37 - Hippopotomonstrosesquippedaliophobia | Midorima Shintaro
Hippopotomonstrosesquippedaliophobia; fobia terhadap kata-kata panjang
×
"[last name]-san, baca halaman 58," titah sensei sambil menunjuk [name]—yang ternyata tengah melamun dari tadi.
Gadis itu tersentak dan langsung membuka halaman yang diperintahkan. Mengambil posisi berdiri, lalu mulai membaca. Awalnya baik-baik saja, sampai gadis itu terhenti di tengah-tengah halaman itu.
Sontak seisi kelas menatap gadis itu heran, termasuk sensei. "Ada apa, [last name]-san?"
Gadis itu menggeleng kecil sambil menarik napas dalam, dan mulai membuka bibirnya.
"M-Me—Memper-t-tang—" Belum selesai satu kata itu diucapkan, gadis itu jatuh pingsan. Kejadian ini membuat heboh satu kelas.
×
Kedua matanya membuka perlahan, walau berkali-kali berkedip di detik pertama—membiasakan diri dengan cahaya yang menyeruak masuk. Sampai ketika dirinya sadar sepenuhnya, hal yang pertama dilihatnya adalah langit-langit UKS. Dia tahu? Tentu saja. Ia langganan di ruangan kesehatan ini.
"Kau pingsan lagi, nodayo."
[name] langsung menoleh, menatap pemuda yang baru saja angkat bicara. Gadis itu menghela kecil. "Lagipula aku pingsan bukan karena aku mau, Midorima-kun. Salahkan saja—"
"Fobiamu. Hah, aku tidak tahu mengapa kau bisa mengidapnya, tapi itu aneh, nodayo," potong Midorima sambil menatap [name]. "T-tapi bukan berarti aku peduli atau apa, ya."
Tawa kecil berhasil lolos dari bibir [name]. "Kau tidak perlu tsundere, Midorima-kun. Lagipula hanya kau yang sadar aku mempunyai fobia seperti ini," sahut gadis itu dengan lengkungan manis di wajahnya, "Tandanya kau peduli."
Midorima mengernyit. "Aku—"
"Tidak tsundere. Haha, aku tahu kau akan mengatakannya," potong [name] diiringi tawa kecil, lagi.
Pemuda lumut itu membenarkan posisi kacamatanya. "Terserah saja."
"Tapi selama aku memperhatikanmu, fobiamu tidak separah itu. Buktinya saja, kata 'memperhatikanmu' tidak membuatmu sesak," tutur Midorima sambil menatap [name] yang kini mengganti posisinya menjadi duduk.
Gadis itu balas menatap Midorima untuk sesaat. Kemudian berganti menjadi tatapan menggoda dan siulan jahil yang keluar dari bibir mungilnya. "Heh, berarti kau memperhatikanku selama ini, ya?" goda gadis itu sambil tertawa.
"Ya, aku sudah mulai terbiasa. Ibu sering mengantarku ke dokter untuk berkonsultasi tentang fobiaku ini." Gadis itu tersenyum lebar saat mengingat ibunya yang bersusah payah membantunya dengan fobia merepotkan ini. "Dan untungnya, fobiaku lambat laun mulai berkurang," sahutnya.
Pemuda itu bergeming, tidak menyahut. Ketika sang gadis ingin menanyakannya, Midorima lebih dahulu angkat bicara.
"Kalau begitu," ucap Midorima dengan memberi jeda, "akumenyukaimujadilahpacarku."
"E-Eh?"
"A-Apa?!"
Dan terima kasih kepada Midorima, gadis itu pingsan lagi. Kali ini dengan wajah merah dan asap mengepul dari kepalanya.
×
Miris, fobia kata-kata panjang tapi nama fobianya juga panjang ;-;
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro