35 - Atelophobia | Takao Kazunari
Atelophobia; fobia terhadap ketidaksempurnaan
×
"[name]-chan, maafkan aku!" teriak Takao sambil berlari mengejar [name]. "Tolong dengarkan aku, [name]-chan!"
Gadis yang dipanggil namanya tidak menghiraukan panggilan Takao sedikitpun. Kakinya masih berpacu, beriringan dengan jantungnya. Matanya sudah berkaca-kaca—ingin menangis.
Sebenarnya, apa yang terjadi, sih?
×
"Takao-chan!"
Takao berbalik saat mendengar namanya dipanggil. Kedua mata cemerlangnya mendapati kehadiran [name], tetangga imutnya. "Ah, [name]-chan! Tumben berkunjung."
Gadis itu tertawa sebagai sahutan. "Memangnya enggak boleh?" balasnya sambil tertawa kecil. "Lagian aku mau ngajak Takao-chan main ini." [name] menunjukkan sebuah puzzle papan yang berukuran cukup besar.
"Puzzle?"
"Ya! Ayo main!"
×
"Ini di ... sini," gumam gadis itu sambil meletakkan salah satu potongan puzzle itu di tempat yang sesuai.
Sementara gadis itu asyik mencocokkan, Takao hanya memperhatikan gadis itu sambil tersenyum.
"Takao-chan? Kok enggak bantu nyusun?"
Pemuda itu tertawa kecil sambil menggaruk pipinya. "Ya, aku enggak terlalu jago, [name]-chan," balasnya, walau dalam hati pemuda itu takut kesalahannya akan membuat panik [name] kambuh.
"Enggak, kok. Kalau Takao-chan pelan-pelan dan memperhatikan, pasti bisa! Tapi ingat, jangan sampai meletakkannya di tempat yang salah, ya!" ujar gadis itu, lalu memberikan beberapa potong pecahan puzzle kepada Takao.
"Baiklah ...."
×
"A-Ah! Takao-chan! Itu bukan di situ letaknya!"
"Bukaaan! Yang itu di sini letaknya!"
Takao gelagapan saat [name] mulai panik karena kesalahan yang dibuatnya. Maafkan dirinya yang entah mengapa hari ini sangat tidak fokus.
Kedua matanya melirik gadis itu dari sudut matanya hanya untuk mendapati mata [name] yang berkaca-kaca. "[name]-chan?!"
Gadis itu berdiri dan mengusap kedua matanya, lalu berlari keluar rumah. Meninggalkan Takao yang syok dan langsung mengejar beberapa detik kemudian.
"[name]-chan!"
×
Salahkan saja stamina gadis ini yang tidak bertahan lama. Salahkan Takao yang lebih tinggi darinya, sehingga [name] dapat ditarik oleh Takao ke dalam pelukannya.
Gadis itu meronta, berusaha melepaskan diri. Namun, dekapan Takao lebih erat. "Maafkan aku, [name]-chan. Aku ... entah mengapa fokusku terganggu hari ini," lirih Takao sambil berusaha menenangkan gadis itu.
Dan syukurlah, tindakan pemuda itu membuahkan hasil. [name] berhenti menangis dan menggeleng kecil. "T-Tidak masalah. Justru aku minta maaf, karena fobiaku ini ... kau—kau jadi kerepotan," cicitnya.
Takao tersenyum kecil dan membalas, "Tidak, itu tidak merepotkan. Karena dengan itu, aku tahu bagaimana rasanya berjuang demi gadis yang kucintai."
×
"Ehem, anak muda. Kalau bermesraan jangan di tengah jalan, ya. Kasian para jomlo di komplek ini," goda ibu tetangga yang melihat mereka berpelukan. Oh, FYI, sekarang mereka sedang berpelukan di tengah jalan komplek—untung saja kendaraan jarang melintas di sini.
"E-Eh?! M-Maaf!"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro