Kemampuan ▪ 2
Praktek kehidupan memang selalu tak semudah uraian panjang teori kehidupan. Dan itu dirasakan oleh Changkyun kini. Kembali frustasi dengan pekerjaannya, namja itu dibuat menghela nafas kasar karena masih belum mampu menyelesaikan pekerjaannya itu. Menatap kearah Jooheon yang sudah memulai kerja baru, Changkyun dibuat mengacak kesal rambutnya. Semua teori kehidupan yang diterimanya dari sosok namja asing kemarin, tak sedikitpun membuat pekerjaan Changkyun mudah.
"Kkung...bukankah untuk proyek yang lalu, kalkulasi harga material bangunan milikmu lebih rendah dibanding milik sainganmu?" Mengarahkan pandangan pada Changkyun, Jooheon bertanya.
"Eoh.." Jawab Changkyun dengan wajah yang nampak tak bersemangat.
"Darimana kau mendapat rincian harganya?" Jooheon sudah memutar kursi untuk menghadapkan tubuhnya pada Changkyun.
"Tentu saja dengan survei pasar." Jawab Changkyun dengan nada malas.
"Kau melakukan survei melalui internet atau..."
"Aku melakukan survei lapangan. Karena semua harga yang ditawarkan di internet nyaris sama. Dan lebih tinggi dari harga sebenarnya." Potong Changkyun cepat.
Namja manis itu sudah menopang keningnya dengan punggung tangan. Kembali berusaha membuat zonasi yang sejak awal tak pernah selesai. Sementara sang rekan kerja terlihat sudah bangkit dari duduknya. Dan nampak mengarahkan langkah pada menuju meja Changkyun setelah menyambar jaketnya.
"Kkung..." Mengetuk pelan meja Changkyun, Jooheon mencoba meraih atensi rekannya itu.
"Apa??" Menatap malas Jooheon, Changkyun menjawab.
"Pakai jaketmu, kita keluar sekarang." Kalimat perintah itu segera membuat kening Changkyun dihiasi kerutan.
"Kemana?" Changkyun sudah bangkit dan menyambar jaketnya.
"Jalan-jalan." Jawab Jooheon dengan seulas senyum yang memperlihatkan dimple dikedua pipinya.
"Huhh??? Hyung...tunggu!!" Dengan wajah bingung, Changkyun melebarkan langkahnya mengejar Jooheon yang sudah meninggalkan ruang kerja mereka.
°•°•°•°
Jooheon tersenyum mendapati Changkyun yang nampak serius meneliti beberapa baja ringan disalah satu toko material yang mereka kunjungi. Dari ekspresinya Jooheon bisa tahu, bahwa rekan kerjanya itu sedang menilai bahan terbaik yang bisa digunakannya untuk rancangan bangunannya nanti.
"Untuk villa tuan Kim, yang menjadi proyekmu bulan lalu. Kau memakai taso yang mana?" Jooheon bertanya setelah mengayun langkahnya kesisi Changkyun.
"Aku menggunakan yang ini." Menunjuk salah satu taso didekatnya, Changkyun menjawab.
"Terlihat lebih tipis dari taso yang ku gunakan untuk kediaman tuan Yoon." Menyentuh taso itu, Jooheon berujar.
"Hanya terlihat lebih tipis, tapi soal kekuatan sama dengan taso lainnya. Dan jika kau menggunakan taso ini, kau akan menghemat banyak biaya tanpa mengurangi kualitas bangunanmu hyung." Terang Changkyun yang dibalas anggukan pelan Jooheon.
"Kau tahu banyak tentang material ya Kkung." Puji Jooheon pada rekannya itu.
"Itu karena saat kuliah aku selalu mendapat tugas untuk survei harga material di pasar. Karena itu setidaknya aku tahu." Penjelasan Changkyun disambut anggukan paham Jooheon.
"Terimakasih Kkung." Mengusap bahu Changkyun, Jooheon berujar membuat sang rekan kerja bingung.
"Kau berterimakasih untuk apa hyung?" Tanya yang lebih muda, membuat Jooheon menarik seulas senyum simpul.
"Karena kau membantu pekerjaanku." Balas Jooheon.
"Huhh?" Changkyun memasang wajah bingung yang mengemaskan.
"Ayo ku traktir." Mengabaikan kebingungan Changkyun, Jooheon beranjak dari toko itu.
"Hyung...tunggu..." Changkyun kembali dipaksa mengejar langkah Jooheon yang mengayun lebih lebar dari langkahnya.
°•°•°•°
Changkyun dibuat terpukau saat memasuki apartement sederhana Jooheon. Ini adalah kali pertama rekannya itu mengajak Changkyun kerumahnya. Dan sang namja Im segera dibuat tak bisa berkomentar karena desain ruangan yang terlihat luar biasa sempurna.
"Hyung...kau mendesain rumah-mu sendiri?" Tanya Changkyun setelah beberapa waktu sibuk mengitari pandangannya.
"Apa seorang arsitek harus meminta arsitek lain hanya untuk membuat desain interior rumahnya?" Balas Jooheon seraya tersenyum cerah.
Meletakkan kaleng bir yang mereka beli, Jooheon melangkah ke dapur kemudian. Membiarkan Changkyun mengagumi setiap sudut rumahnya.
"Tak ada bagian rumah yang tak terpakai." Changkyun melangkah menuju sebuah rak yang berisi koleksi buku milik Jooheon.
"Hyung...kau mengoleksi banyak buku." Ucapnya seraya menoleh pada Jooheon yang sudah duduk diruang tengan dengan piring berisi kacang.
"Apa kau membelinya untuk mendapat inspirasi desainmu?" Membawa langkahnya mendekati Jooheob, Changkyun duduk dihadapan namja itu kemudian.
"Tidak...awalnya aku membeli buku-buku itu karena saran dari seorang sunbae." Changkyun menyimak ucapan Jooheon seraya menikmati bear yang baru saja dibukanya.
"Saat kuliah dulu, ingatanku sangat payah. Teman-temanku bahkan menjuluki-ku ikan mas. Dan seorang sunbae mengatakan, kalau aku bisa meningkatkan daya ingat dengan membaca. Karena itu aku mulai mengumpulkan buku-buku agar melancarkan daya ingatku." Terangnya pada Changkyun.
"Aaah...karena itu selain buku-buku tentang seni arsitektur kau juga memiliki novel juga eksiklopedia?" Simpul Changkyun.
"Ya..karena membacanya membantuku untuk mudah menginggat. Dan juga mempermudahku mengerti desain yang diinginkan klien." Jooheon meneguk bear-nya.
"Bisa seperti itu?" Changkyun menatap lekat Jooheon.
"Tentu.." Jooheon mengangguk. "Membaca membuat pikiranmu terbuka. Dan saat klien membuat konsep dan konsep itu ternyata pernah kau dapati di buku yang kau baca, bukankah itu akan mempermudahmu." Lanjut Jooheob menjelaskan.
Changkyun membisu, dia tak sekalipun berpikir seperti itu.
"Saat kau membaca, kau diharuskan menggambarkan apa yang ditulis dalam kepalamu. Dan karena kau terbiasa menggambarkan apa yang kau baca, maka kau akan mudah menuangkan inspirasi yang ada dikepalamu. Juga beberapa klien akhir-akhir ini sering terinspirasi membuat desain rumah seperti dalam novel. Jika kebetulan kau menerima konsep itu, maka pekerjaanmu akan menjadi mudah. Terlebih jika kau membaca novel yang sama seperti klienmu." Lanjutnya kemudian.
"Aaah....karena itu pekerjaanmu terlihat mudah hyung." Jooheon tertawa pelan karena ucapan Changkyun.
"Ya...jadi mudah untukku membuat desain, tapi tidak untuk menentukan harga dan juga kualitas bahan. Kupikir kemampuanmu untuk dua hal itu lebih baik dariku." Puji Jooheon pada sahabatnya.
"Itu...kemampuanku?" Jooheon mengangguk membalas ucapan Changkyun.
"Aku tak pernah tahu kalau aku memiliki kemampuan yang bahkan melampaui kemampuanmu hyung. Aku pikir selama ini aku hanya mengikutimu." Dengan sedikit malu-malu, Changkyun.
"Heyy...tak ada manusia yang lahir tanpa kemampuan Kkung. Bahkan saat seseorang hanya bisa membual, bukankah itu juga kemampuan." Jooheon tertawa pelan diakhir kalimatnya, membuat Changkyun mengurai tawa yang sana.
Didalam hati sang namja Im dia membenarkan ucapan sang sahabat, yang mulai menumbuhkan keyakinan pada kemampuannya sendiri.
°•°TBC°•°
Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement
🌻Haebaragi🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro