Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14

Jung Ruda mengusap ujung bibirnya yang membiru. Rasanya perih, sekaligus ngilu. Choi Yeonjun ternyata sekuat itu. Ruda mendengkus. Tapi, bukan masalah. Sebab, ini adalah kemenangan. Kemenangan mutlak bagi Ruda. Soalnya, kini pemuda itu, Yeonjun itu, sudah tahu dan bakal hidup dalam penyesalan sampai umurnya habis.

Ruda sudah merencanakannya jauh-jauh hari, jauh sebelum dia dibekap di sel tahanan ini. Misinya satu: Buat Yeonjun nggak bisa ucapkan apa-apa selain menyesal. Visinya satu: Mengirimkan ucapan maaf Yeonjun pada adiknya yang sudah jauh.

Ah, mengingat itu, hatinya jadi karut-marut. Adiknya yang malang. Nggak kebayang kalau bakal pergi secepat ini. Nggak. Seharusnya, adiknya nggak pernah bakal pergi. Seharusnya. Seharusnya. Seharusnya.

Terlalu banyak seharusnya. Dia juga barangkali sudah muak.

Jung Ruda menutup kelopak matanya. Di tengah keremangan sel isolasinya, Ruda memimpikan denting nada-nada piano yang keluar bersamaan dengan gerakan jemari adiknya. Rindu mungkin. Ruda rindu pada adiknya, satu-satunya orang yang masih menganggapnya manusia. Tapi, hatinya abu-abu. Nggak bisa lagi merasa.

Ya, mungkin memang. Orang cacat seperti dia nggak bisa melakukan hal apapun dengan baik, kecuali dosa. Barangkali, satu-satunya hal yang bisa diperbuatnya adalah dosa. Maka dari itu, seharusnya Ruda senang telah menjahati Yeonjun.

Tapi nggak begitu. Perasaannya nggak begitu. Dia nggak senang, nggak bangga. Sudah dibilang, hatinya karut-marut.

Seandainya, Ruda berpikir, adiknya datang menjemputnya sekarang, dia nggak akan ragu untuk menyambut jabatan tangan Jung Raya yang ringkih.

Maka dari itu, Raya, jemput Kakak sekarang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro