obat tidur
Kertas-kertas bertebaran di mana-mana. Tumpukan proposal yang tak hentinya datang memenuhi ruangan Bae. Namun sungguh sangat mengherankan hal itu sama sekali tidak mengganggunya. Bae masih saja terlihat nyenyak dalam tidurnya. Belakangan ini sepertinya ia terlalu lelah karena menghadapi banyak tawaran iklan. Tidak sedikit yang ditolak kakaknya, manager resmi Bae.
"Bangun!" teriak Sasha seraya mengguncangkan kaki adik satu-satunya itu. Ia menggerutu kesal mengetahui Bae tak kunjung bangun. Meskipun matanya sudah melotot seram, rupanya tatapan maut itu tak bisa menembus alam mimpi Bae.
Tiba-tiba kaki Bae bergerak cepat, telak menendang kakaknya yang hampir iseng mengikat rambutnya gaya guling loncat. Sasha refleks terjatuh ke hamparan proposal-proposal tolakannya. Ia mengaduh. Sepertinya keributan tersebut lebih mengundang Bae untuk bangun.
"Lho? Kakak nggak tidur di kamar? Kok malah lebih memilih tidur di atas kertas?" ujarnya setengah sadar. Bae masih sibuk mengucek matanya, lantas dengan santainya dia meregangkan badan.
Dengan gesit Sasha menerkam adiknya dengan brutal. "Bangun jelek! Bangunnn adik kurang ajar!" Ia berkali-kali mengusap wajah Bae dengan kesal.
"Stop, Kak! Stooooop!" Bae berusaha melawan kakaknya yang sudah kelewat emosi. Tanpa di duga Bae berguling menyelinap ke bawah sambil mendorong kakaknya.
Sekarang dua bersaudara itu terlihat sama kacaunya. Rambut mereka tak ubahnya semak belukar yang bertahun-tahun tersembunyi jauh dari peradaban manusia. Napasnya pun sama terengah-engah. Bae masih berusaha memahami keadaan sekitar sedangkan Sasha mati-matian menahan untuk tidak menerkam adiknya lagi.
Setelah keheningan merayap untuk beberapa saat, Bae berinisiatif untuk bertanya, "Kakak kenapa sih? Ini baru pukul lima pagi. Bukankah jam kerjaku masih nanti pukul delapan?"
Sasha tak menjawab. Tapi ia bangkit dari tempat tidur Bae, lantas menuju nakas. Ia mengambil sebuah proposal yang tak tercampur dengan proposal lain. Ia menyerahkan proposal itu seraya tersenyum. Membuat Bae sedikit merasa aneh.
Bae menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ini proposal apa, Kak?"
"Coba bacalah sendiri. Sepertinya ini kesempatan bagus untukmu. Bayarannya pun besar, lebih besar daripada produk-produk sebelumnya."
Tanpa banyak tanya lagi Bae membacanya dengan serius. Halaman demi halaman ia baca tapi bukannya dia semakin tertarik, ia malah kebingungan dan heran. Ada perasaan aneh yang menyelip di dalam dirinya. Entah apapun itu, rasanya mengganjal.
"Hngg, jadi ini obat tidur, Kak?" tanyanya takut-takut.
"Kau benar. Bukankah bagus? Akhir-akhir ini sepertinya juga kau membutuhkannya."
Karena Bae tak pernah berani melawan kakaknya secara serius, apalagi untuk urusan begini akhirnya ia setuju. Mengabaikan perasaan aneh tadi Bae menyerahkan semua urusan itu kepada kakaknya. Sasha pun tampaknya senang sekali melihat adiknya menurut. Bayarannya pun besar. Siapa yang tidak suka dengan uang?
Namun, tindakan yang pernah dilakukannya itu adalah sebuah peristiwa penting yang akan mengubah segalanya. Sasha mungkin tidak tahu kalau dirinya akan kehilangan adik satu-satunya, juga semua orang di sekelilingnya. Kalau ada yang bertanya-tanya apakah Sasha merasa aneh? Tentu saja, tapi ia tak menghiraukannya.
Obat tidur itu sudah sukses Bae promosikan di akun intaram miliknya. Penonton yang meilihatnya benar-benar meningkat pesat. Orang-orang berkomentar, "Akhirnya ada rekomendasi obat tidur lagi! Bye bye insomnia!"
Waktu berjalan cepat, hingga tak terasa petang menjelang. Sasha terlampau senang hingga tak memperhatikan adiknya belum bangun setelah mencoba obat tidur tersebut dari pagi. Bahkan di hari berikutnya Sasha hanya sibuk membelanjakan barang-barang yang diinginkannya sejak lama. Hari berikutnya terus begitu, lalu begitu lagi.
Sampai pada suatu hari entah sudah hari ke berapa ia mengabaikan adiknya, ketika Sasha pergi mencari persediaan makananan ia mulai menyadari sesuatu. Orang-orang tak sebanyak biasanya. Tak terlihat orang mengantre untuk mendapat harga diskon. Sepercik rasa cemas mulai menghampiri dirinya. Ia merasa ada sesuatu yang terlewat.
"Apa ya yang terlewat? Sepertinya ada yang tidak beres tapi apa?" Ia pun mulai berbicara pada dirinya sendiri.
"Astaga, Bae!"
Sasha pun menjatuhkan sayur-sayuran yang dibelinya seketika. Ia baru teringat sudah beberapa hari dia tidak melihat adiknya. Meskipun Bae senang sekali di dalam kamarnya tapi sesekali ia akan keluar untuk makan ataupun jalan-jalan di taman. Tapi sayangnya ia tak pernah melihatnya lagi sejak adiknya mengiklankan produk obat tidur yang ia sarankan. Kalau diperhatikan orang-orang di kotanya juga terlihat mulai berkurang.
Sesampainya di kamar ia menggedor keras-keras pintunya. "Bae! Kau ada di dalam kan?! Buka pintunya cepat!"
Tak ada jawaban.
Dengan tak sabaran dia mulai membuka pintunya yang ternyata tak dikunci. Pintu putih itu menggeblak di dinding. Menambah suasana mencekam kamar itu. Kamar Bae berantakan seperti biasanya, dan juga remang-remang. Tapi anehnya posisi tidurnya tetap sama. Padahal Bae selalu seperti kuda lepas kalau tidur.
Sasha membeku. Ia tak sadar menahan napas.
Apa yang terjadi?
Perlahan ia berjalan mendekati adiknya yang terlelap. Entah sedalam apa mimpinya sampai membuatnya belum juga terbangun. Sasha mencoba menggoyangkan tangan adiknya dengan gemetar. Lantas melihat tak ada reaksi apapun ia mencoba berbagai macam cara dengan kepanikan yang mulai menguasai dirinya. Namun sayang sekali masih tak ada respon.
"Bae ... bangun," ujarnya mulai terisak. Ia sungguh merasa menyesal. Tapi ia sedikit bersyukur karena Bae masih bernapas dengan normal.
Lantas ia bergegas mengambil tindakan. Sasha menelepon dokter kepercayaannya. Ia lega karena dokter itu sepertinya tidak menggunakan obat tidur yang sedang naik daun. Langkah berikutnya ia memanggil teman-temannya yang sudah tersebar di berbagai negara. Ia harus menyelidiki obat tidur tersebut. Kalau tidak, manusia bisa saja punah. Orang-orang itu meskipun masih bernapas tapi tetap saja tubuhnya butuh asupan. Lalu bagaimana yang tinggal sendirian?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro