36 - Hypnophobia | Aomine Daiki
Hypnophobia; fobia terhadap tidur, keadaan dihipnotis
×
Di tengah malam yang sunyi, [name] ditemani oleh sang rembulan yang senantiasa menyinari. Muka gadis itu kusut, sama seperti rambutnya. Matanya sudah menyerupai panda dan kantung matanya sudah berkantung lagi. Jika diumpamakan, gadis itu tampak seperti hantu jadi-jadian sekarang.
Keluhan dan sumpah-serapah melantun dengan tak bosannya dari bibir gadis itu. Salahkan mimpi buruk yang setia mendatanginya setiap hari, sampai-sampai membuatnya takut tidur dan merasakan mimpi buruk itu lagi.
[name] mengembuskan napas dan mengambil ponselnya. Mencari kontak teleponnya dan memutuskan untuk menelepon seorang pemuda; Aomine.
Panggilan sudah terhubung dan beberapa detik kemudian diangkat oleh pemuda di seberang sana.
「Ugh, ada apa kau menelepon larut malam begini, [name]?」 Pemuda itu bertanya dari seberang sana. Dapat [name] bayangkan wajah kesal pemuda itu.
"Daiki, datang ke sini."
「Ha? Untuk apa? Kau menyuruhku u—」
"Kumohon."
×
Pukul setengah satu dini hari dan kini sepasang anak muda tengah berada di satu kamar yang sama. Ulangi, berdua di satu kamar pada malam hari.
Aomine menatap [name] lamat—menunggu penjelasan. "Jadi?"
Gadis itu mengembuskan napasnya, kemudian sedikit membungkuk. "Maaf sudah membuatmu ke sini, Daiki. Tapi aku sangat berterima kasih."
"Ha? Yang jelas saja, [name]. Aku ngantuk, mau tidur," sahut Aomine diiringi kuapan kecil.
[name] menatap pemuda berkulit tan itu kesal. "Kau kira aku tidak ngantuk, Ahomine?"
"Mana kutahu."
"Ih, enggak peka!" [name] meninju kecil Aomine dengan tangan kurusnya. Ya, akibat kurang tidur badannya sudah bertambah kurus sekarang.
"Terus? Kalau kau ngantuk, kenapa enggak tidur?"
Gadis itu bungkam, lalu menunduk dan menggeleng kecil. "Aku ... takut."
"Mimpi buruk?"
[name] mengangguk dan menatap Aomine. "Sejak mimpi buruk itu datang, aku enggak bisa tidur. Jika kuhitung-hitung, aku hanya tidur lima jam selama tiga hari belakangan ini," terang gadis itu.
"What?! Astaga [name], kasihan sekali. Kenapa tidak pergi saja sekalian?"
"Pergi? Ke mana?"
"Ke pelukannya Kami-sama."
[name] melotot mendengar ucapan Aomine dan reflek meninjunya. Kali ini, tangannya secara ajaib mengeluarkan tenaga yang cukup besar.
"Hei! Kenapa meninjuku?!"
"Karena kau bodoh, Bodoh!"
"Apa?!"
Dan akhirnya, perdebatan di antara kedua remaja itu terus berlanjut sampai keduanya tertidur, saling berpelukan satu sama lain.
×
"Memangnya kau mimpi apa?"
"... Itu," ucap [name] dengan memberi jeda, "kau tidak mau berteman denganku karena dadaku kecil. Dan kau dengan teganya mengatakan aku tidak lebih baik dari susu pisangmu."
Aomine dibuat tertawa keras seharian, membiarkan wajah gadis itu memerah menahan malu untuk waktu yang cukup lama.
×
FYI, Aomine ama [name] lagi di zona prenjon karena kesalahpahaman antara keduanya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro