Kemampuan ▪ 1
Kertas didalam keranjang sampah yang ada disisi meja kerja Changkyun kembali bertambah. Lembaran kertas yang berisi sketsa rancangan bangunan buatannya, selalu berakhir didalam tempat itu dalam bentuk bola-bola kecil. Sudah lebih dari dua jam, Changkyun menghabiskan waktu didepan meja kerjanya. Namun tak satupun rancangan dia hasilkan disana.
"Istirahatlah dulu Kkung." Jooheon, sang rekan kerja berujar seraya meletakkan secangkir teh madu diatas meja Changkyun.
"Singkirkan itu hyung, kalau mengenai gambarku bagaimana?" Tanpa menatap sang pemberi, Changkyun berujar.
"Kau bahkan tak menghasilkan satu gambarpun." Tatapan tajam Changkyun segera mengarah pada Jooheon.
"Bukan tak menghasilkan apapun, tapi belum....belummm." Dengan menggunakan pensil ditangannya, Changkyun mengetuk-ngetuk meja.
"Itu terdengar sama." Tanpa meraih kembali teh yang dibawakannya untuk Changkyun, Jooheon melangkah menuju meja kerjanya.
"Hyung....kau sudah menyelesaikan desainmu?" Menatap Jooheon yang sudah duduk dikursinya, Changkyun bertanya.
"Sudah." Jawaban Jooheon membuat Changkyun menyandarkan punggungnya ke kursi. "Sekarang aku akan membuat blue print-nya." Lanjut Jooheon menjadikan yang mendengar segera melempar pensil keatas meja.
"Kau menyebalkan sekali hyung, kenapa semua selalu mudah bagimu." Sungutan Changkyun disambut tawa ringan Jooheon.
"Tidak semudah yang kau lihat Kkung." Menyangga dagunya diatas punggung tangan, Jooheon berujar.
"Tidak mudah apanya? Seingatku kau baru membuat zonasi dan diagramnya seminggu yang lalu. Dan membuatnya menjadi desain dasar kemarin. Dan sekarang....huhhh...." Changkyun menghela nafas kasar diujung kalimatnya.
"Hey...kemampuan kerja setiap orang berbeda Kkung." Tersenyum simpul, Jooheon berujar.
"Karena itu kubilang kau menyebalkan hyung." Changkyun bangkit dari kursinya.
"Kau mau kemana?" Menegakkan posisi duduknya, Jooheon bertanya.
"Mencari angin." Jawab Changkyun dengan langkah yang menjauh.
Jooheon menatap punggung Changkyun, dan kemudian menyandarkan tubuhnya ke kursi saat sosok itu sudah menghilang dibalik pintu.
°•°•°•°
Meremas kasar kaleng jus kosong ditangannya. Changkyun membuang benda itu dalam tempat sampah kemudian. Namja manis itu memandang lurus kini. Mencoba melenyapkan rasa frustasi yang memenuhi kepalanya.
"Kenapa untuk membuat zonasi dan diagram saja sulit bagiku?" Gumamnya pelan.
Menyelipkan jemarinya didalam saku jaket, Changkyun menyandarkan punggungnya ke kursi.
"Kenapa semuanya terlihat lebih mudah untuknya? Kenapa tidak untukku?"
"Karena kau tidak berada diposisinya, karena itu kau berpikir itu mudah." Changkyun dibuat terkejut, saat gumaman pelannya dibalas seseorang.
Cepat dia menoleh ke sisinya. Dan mendapati seorang namja duduk didekatnya seraya menarik senyuman saat tatapan mereka bertemu.
"Maaf...anda siapa? Kenapa..."
"Sesungguhnya tak ada yang benar-benar mudah di dunia. Dan...tak ada yang benar-benar sulit juga. Semua kesulitan yang kau alami berada distandar-mu, begitu juga dengan kemudahan." Changkyun dibuat mengerutkan keningnya, karena sang namja tak membalas ucapannya. Melainkan mengurai kata-kata yang menambah kebingungannya.
"Para yeoja berpikir menjadi namja mudah, karena mereka hanya melakukan satu pekerjaan sehari. Dan namja berpikir pekerjaan para yeoja dirumah lebih mudah, karena mereka melakukannya tanpa banyak yang dipikirkan." Lanjut namja itu mengabaikan tatapan bingung Changkyun.
"Semua terlihat mudah dan sulit, hanya dari persepsi manusia lain. Tapi jika kau berada diposisi yang dirasakan orang tersebut. Maka bisa jadi persepsimu atas mudah atau sulitnya pekerjaan seseorang akan berubah." Sudah mengarahkan posisi tubuhnya menghadap Changkyun, namja itu berujar.
"Orang yang mengerjakan semuanya dengan mudah, mungkin pernah merasakan banyak kesulitan sebelumnya. Dan orang yang mengalami kesulitan, bisa jadi karena dia lebih banyak mengalami kemudahan sebelumnya. Kemampuan seseorang ditempa saat dia berada dijalan yang mengarah pada tujuannya. Dan tak ada yang benar-benar tahu bagaimana jalan itu, selain orang yang menjalaninya." Seulas senyum hangat mengakhiri kata-kata namja didekat Changkyun.
"Jadi...kau berpikir jalanku itu mudah sebelumnya, karena itu sekarang aku mengalami kesulitan. Sementara jalan rekan kerjaku sulit sebelumnya, karena itu dia melakukan semuanya dengan mudah?" Changkyun segera menyimpulkan kalimat yang dia dengar dari sosok dihadapannya.
"Mudah atau tidak, kau sendiri yang tahu. Karena kau yang menjalaninya bukan." Namja itu bangkit dari duduknya.
"Kemampuan yang dimiliki seseorang didapatkan dari sebuah usaha. Tidak ada orang yang mendapat kemampuan hanya dari duduk diam dan mengkhayal. Dan saat hal itu mudah baginya, itu karena dia sudah mendapatkan celah dari kesulitan yang menghalangi jalannya. Ada pembelajaran yang didapatkannya saat mencoba meraih kemampuan itu, sehingga dia mudah mengatasi kesulitannya." Changkyun menatap lekat sosok yang sudah berdiri didekatnya tanpa berujar apapun.
"Hidup itu sebuah proses, kau tidak bisa berharap semua akan mudah kau dapatkan. Bahkan semangkuk mie instan, sebelum kau memakannya kau harus menunggu. Dan kau tak pernah tahu bagaimana mie instan itu dibuat, agar dia bisa dimakan dalam hitungan menit bukan? Bisa jadi proses yang dialaminya lebih sulit dari mie lainya, yang memerlukan waktu lama untuk dimakan." Senyum masih terukir diwajah namja itu.
"Berusahalah sedikit lebih keras setiap harinya, jika kau ingin kemampuanmu bertambah. Jangan menganggap mudah semua hal, hanya karena kau tak melihat kesulitannya. Dan jangan juga menganggap sulit segalanya, hanya karena kau tak mendapatkan celah untuk membuatnya mudah. Kehidupan yang diberikan Tuhan padamu sudah sesuai porsi kekuatanmu. Jadi jalani itu sesuai dengan porsimu, dan belajar memperbaiki kemampuanmu dengan hal itu." Mengusap puncak kepala Changkyun, namja itu beranjak meninggalkannya kemudian.
"Siapa dia?" Gumam Changkyun dengan pandangan yang mengantar kepergian namja itu.
°•°TBC°•°
Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement
🌻Haebaragi🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro