31 - Trypophobia | Akashi Seijūrō
Trypophobia; fobia terhadap kelompok lubang-lubang kecil
×
"Ah, rasanya lelah sekali hari ini," keluh seorang [name] yang baru saja membaringkan dirinya di kasur. Kasur empuk yang selalu menjadi teman terbaiknya.
Untuk beberapa detik, gadis itu termenung menatap langit-langit kamarnya. Merenungkan apa yang sudah ia lakukan hari ini, dan memikirkan apa yang akan ia lakukan besok. Setidaknya, sampai ponselnya berdering.
Tangan lentiknya mengambil gawai yang terletak di nakas. Menghidupkan layar ponsel, [name] mendapati pesan baru dari 'Cebol Menyebalkan'.
"Aish, ada apa BakaSei mengirim pesan malam-malam begini?" tanya [name] pada dirinya sendiri, tentunya dengan ekspresi kesal di wajahnya.
Jarinya bergerak dengan cepat membuka pesan itu. Dan hal yang selanjutnya terjadi adalah ....
"AAA! CEBOL KAMPRET! KUCING! KAMBING! MAWAR! AAA, GELI TAUK!"
... Teriakan melengking yang lolos dengan nyaringnya dari mulut seorang [name]. Dan jangan lupakan, ponselnya yang terletak tak berdaya di sudut kamar setelah dilemparkan oleh sang empunya.
[name] mengeluarkan segala sumpah serapahnya dengan tubuh bergetar. Foto yang dikirimkan oleh Akashi sangat menggelikan baginya. Tangan yang dipenuhi lubang dalam yang sangat menjijikkan.
"S-Sei jahat ... jahat," lirihnya sambil memeluk diri sendiri. "aku benci Sei."
Tok tok tok
"[name]? Kau di dalam?"
[name] bisa mendengar panggilan dari luar. Itu Akashi, dia tahu. Tapi, [name] sangat kesal sampai tidak mau bertemu dengan pemuda merah itu.
"Hei, kau baik-baik saja? Aku masuk," seru Akashi dari luar, sambil membuka pintu. Alangkah terkejutnya pemuda itu saat melihat [name] menangis. Apakah dia sudah keterlaluan?
Akashi mendekati [name] dan menariknya ke dalam sebuah pelukan. Sambil mengelus punggung sang gadis, Akashi berucap, "Shhh, tenanglah, aku di sini. Maafkan aku. Aku sudah keterlaluan."
Gadis itu menggeleng. "Sei jahat! Tega, sob."
"Maaf. Kalau begitu, sebagai permintaan maafku, bagaimana kalau besok kita pergi ke kafe kucing? Seharian?"
[name] bergeming sesaat, lalu menatap Akashi berbinar. Hei, lihatlah keajaiban kafe kucing. Tangis dan sesenggukan [name] bisa hilang dalam sesaat. "Yang benar?"
Akashi tersenyum tipis. "Ya."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro