Bab 5 : Serangan Mendadak
Satu persatu para tahanan meninggalkan ruang tahanan untuk mengambil jatah sarapan mereka. Dengan dibagi menjadi beberapa kelompok, mereka dibimbing oleh dua orang sipir untuk menuju ruang makan. Tahanan istimewa yang akan dipindahkan pagi itu juga ikut dalam rombongan. Mereka berada di barisan paling belakang. Berjalan dengan sangat santai dan terkadang tampak tengah bercanda.
Meski tak sedikit orang yang memandang mereka dengan tatapan mengganggu, mereka memilih untuk mengabaikan hal itu. Namun ketika berpapasan dengan salah satu rombongan, Taehyung tersenyum menyeringai dan mengangkat jari tengahnya yang ditujukan pada salah satu orang dalam rombongan itu.
Pria yang dimaksud oleh Taehyung tampak sangat kesal hingga kekesalannya tak tertahankan ketika dua rombongan itu telah berpapasan.
"Bajingan satu ini!" gumam pria itu. Dia menghentikan langkahnya lalu berbalik menyusul rombongan Taehyung. Dan teriakannya berhasil menarik perhatian semua orang.
"Ya!!!"
"Kenapa?!!" teriak Taehyung tak kalah keras ketika ia berbalik. Semua orang sontak berhenti.
"Sudah mau mati, masih bertingkah. Kemarilah! Akan aku robek mulutmu!" hardik pria itu.
"Kemarilah!" balas Taehyung.
Pria itu mempercepat langkahnya, dan beberapa rekannya berusaha untuk menghentikannya. Berbeda dengan rekan-rekan Taehyung yang berdiri dengan santai. Membiarkan Taehyung memprovokasi pria yang sudah naik pitam tersebut.
"Kemarilah, pecundang. Akan aku buat kau membersihkan kotoranku sebelum aku mati." Taehyung berusaha memprovokasi pria itu dan sempat menunjukkan bokongnya sembari menepuknya singkat.
"Lepaskan aku! Lepaskan aku! Ya! Kemari kau, bajingan. Aku akan mempercepat tanggal kematianmu, kemari!!!"
Taehyung tertawa tanpa suara dan tampak meremehkan. Dia bahkan sempat menari seakan ingin mengejek pria itu hingga seorang opsir datang menghampirinya dan memaksa mereka untuk berjalan kembali.
"Apa yang sedang kalian lakukan? Cepat jalan! Jalan!"
Minhyuk menarik kerah bagian belakang pakaian Taehyung untuk bergabung bersama dengan rombongan. Dan keberadaan mereka yang tampak begitu bahagia tentu saja membuat semua orang merasa heran. Mereka bahkan terlihat lebih bahagia dari waktu ke waktu meski vonis mati sudah dijatuhkan.
"Hyeong, kau sudah menjalani wajib militer?" Taehyung membuka suara setelah sempat membual di meja makan. Dan berkat itu semua perhatian tertuju pada Minhyuk.
"Memangnya kenapa?"
"Aku hanya bertanya?"
"Aku tidak pergi," celetuk Minhyuk.
"Kenapa?"
"Karena sebentar lagi aku akan mati."
Sebuah fakta yang harus ditertawakan. Namun semua orang merasa tak tertarik.
Hongjoong bergumam, "bukankah seseorang yang dipenjara selama 6 tahun juga dilarang mendaftar wajib militer?"
"Bagaimana dengan kalian?" Taehyung kembali melempar pertanyaan.
"Aku berencana mendaftar bulan depan," celetuk Wonwoo dengan sangat santai.
"Dan aku akan menjadi pelatihmu di alam baka," sahut Seonghwa.
"Aku sudah mendaftar," celetuk Hongjoong.
"Benarkah? Kapan?"
"Aku ditangkap dan diadili di camp militer."
Taehyung tiba-tiba tersenyum lebar, hampir menertawakan Hongjoong. Dia kemudian berkomentar, "pantas saja saat kau datang rambutmu sangat pendek."
"Bagaimana denganmu?" Minhyuk melempar pertanyaan pada Taehyung.
"Aku? Aku mendapatkan pengecualian."
"Karena sebentar lagi kau akan mati," celetuk Seonghwa.
"Tepat sekali." Taehyung memasukkan satu sendok penuh nasi ke dalam mulutnya.
Setelah menghabiskan sarapan, mereka berempat dibawa kembali ke sel tahanan. Namun terlihat perbedaan yang sangat besar dengan ketika mereka meninggalkan sel tahanan untuk sarapan. Saat ini hanya mereka berlima yang berjalan mengikuti seorang sipir yang tengah membimbing mereka. Hal itu tentu saja bukanlah hal yang aneh mengingat bahwa hari ini mereka akan dipindahkan.
"Makanan hari ini terasa aneh di mulutku," gumam Taehyung.
"Terlalu gugup bisa mengganggu pencernaanmu," celetuk Seonghwa yang langsung mendapatkan tatapan sinis dari Taehyung.
"Ya! Kau sedang menggunjing aku?"
"Nasehat ... aku sedang memberimu nasehat," sahut Seonghwa dengan malas.
Si sipir membukakan pintu yang tersusun dari jeruji besi. Dimulai dari Wonwoo dan diakhiri oleh Taehyung, mereka melewati si sipir dan memasuki sebuah lorong yang terhubung dengan sel tahanan mereka berada. Namun hanya beberapa langkah dari pintu, Wonwoo menghentikan langkahnya dan membuat Hongjoong menabrak bahunya.
"Hyeong, jangan berhenti di tengah jalan," tegur Hongjoong.
"Hari ini bukan tanggal eksekusi kita," celetuk Wonwoo.
Kecuali Taehyung yang berdiri paling belakang, mereka memandang jauh ke depan dan menemukan gerombolan narapidana yang berdiri seperti sekumpulan gangster yang sudah siap untuk menghabisi mereka.
"Ada masalah apa dengan orang-orang ini?" gumam Seonghwa.
"Ada apa? Ada apa ini? Kenapa semua berhenti?" Taehyung memecah barisan untuk bisa melihat apa yang terjadi. Dan setelah mendapati sekumpulan orang-orang tidak jauh di depan mereka, dahinya berkerut.
"Sedang apa mereka?" gumam Taehyung.
Perhatian mereka teralihkan oleh suara besi yang saling bergesekan. Mereka menoleh dan mendapati sang sipir mengunci pintu dari luar sebelum pergi menjauh. Dan dengan hal sederhana itu kelima orang itu mengerti situasi yang terjadi saat ini. Tampaknya tanggal eksekusi mereka telah dimajukan.
Wonwoo tersenyum tak percaya. Dia bergumam, "mereka cari mati."
"Mereka pikir mereka siapa?" gerutu Taehyung.
Melepaskan diri dari barisan, Taehyung berjalan menghampiri kerumunan orang itu dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
"Kemarilah kalian semua, pecundang. Ya!!!"
Teriakan Taehyung mengundang teriakan lainnya. Sekumpulan orang itu lantas menyerbu Taehyung. Dan rekan-rekan Taehyung yang tak membiarkan Taehyung berjuang sendirian pun lantas bergabung. Dan perkelahian terjadi ketika para sipir menolak untuk peduli.
Kalah jumlah nyatanya tak membuat kelompok Taehyung menerima kekalahan dengan mudah. Meski sempat mendapatkan beberapa pukulan, mereka berhasil membalas lebih banyak dari yang mereka dapatkan. Dan selama beberapa detik lorong itu menjadi saksi atas kekacauan besar yang terjadi.
Namun sesuatu yang tak terduga tiba-tiba menghentikan perkelahian itu. Tepat setelah seseorang menghantamkan kepalan tangan pada wajah Taehyung, Taehyung tiba-tiba menyemburkan darah dari mulutnya sebelum tumbang. Berlutut sembari menahan dadanya yang terasa sakit.
Semua orang sontak berhenti dan sama-sama terkejut. Dan Minhyuk menjadi orang pertama yang mengambil tindakan. Dia mendorong seseorang yang sebelumnya menjadi lawannya dan bergegas menghampiri Taehyung disusul oleh rekan-rekan yang lain.
"Ya! Kim Taehyung." Minhyuk menjatuhkan satu lututnya dan langsung menyentuh bahu Taehyung.
Sementara Wonwoo yang baru saja datang langsung menyudutkan seseorang yang sebelumnya memukul wajah Taehyung. "Apa yang kau lakukan pada temanku, bajingan?"
Pria itu tampak kebingungan. "A-aku, bukan aku. Aku tidak melakukan apapun padanya, dia tiba-tiba saja seperti itu."
"Kau pikir aku tidak melihatnya? Kau yang memukulnya."
Taehyung terbatuk dan darah kembali keluar dari mulutnya meski tak sebanyak sebelumnya. Minhyuk sontak menahan dada Taehyung ketika melihat tubuh Taehyung yang akan limbung.
"Kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?" Suara Minhyuk tiba-tiba melembut.
Tangan Taehyung yang tiba-tiba gemetar meraih tangan Minhyuk yang menahan dadanya. Perlahan mengangkat kepalanya, dengan susah payah Taehyung berbicara..
"Makanannya ..."
Dahi Minhyuk mengernyit, mencoba memahami ucapan Taehyung.
"Makanannya ... mereka-" Tak mampu melanjutkan, Taehyung kembali menyemburkan darah dari mulutnya dan tanpa sengaja mengenai wajah Minhyuk. Dan setelahnya dia tak sadarkan diri dengan kening jatuh pada bahu Minhyuk.
Semua orang bergeming. Namun sedetik kemudian mereka mengambil langkah mundur, tampak terperangah dengan apa yang baru saja terjadi. Sementara Minhyuk sempat terdiam ketika darah Taehyung masih terlihat menetes di sekitar wajahnya.
"H-Hyeong ..." gumam Hongjoong. Seketika mereka terlihat sangat khawatir.
Kerumunan terbelah, beberapa sipir menengahi kekacauan itu. Dan seseorang yang berdiri paling depan memberikan teguran dengan keras.
"Apa yang terjadi di sini?!"
Semua orang menyingkir dan para sipir itu menghentikan langkah mereka ketika melihat keadaan Minhyuk.
"Apa yang sedang kalian lakukan di sini?" Si sipir kembali menegur, tapi tak ada yang merespon.
"Siapkan ambulan," ujar Minhyuk, tenang dengan sikap yang tiba-tiba menjadi dingin.
Mengangkat pandangannya, Minhyuk mempertemukan pandangannya dengan sang sipir. Tak ada respon, Minhyuk pun kembali berbicara dengan suara yang lebih keras. "Bawakan ambulan sekarang juga!"
"Kenapa kami harus menuruti kemauanku?" tanya si sipir.
Tampak kemarahan dalam sorot mata Minhyuk saat ini. Ia kemudian memanggil salah satu rekannya. "Park Seonghwa."
Menyadari situasi yang sulit, Seonghwa langsung mendekat. Dan Minhyuk segera menyerahkan Taehyung pada Seonghwa sebelum ia berdiri.
"Apa yang sedang terjadi," gumam Seonghwa, menatap khawatir pada Taehyung yang tak sadarkan diri.
Sementara Minhyuk kembali berbicara pada sang sipir. "Teman kami sekarat, bawakan ambulan sekarang."
Sang sipir tiba-tiba tersenyum, tampak meremehkan ucapan Minhyuk. Dia kemudian berkata, "untuk apa? Lagi pula kalian juga akan mati, kenapa harus repot-repot membawakan ambulan."
"Siapa yang melakukannya? Kau?"
"Apa maksudmu?"
Suara Minhyuk sedikit mengeras, "siapa yang sudah meracuni makanan anak ini?"
Rekan-rekan Minhyuk tentu saja terkejut mendengar ucapan Minhyuk. Beberapa menit yang lalu Taehyung masih baik-baik saja meski sempat mengeluhkan tentang makanan.
"Siapapun mereka, akan kupastikan untuk membunuhnya sebelum aku mati. Sekarang bawakan ambulan."
"Kalian bukan tahanan khusus yang akan mendapatkan perlakuan istimewa." Si sipir memberikan isyarat pada rekannya untuk bergegas membawa Taehyung. Beberapa orang mendekat, tapi mereka langsung bergeming begitu mendengar peringatan Minhyuk.
"Satu langkah saja kalian melewati tempatku, kalian akan mati hari ini."
Si sipir yang memberi perintah merasa tertantang, ia kemudian berjalan dengan santai menghampiri Minhyuk dan membuat keduanya lantas berdiri berhadapan.
"Kau pikir kau siapa? Kau tidak memiliki kekuasaan apapun di sini. Kau hanyalah sampah yang sebentar lagi akan lenyapkan."
"Kalau begitu aku yang akan melenyapkanmu di sini terlebih dulu."
Tepat setelah menyelesaikan ucapannya, Minhyuk menarik sebuah lencana yang menempel pada pakaian si sipir dan langsung menggunakan ujung yang tajam untuk memberikan luka kecil pada leher si sipir. Dan tentunya tindakan Minhyuk kala itu berhasil mengejutkan semua orang. Namun sebelum ada yang mengambil tindakan, Minhyuk telah lebih dulu menarik tubuh si sipir dan membaliknya, lalu ia menggunakan lencana di tangannya untuk mengancam si sipir dengan menaruh benda itu tepat di depan leher pria itu dengan lengan yang memblokir pergerakan si sipir.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tegur si sipir, tampak menahan amarah dan juga rasa perih yang menjalar pada bagian lehernya.
"Jangan membuang waktuku. Aku tidak membutuhkan kalian, cukup bawakan apa yang aku minta."
"Kau sudah sinting!" hardik si sipir.
Minhyuk tanpa ragu memberikan goresan yang lebih dalam dan membuat si sipir sempat berteriak serta merintih kesakitan ketika bahkan Minhyuk tak melepaskannya.
"Jangan lupakan siapa aku. Aku tidak peduli siapa dirimu dan keluargamu, aku bisa membunuhmu dengan apapun jika aku mau."
"K-kau! Argh!!"
Pria itu kembali berteriak ketika Minhyuk lagi-lagi menggores lehernya. Dan karena goresan itu, tangan Minhyuk terkotori oleh darah.
"Hyeong," tegur Seonghwa, sebagai isyarat bahwa Taehyung harus segera mendapatkan pertolongan.
"Kesabaranku sudah habis. Matilah lebih dulu, aku akan mencarimu nanti." Minhyuk hendak membuat luka yang lebih dalam, namun pergerakannya terhenti oleh teriakan si sipir.
"Baiklah! Baiklah ... apa yang kau butuhkan? Katakan dan aku akan memberikannya!" Si sipir berteriak frustasi.
"Dengarkan baik-baik ..."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro