Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10th Day


Kehadiranmu menjelma solusi, yang secara otomatis terlintas kala aku butuh bantuan. Namun, kamu bukan penjamuku dan aku tidak berani memintamu.

📷📷📷

Rekah senyum belum juga punah, sejak jalananan belum tersentuh pandangan hingga kini pintu kos tersaji di depan mata. Kekhawatiran selama sepekan ke belakang nyatanya terhapus oleh satu informasi yang baru didengar. Meski tetap bukan hal yang akan dinilai aman oleh Bas.

Adis memang bergabung dengan PRISMA agar bisa mendapatkan teman yang gila fotografi, sehingga dia memiliki teman untuk menyusuri Jogja demi satu gambar hasil jepretan kamera. Namun, dia tidak menyangka kalau kesempatan itu akan datang secepat ini. Satu per satu tempat indah di kota ini mulai terputar di benak.

"Astagfirullah!" Adis memekik. Seseorang bangkit dari kursi di depan kamarnya, saat dia baru saja berbelok ke lorong kamarnya.

"Baru pulang, Dis?"

"Nggak. Dari tadi!" sentak Adis sambil mengelus dada.

Di depannya. Gadis itu mengikuti Adis yang beranjak menuju pintu dan memasukkan kunci untuk membukanya. "Ya elah. Ngambek."

Adis bersungut-sungut, meracau tentang betapa menyebalkannya Fau, sambil melucuti kaus kaki, outer, serta tas selempang berbentuk kepala Stitch berbulu yang melekat di tubuhnya.

Meski humble dan easy going, Adis bukan seseorang yang mudah dekat dengan orang baru. Sampai sekarang pun dia hanya dekat dengan Rara, Imel, dan Juna-temannya semasa SMA, serta Iman yang sudah dia kenal sejak masih hobi bermain tanah di halaman rumah. Adis gemar menyapa, tetapi tidak gencar membangun relasi. Lalu Fau hadir dan aktif mendekati Adis, membuat gadis itu dengan cepat menemukan seseorang yang membuatnya nyaman.

Ah, bukan nyaman yang lebih tepat, tetapi terbiasa. Adis terbiasa dengan kehadiran Fau, dengan keberadaannya di kamar kosnya, bahkan saat Adis tidak sedang di sana.

"Dapet penugasan apa, Dis?" Fau sudah menyusul Adis, duduk di tepi kasur sambil mengulurkan tumbler berisi air putih. Tamu harus berguna, dong, batin Fau.

Mendengar pertanyaan itu, Adis langsung menghadap Fau, menerima tumbler lalu meminumnya dengan semangat. Terhapus sudah kekesalan yang menyembul beberapa menit lalu. Hal itu membuat Fau terheran.

"Ih, seru banget project-nya, Fau!" Adis menahan diri agar tidak menjerit, sementara jantungnya sudah menyebarkan aliran darah dengan cepat, bersama kebahagiaan yang terselip di sana.

"Kok lo nyeremin, sih?" Fau bergidik, tetapi Adis tak menghiraukannya.

"Dengerin duluuu." Adis menangkup sisi kepala Fau, hingga bibir Fau manyun karena ditekan terlalu kencang. Adis baru melepaskannya saat Fau sudah sepenuhnya memusatkan tatapan kepadanya. Lalu, gadis itu melanjutkan, "Penugasannya tuh disuruh bikin booklet foto gitu. Tahu apa yang seru?"

Fau mundur sedikit, agak takut dengan keantusiasan yang over itu. "A-apa emang?"

"Ngambil fotonya keliling Yogya!"

Apa yang hebat? Begitulah kernyitan di dahi Fau jika diartikan dengan kata-kata. Bingung juga, mengapa wajah Adis sangat bahagia hanya karena hal tersebut. "Dis, cuma keliling Yogya, loh. Kok lo seseneng ini, sih? Keliatan banget nggak pernah piknik."

"Ih, nyebelin banget!" Ekspresi senang terhapus sedikit demi sedikit. Seperti energi manusia yang tersedot Dementor-penjaga penjara Azkaban di serial Harry Potter. Mendapati mood Adis yang berubah-ubah dengan cepat, Fau tergelak. Membuat Adis menimpuknya dengan bantal terdekat.

Adis memilih berdiri, lalu mengambil pakaian kotor yang tergantung untuk kemudian menumpuknya di keranjang baju yang ada di sudut kamar. Tentu saja masih dengan raut jengkel.

"Emang beneran suruh keliling Yogya, Dis? Maksud gue ... keliling gitu?"

Adis menghentikan gerakan, hendak tertawa, tetapi urung. Pertanyaan Fau benar-benar lucu! "Apa, sih?" Kikikan tetap lolos saat dua kata itu terlontar, padahal Adis ingin ngambek sebentar saja.

Fau yang sadar bahwa pertanyaannya ambigu, hanya bisa menggaruk kepala. "Ya maksudnya tuh harus berapa daerah, berapa kabupaten, atau gimana? Lo kan tadi bilangnya keliling," ujar Fau memperjelas maksudnya.

Adis termenung. Setelah wawancara di hari Senin-tepatnya tiga hari lalu-tadi pagi Adis menerima pengumuman bahwa dia diterima sebagai peserta magang. Lalu, sore ini diadakan kumpul perdana di mana peserta magang diarahkan tentang banyak hal, salah satunya project yang harus dikerjakan.

Sebenarnya tidak ada yang mengharuskan berkeliling Jogja. Memotret lingkungan kampus atau sepetak kamar kos pun tidak masalah, asal ada satu cerita utuh yang dapat dirangkai dari hasil foto tersebut. Singkatnya, seperti diminta menulis novel, tetapi penggambarannya dengan foto dan bukan aksara.

Namun, Adis sendirilah yang ingin mengambil foto berkeliling Jogja, sekaligus menjejaki temapat-tempat yang sudutnya sudah abadi dalam lembar foto yang selalu rapi di lemarinya.

"Dis!"

Adis tersentak, tersadar dari lamunan yang sejenak mengaburkan kesadaran.

Gadis berkaus over size selengan itu bergerak mendekati Fau-si sumber suara yang mengagetkannya. Dia melirik sekilas pada kasur dengan beberapa buku terbuka di atasnya. Lalu, penjelasan Adis tentang project magang mengalir, membasahi ketidaktahuan Fau.

"Ya gitu, Fau. Tapi aku emang maunya ngambil objek keliling Jogja," pungkasnya mengakhiri cerita.

"Kok lo malah ngeribetin diri sendiri, sih? Kan enakan sekitaran kampus aja."

Kalau dipikir-pikir memang ribet. Agak tidak logis jika menyusahkan diri dengan project tersebut di tengah kesibukan sebagai mahasiswa baru, padahal ada kemudahan yang ditawarkan. "Ya mau aja, Fau."

"Buset, alesannya cewek banget."

Adis merespons Fau dengan cebikan bibir, sambil meniup poni tanda kesal. Fau pun menahan gemas, tidak tahan juga dengan tingkah imut temannya itu.

"Ya maksudnya tuh nggak usah yang ribet-ribet gitu, Dis. Lagian kita masih sibuk OGM, kuliah, nugas. Masa lo mau ribet ngejar foto juga, sih?"

Meski nada tahu kalau isi kepala Fau juga sesuai dengan opininya, Adis tetap memberengut. Pasalnya, dia tidak tahu mau menjawab aja.

"Lagian emang lo hafal tempat-tempat di sini?"

Adis menggeleng.

"Lo nggak masalah buat jelajah Jogja tanpa pengetahuan gitu?"

Kali ini, anggukan menyambut pertanyaan Fau.

"Sendiri?"

Adis terdiam cukup lama. Kemudian dia mengangguk, menggeleng, dan mengangguk lagi, membuat Fau menepuk dahinya. Menyeberang jalan sendiri saja butuh waktu yang sangat lama bagi Adis. Apalagi berkeliling mencari spot foto.

"Gimana, dong, Fau?" Wajah Adis sepenuhnya menatap Fau, membuat yang ditatap menghela napas. Imut banget gini. Gimana mas-mas yang jaga stan waktu itu nggak meleleh coba? Suara Fau di dalam sana ikut berkomentar.

"Ya udah, lo isi formulir Internship Care dulu aja. Nanti konsultasi sama pendamping lo."

Fau dengan kepala dinginnya, membuat Adis mengingat satu hal itu.

Internship Care adalah program OGM, di mana masing-masing pendamping kelompok akan dibantu satu orang untuk membersamai kelompoknya dalam proses internship. Program ini dimulai dengan pengenalan Ormawa dan UKM melalui expo, diikuti dengan pendampingan internship Ormawa dan UKM. Kini, ketika sudah tergabung dengan program internship organisasi yang dipilih, mahasiswa diminta untuk mengisi formulir, tentang penugasan yang diberikan dalam magang dan apa rencana mahasiswa untuk menyelesaikannya.

Karenanya, Adis langsung membuka tautan untuk mengisi formulir online. Namun, di tengah jarinya yang berlarian di atas layar, Adis teringat satu hal. Pendamping kelompoknya adalah Jati. Sudah tentu pria galak itu akan mencecarnya karena merancang project yang seperti ini.

"Fau, kan pendampingku Kak Jati. Gimana, dong? Ih pasti nanti dimarah-marahin, deh," rengekan Adis tidak menyita perhatian Fau yang kini sedang tengkurap sembari menekuri pena dan buku. Seolah gadis itu sudah mengira apa yang akan dikeluhkan Adis.

"Itu tau. Makanya nggak usah jauh-jauh ambil fotonya."

Tentu saja, saran itu tidak membantu. "Kamu aja yang temenin, ya? Lumayan kan sambil liburan."

Fau dengan rambut yang dicepol asal-asalan langsung bangkit, meninggalkan kegiatannya. "Dis, masalahnya semua maba pasti punya project magang. Weekend gue juga harus ngerjain event sama study case DPM. Mungkin kalau sekali dua kali gue bisa. Tapi kan kalo bikin album foto gitu bisa take berulang kali. Makanya gue bilang, mending nggak usah jauh-jauh aja."

Adis menghela. Tadi dia tidak memikirkan hal ini ketika menyimak penjelasan project dan ketika antusiasmenya membuncah. Lalu, dia teringat perkataan Jati sore itu. "Oh, oke. Jangan sungkan kalau mau minta tolong terkait internship. Saya duluan." Pria galak itu menawarkan bantuan. Itu berarti tidak masalah jika Adis menagihnya, kan? Ah, tapi tetep aja, dia galak. Suara dalam diri Adis membantah, menyamarkan solusi yang sempat berpendar. Lagi pula, kenapa nama pria itu muncul di kepala sebagai solusi pertama yang dia pikirkan?

Di tengah kebingungan, suara Fau bersama gulungan kata yang dilontarkan membuat pikiran Adis berkelana ke tempat lain. "Gimana kalo lo minta tolong mas-mas yang jaga stan PRISMA waktu itu? Siapa namanya? Oh, iya, Prasaji. Dia kan bilang mau bantuin lo." Fau berucap antusias.

Namun, yang dilakukan Adis justru menerawang ke hari itu, pada dua kata yang sempat berputar di kepalanya. "Kan ada saya."

Cara pria itu berbicara sama seperti Radit. Tenang dan menenangkan. Membuat kemarin Adis kehilangan kendali atas dirinya, sebab wajah Radit langsung terbayang tepat di manik mata Prasaji.

Seolah ingin mengabadikan suara Prasaji di telinga Adis, ponsel gadis itu menjerit singkat, membawa sebuah pesan dengan teks yang cukup panjang. Teks tersebut berisi kata-kata welcoming di keluarga PRISMA, dengan nama Prasaji tertanda di bagian paling bawah. Mungkin ini pesan broadcast. Namun, nama Prasaji membuat kalimat "kan ada saya" kembali menyita kepala.

"Kamu punya Kakak."

"Kan ada saya."

Dua suara itu-milik Radit dan Prasaji-seolah hendak saling melebur. Namun, yang membuat Adis bingung, kenapa kalimat-kalimat tajam Jati ikut menyelinap di sana?


First Publish: December 5, 2020.
Revision: December 15, 2023.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro