Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 8

Matahari masih belum sepenuhnya bersinar namun beberapa panitia yang tinggal di kantor desa sudah bangun. Mereka mulai antre mandi dan beberapa yang lain mempersiapkan logistik kegiatan hari ini. Hanya tersedia dua kamar mandi untuk masing-masing pria dan wanita sementara terdapat 20 orang panitia dan jam 7 acara harus sudah dimulai.

Jihyun yang mendapat antrean ke-empat mengikuti tim logistik menyiapkan barang., terutama untuk bahan pokok yang akan dibagikan lagi hari ini.

"Tim CSR dari Samsong kudengar akan membantu," celetuk salah satu panitia.

"Iya, betul. Kabarnya mereka akan datang jam 6.30. Barak mereka sudah siap 'kan?" tanya Jihyun mengkonfirmasi.

"Kemarin sudah aku siapkan untuk 7 orang relawan tambahan. Lima orang bersama kita di kantor desa dan yang dua akan ditaruh di rumah warga."

Sudah sebulan, Samsong mengkonfirmasi akan mengirim relawan dan bantuan untuk acara Jihyun. Bukan hal yang mudah mendapatkan Samsong sebagai sponsor, beberapa kali timnya ditolak sampai ia maju membawa salah seorang anggota timnya yang merupakan anak petinggi di sana. Selalu saja, relasi adalah hal yang penting dalam hal ini.

"Aku harap mereka bisa menikmati acara dan nyaman dengan fasilitas yang disediakan," harap Jihyun dengan suara pelan.

"Mereka tidak kemari untuk liburan 'kan? Mereka harus berdaya pokoknya," tukas salah satu anggota tim.

***

Penyambutan tim CSR dari Samsong dilakukan oleh Sooyoung sebagai wakil ketua. Jihyun mewakilkan tugas tersebut karena ada salah satu warga yang mabuk dan berulah, menolak kehadiran mahasiswa semalam. Dan, ia harus membuat kesepakatan baru.

"Untuk dua orang yang akan tinggal di rumah warga, mari saya antar," tutur Sooyoung dengan ramah. Kebetulan rumah yang didatangi hanya berselang beberapa rumah dari kantor desa.

Sooyoung tampak begitu semangat sampai salah satu teman laki-lakinya hanya menggeleng.

"Dasar centil!" tukas Rowoon hampir tak bersuara.

"Aku maksudmu?"

"Siapa lagi memang?"

Kesal dengan reaksi temannya, Sooyoung memperlambat langkah dan mengajak bicara dua pemuda di belakangnya.

"Maaf sebelumnya, saya belum berkenalan. Im Sooyoung."

Salah satu dari pemuda itu tersenyum lebar, "Aku sudah mendengarnya tadi. Choi Minho."

"Kang Haneul."

"Senang bertemu dengan Anda berdua. Mengapa Anda tertarik sebagai relawan?"

Pemuda yang bernama Haneul ikut menanggapi, "Karena kami sudah lama tidak terlibat acara pengabdian. Sekitar 4 tahun lalu kita mengurus kegiatan seperti ini."

Bosan tak diajak bicara, Rowoon masuk dalam percakapan, "Hyung dulu dari kampus mana?"

"Kau dari mana?" tanya Haneul membalikkan pertanyaan.

"Ya! Jangan menggoda junior! Mentang-mentang kau dulu pernah ada di posisi Sooyoung. Kami alumni kampus kalian."

Rowoon dan Sooyoung terpaku di tempat. Mereka berdua juga bertanggung jawab untuk koordinasi dengan alumni. Namun, mereka berdua juga yang dengan semangat mengajukan pada Jihyun untuk hanya melibatkan segelintir alumni. Mereka tak ingin terlalu banyak didikte tapi sekarang mereka lebih takut dinilai congkak.

"Jadi kalian Sunbae kami?" tanya Sooyoung retoris.

Mereka berdua mengangguk.

"Santai saja. Wajar kalau kalian tidak tahu. Kami tingkat akhir, kalian baru masuk," tukas Minho menenangkan.

Kemudian mereka terlibat dalam kecanggungan. Posisi senior-junior memang sering mengubah hubungan. Apa lagi kedua orang itu tidak terlalu simpatik dengan senior mereka, terlebih setelah insiden Jihyun mabuk sendirian.

"Ini rumahnya," tukas Rowoon mengambil alih ketika mereka tiba di depan rumah tradisional berwarna cokelat kayu.

"Ada dua relawan lain di dalam.— nah, itu mereka," imbuh Sooyoung menunjuk Kyungsoo yang ternyata sedang bersama satu lagi anggota IDOL.

Tanpa menunggu pengarahan lain, Minho berjalan masuk dan memeluk Junmyeon dengan hangat, "Astaga! Masih di sini kau?"

Junmyeon tersenyum malu,"Kau tahulah aku ambil cuti setahun dan masih betah berkumpul dengan anak muda. Apa yang kalian lakukan di sini?"

Minho pun menjelaskan kalau ia menjadi perwakilan kantornya sebagai relawan acara. Junmyeon tampak antusias, terutama setelah mendengar nama mantan kekasihnya yang ikut berpartisipasi.

"Jadi kita akan tinggal bersama di sini?"

"Oh tidak, tempatku berjarak sekitar 70 meter dari sini. Kalau kau tinggal di sini, nantinya kau akan bersama Kyungsoo dan temannya," jelas Junmyeon.

Kyungsoo pun maju memperkenalkan diri. Keempatnya terlibat percakapan yang seru sehingga Rowoon dan Sooyoung memutuskan untuk pamit.

***

"Bagaimana tuan rumah yang kau datangi? Mau berkompromi?" tanya Sooyoung penasaran setelah bertemu dengan Jihyun.

Gadis dengan rambut dikuncir ekor kuda itu membuang napas dengan kasar, "Kau bayangkan saja aku bertemu orang-orang liar yang biasanya hanya ada di berita. Kupikir keamanan sudah mengkondisikan dengan baik, toh kita punya personil yang punya banyak pengalaman negosiasi."

"Enak saja waktu itu mereka menerima uang keamanan dari kita lalu sekarang mereka berulah, terlebih tidak ada kesepakatan tertulis yang dibuat jadi aku harus menambah 'pelicin' sekaligus minta mereka tanda tangan surat kesepakatan," jelas Jihyun dengan wajah kacau.

Sooyoung berdecak. Ia tahu, Jihyun adalah orang perfeksionis dan hal seperti ini tentu sudah masuk perhitungannya tapi insiden semalam memang tak terelakkan. Di saat manusia sudah memberikan yang terbaik pun masih saja ada hal-hal yang terlewat, apa lagi jika upayanya hanya setengah-setengah.

"Sebelum aku menjadi sumber bencanamu. Aku mau mengaku juga. Maaf ya, ternyata beberapa relawan perusahaan adalah senior kita. Aku memang tidak meminta informasi semacam itu dan kurang inisiatif memeriksa data diri mereka."

Penjelasan Sooyoung sontak membuat Jihyun mengernyit. Ia sedikit bingung, dari persepsi mana, sahabatnya menganggap hal itu bencana. Soal latar belakang relawan itu penting tapi titik kritisnya adalah riwayat kriminalitas dan minat. Kalau tidak ada, tentu mereka bukan masalah.

"Maksudmu?"

Sooyoung menggaruk tengkuk yang tak gatal, "Kita tidak berniat mengundang senior yang terlalu tua tapi mereka datang sebagai representatif perusahaan. Overall, mereka oke tapi salah satunya kesal karena merasa tidak dianggap."

"Aku khawatir dia akan komplain atau iseng nantinya. Bagaimana ya? Aku tidak ingin kejadian kau dibuat mabuk itu terulang," imbuh Sooyoung panik.

Jihyun hanya tersenyum simpul. Soal respon senior itu konsekuensi tapi jujur saja, ia tidak akan mempermasalahkan. Dari kesekian relawan, hanya Kyungsoo yang membuat ototnya tegang dan kepalanya pening. Yang lain, ia optimis akan dalam kendalinya.

***

Ada banyak alasan mengapa seseorang lebih banyak menghabiskan waktu untuk terjaga di malam hari.

Kebiasaan yang sering dianggap buruk oleh teman ataupun keluarga itu, sebenarnya tak jauh-jauh dari alasan inspirasi. Inspirasi akan muncul di saat Jihyun punya quality time dengan dirinya sendiri. Tanpa interupsi.

Kejadian hari ini yang melelahkan tentu membuat mood gadis itu sedikit kacau dan ia butuh asupan suasana malam. Berada di dalam bersama teman-temannya pun tidak menjadi solusi. Dengan mengendap-endap, ia keluar dari kantor desa untuk menjalankan 'ritual'.

Hal pertama yang ia lakukan adalah menatap langit di halaman kantor desa, Jihyun berbaring beralaskan rumput dan menikmati indahnya bintang dan bulan malam hari. Seolah benda-benda itu akan me-recharge energinya. Satu poin plus untuk malam ini, langitnya cerah. Mungkin juga karena lokasi yang jauh dari polusi udara dan cahaya.

Dalam pikirannya, terbesit isu siang tadi. Bagaimana ia bisa melakukan foreseen terkait isu sosial di acaranya. Terus terang, meskipun timnya sudah mem-floor-kan analisis masalah dan resiko yang dapat terjadi, kejadian itu tidak masuk perhitungan. Ia khawatir masih ada isu lain di luar kapasitasnya yang memerlukan peran orang berpengalaman.

Krek krek krek.

Suara gesekan dalam semak-semak membuyarkan pikiran Jihyun. Spontan ia berdiri dan mengarahkan penerangan ponsel ke asal suara. Ya, gadis itu itu tidak takut seperti kebanyakan anak perempuan pada umumnya. Ia lebih butuh kejelasan soal makhluk apa yang mengusik.

"Siapa di sana? Mau apa?"

Jihyun mendekat dengan spray air lada yang sudah disiapkan semenjak insiden kereta lalu.

"Kalau kau bergerak kau akan mati."

"Kau sedang apa?" terdengar suara familier seorang laki-laki tak jauh dari tempatnya berada, dan langsung Jihyun kenali.

Jihyun tak merespon, meskipun ia berani, sejujurnya gadis itu menjadi skeptis soal keamanannya akhir-akhir ini. Ia hanya meletakkan telunjuk di depan bibir isyarat tidak boleh ada suara.

Masih penasaran, Jihyun perlahan mendekati semak belukar tersebut dan ....

Guk guk guk.

Bruk!

Saking terkejutnya, ia memejam dan tahu-tahu sudah terjerembab ke kubangan air.

"Momo!" Panggil suara pria tadi yang dikenali Jihyun sebagai Kyungsoo.

"Astaga, bagaimana bisa kau ada di sana?" tanyanya pada hewan berbulu hitam itu.

"Ya! Kau bisa bawa keluar Momo? Induk semangku mencarinya."

Baju Jihyun basah akibat masuk kubangan air. Ia yakin wajahnya pun juga terkena. Jihyun ingin mengumpat saking kesalnya dan Kyungsoo tidak menolong atau menanyakan kondisinya. Justru, meminta hewan sialan itu pikirnya.

Mata Jihyun menyipit dan menatap pria tersebut. Bibirnya mengkerut, isyarat ia tidak menyukai respon pria itu.

"Kau dengar, tidak?" tanya Kyungsoo lagi.

"Kau lihat, tidak? Apa aku bisa berdiri setelah jatuh? Masuk dan ambil anjing itu sendiri!"

Kyungsoo hanya memandang Jihyun dengan tatapan datar. Mendorong rel pagar dan menghampiri anjing berbulu hitam yang duduk di dekat Jihyun. Setelah menggendong hewan itu, Kyungsoo berbalik dan bersiap pergi.

"Astaga! Astaga! Pria ini boleh jahat, tapi jangan tidak bermoral. Kau tahu aku tidak bisa berdiri tapi kau mau meninggalkanku?"

Kyungsoo menoleh. Mata hitamnya menunjukkan perasaan aneh melihat kondisi Jihyun. Tubuh Jihyun tak terlalu berat sampai harus diangkat. Ia pikir, wanita itu hanya mencari perhatian.

Pria itu berdesis. Dengan malas, ia menarik Jihyun menggunakan satu tangan. Namun, benar, tubuh gadis itu terasa berat. Mungkin banyak lumpur di dalamnya. Hati-hati ia menurunkan Momo sebelum menarik Jihyun.

"Aku tarik, tapi kau juga harus berusaha," perintah Kyungsoo dengan kedua tangan sudah menggenggam tangan Jihyun.

"Satu, dua, ti—"

Deg.

Tubuh Jihyun terangkat hingga wajahnya hanya berjarak beberapa centi dari wajah Kyungsoo. Kyungsoo mematung sementara tangan Jihyun masih digenggam.

"Oh, oh, kenapa seperti adegan drama. Jangan mendekat!" ucap Jihyun melepas genggaman Kyungsoo dan memberi jarak. Untung saja penerangan terbatas karena pipi Jihyun tidak bisa dikontrol. Warnanya seperti tomat masak.

"Cih... itu ucapan pertama setelah ditolong?"

"Terima kasih," Jihyun langsung berubah sopan.

Kemudian cepat-cepat ia beralih, mengangkat Momo seperti mengajak berkenalan, "Siapa namamu? Kok, kau mau berteman dengannya."

"Selain centil kau juga tidak waras. Ia hanya bisa menjawab guk guk. Namanya Momo," terang Kyungsoo bergaya tak peduli.

Jihyun mencebik. Ia sudah bosan dikatai centil oleh Kyungsoo.

"Kenapa sampai dicari? Bukankah ia bisa pulang sendiri?" tanya Jihyun sembari menyerahkan Momo pada Kyungsoo.

Pria itu menerima uluran Jihyun.

"Apa yang kau harapkan dari membuat teman-temanmu menumpang di rumah warga? At least, kami harus menghargai mereka bukan? Termasuk membantu mencari milik mereka yang hilang. Momo masih 3 bulan dan ia hampir tidak pernah keluar rumah. Sebagai ketua acara harusnya kau tahu kalau desa ini terkenal dengan penculikan anjing untuk diperjualbelikan."

"Aoo ...."

"Kau survei masalah sosial desa ini tidak? Jangan seperti orang bodoh!"

"Enak saja bilang bodoh! Kami survei isu masyarakat bukan binatang," teriak Jihyun menanggapi. Kyungsoo membahas isu sensitif yang ia pikirkan tadi.

Kyungsoo tertawa. Meskipun aneh, di matanya Jihyun itu konyol dan cenderung bodoh. Ia tahu ini adalah acara sosial untuk masyarakat tapi anjing adalah hewan peliharaan yang dimiliki hampir setiap rumah. Entah untuk fungsi penjaga ataupun hiburan.

"Apa korelasinya coba? Anjing-anjing itu diperlihara dengan tujuan dan lagi, perdagangan bebas anjing tanpa keterangan yang jelas rentan dengan penyalahgunaan."

"Kau bisa jelaskan lebih detail?"

"Kenapa harus aku yang memberimu kuliah? Kau ketua, bukan? Tunjukan padaku figur ketua pengabdian masyarakat itu seperti apa."

Sial. Itu satu-satunya kata yang terlintas di benak Jihyun. Ia sempat berpikir Kyungsoo punya perhatian yang besar pada lingkungan dan mereka bisa bertukar pikiran. Namun, sepertinya sia-sia.

"Figur ketua? Ya, aku ini. Maaf, aku tidak bisa menyombongkan detailnya."

Tidak tahu harus bicara apa, Jihyun memilih bergaya angkuh.

"Aku tidak minta detail tapi bersikap dan berpikirlah seperti ketua yang baik dan paham teknis, jangan hanya tau konsep! Kegiatan sosial itu dua arah bukan searah. Kau perlu paham bukan sekedar tahu permasalah masyarakat kalau ingin solutif."

"Kau mau menceramahi aku sekarang?"

"Tadi kau minta penjelasan dariku 'kan?"

Jihyun berdesis. Ia memang melewatkan isu hewan peliharaan di desa ini dan menurutnya itu bukan hal penting. Tapi tunggu, kalau soal esensi pengabdian masyarakat dan bagaimana ia menangani kepanitiaan ini. Sungguh, ia tidak ingin mendapat evaluasi dari Kyungsoo.

Gadis itu membuang muka. Bukannya merasa puas, ekor matanya menangkap wajah pria lain yang juga tak ingin ditemuinya. Kalau ini, alasannya malu, "Mampus! Mampus!"

Satu ujung alis Kyungsoo terangkat. "Tidak bisa menjawab?"

"Kita hentikan pertikaian kita hari ini. Sampai bertemu besok!" pamit Jihyun sebelum lari terbirit-birit masuk ke dalam kantor desa.

"Kau di sini Kyungsoo! Momo sudah ketemu?" tanya pria yang tadi ditakuti Jihyun. Pria itu adalah Minho. Teman serumah Kyungsoo.

"Oh, Hyung menyusul? Momo bersamaku."

Minho tersenyum lega, "Untunglah. Nyonya Choi terlihat panik tadi."

Kemudian pria itu melirik bangunan klasik Korea di area yang sama dengan pekarangan yang mereka injak.

"Tadi itu ... siapa?"

Kyungsoo melirik seniornya, "Ketua acara ini."

"Nama?"

Awalnya Kyungsoo merasa tidak penting membagi nama wanita menyebalkan itu. Namun, seniornya terlihat sangat penasaran. Lagi pula tidak ada pengaruhnya memberi tahu nama Jihyun.

"Jihyun. Nam Jihyun. Teknik Industri," Kyungsoo memberi bonus informasi jurusan.

Minho menahan senyum simpulnya.

"Noted."

***


Sorry ya, minggu kemarin absen.  Nggak sreg aja pas baca draftnya jadi rombak lagi dan baru dapat ide hari Minggu.

Thanks banget buat input sebelumnya. Seneng banget ada yang respon karena gimana-gimana cerita ini udah off hampir dua tahun karena ilang draft, stucked ide, dan prioritas lain.

Selamat menikmati.

Nggak bosen juga buat ngingetin temen-temen buat 'jaga jarak' dan 'stay at home' ya  selama pandemi ini. Makan yang bergizi dan konsumsi vitamin kalau nggak fit. Satu lagi, perhatikan kondisi sekitar, siapa tahu orang terdekat kita mengalami kesulitan. Finally, stay heallthy!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro