucy sama sekali tidak menginginkan itu karena pasti papanya sangat marah dan bisa saja Dean akan berakhir babak belur.

"Gue masih pengin bareng. Di sini," bisik Lucy. Lucy sampai tidak begitu memikirkan kedua orangtuanya yang cemas.

"Harus. Selalu. Sampai kapanpun, tapi nggak mungkin kita di sini terus," tambah Dean, yang senang mendengar perkataan Lucy tadi meski tak tergambar lewat ekspresi wajahnya yang selalu datar.

"Sebenarnya, lo siapa?"

"Gue Dean."

"Maksud gue...." Lucy terdiam sesaat untuk mengambil napas panjang. "Gue pengin mengenal lo lebih jauh. Selama ini gue nggak tahu apa pun tentang lo selain lo yang dengan entengnya membunuh orang lain dan lo yang nggak nggak pernah lihat ibu lo."

"Gue ... anak dari seorang mafia." Dean menyematkan anak rambut Lucy di belakang telinga. "Dibesarkan untuk menjadi mafia."

Jantung Lucy berdegup kencang. Dia terkejut dan lemas tiba-tiba.

"Dari kecil udah diajarkan untuk membunuh orang lain seperti membunuh hewan buruan," lanjut Dean. Dean hanya mengingat masa kecilnya yang penuh dengan latihan menembak, menyakiti orang lain dengan pisau disaat orang itu duduk di kursi dalam keadaan terikat dan bibir yang dibungkam kain sementara ayahnya, Daren, akan melihat dengan penuh kebanggaan, terkurung dalam rumah besar ayahnya beserta puluhan orang yang menjaga di setiap sisi rumah bahkan halaman.

Lucy masih termenung. Dia memang berurusan dengan orang yang salah.

"Apa lo bakalan menjauh dari gue setelah ini?" tanya Dean. Lucy melihat jelas kali ini mata Dean sendu. Lucy menggeleng-geleng. Itu tidak mungkin terjadi. Dia sudah sangat tergantung kepada seseorang yang saat ini memeluknya erat.

"Gue juga nggak akan membiarkan itu." Dean mencium kening Lucy lembut. "I love you."

Lucy tersenyum hangat.

Gue juga mencintai lo, Dean.

***


catatan 29 Desember 2021.

Bagi yang ngerasa pernah baca cerita ini, cerita ini memang di-repost

Bagi yang bingung di awal-awal mengenai siapa itu Zena-Lusi yang muncul di komentar pembaca lain, itu karena cerita ini prequel. Bagi yang nggak suka spoiler aku nggak akan jelasin lebih panjang. Cerita yang dimaksud ada di akun northaonie judulnya DELUSI (ada 3 season di dalam cerita itu: Delusi, Fragmen, dan Goresan makanya partnya sampai 100-an)

Cerita mana yang harus dibaca duluan? Seri DELUSI atau Deal With A Possessive Boyfriend? Jawabannya: mana aja yang kalian temukan duluan.

Apa pembaca DWAPB harus baaca seri DELUSI? Terserah. Nggak baca juga nggak ngaruh karena tokoh utamanya beda, cuma alur DWAPB ini memang set sat set karena cerita ini sebagai flashback (masuk part 102 dalam cerita DELUSI).

Part 14 update tanggal 20-an februari 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro