Suasana di luar sana terlihat mendung. Tak tahu kapan matahari akan menyelinap, tak ada tanda-tanda para gumpalan awan itu akan berbaik hati untuk menyingkir sejenak. Di dalam bus, suara-suara dari luar tak bisa kami dengarkan. Seolah-olah memang begitulah cara kerja bus ini.

Ruangan sepanjang bus lenggang. Cahayanya pun hanya mengandalkan sinar matahari yang terhalang mendung. Jadilah mendukung orang-orang yang tertidur. Satu dua ada yang terjaga, memilih memecah keheningan dengan mengobrol.

Aku sendirian di bangku belakang. Maksudku, satu-satunya yang terjaga. Di sampingku ada seseorang entah siapa masih terlelap. Karena tak ada yang bisa kuajak berbincang, aku memilih melihat pemandangan sekitar. Tempat-tempat yang kami lewati terasa entah apakah kami yang dikejar atau kami yang mengejar? Bus ini melaju cukup kencang. Sesekali aku menengok keadaan bus lagi. Masih sama.

Kok aku tak merasa pusing ya?

Aneh. Aku yakin aku orang paling gampang mabuk di saat seperti ini. Tapi tak ada rasa mual sedikit pun, bahkan hanya sedikit berputar pun tak terasa. Aku merasa telah melupakan sesuatu. Ah iya! Dramamon! Obat itu! Aku sadar aku tak meminumnya. Tapi kenapa ya? Aku tidak kenapa-kenapa. Pikirku mungkin saja karena aku sudah terbiasa tapi sejak kapan aku sering naik bus? Apalagi bus seaneh ini. Dalam perjalanan yang tidak kuketahui ke mana itu, aku terus saja bertanya-tanya.