10
Penjara ini seperti pulau. Dan Yeonjun terdampar di dalamnya.
Doa yang dilayangkannya pada Tuhan adalah harapan supaya eksistensi kapal Black Pearl menjadi ada, nyata, dan siap dikeluarkan dari botol kaca. Singkatnya, Choi Yeonjun memiliki kemauan untuk kabur. Ya, kabur dari sini. Dan menemui Luna. Dan memeluk Luna. Dan menyelamatkan Luna. (Yang paling penting adalah yang terakhir.) Tapi Black Pearl itu nggak ada. Nggak nyata. Cuma fiksi.
Ini sebabnya dunia terasa bagai sampah. Yeonjun sebagai si penyampah. Kesal. Nggak ada ujungnya. Skenario ini nggak pernah gagal untuk buat Yeonjun geram. Kenapa Luna harus sakit, sih? Parahnya lagi, kenapa Luna harus sakit di saat aku nggak ada buat sisinya yang kosong, sih?
Laki-laki itu mengembus napas dengan berat. Dia kalap. Bakal dimakan usia dan pengalaman dalam penjara. Mengembus napas sekali lagi, Yeonjun membuka surat yang baru saja sampai di tangannya. Surat dari Luna.
Sedang tak jauh dari tempat Yeonjun berbaring, Ruda menatapnya. Lalu mendengkus. Lalu berucap dengan keras, "Choi Yeonjun bipolar, ya?"
Yeonjun menengok. Gerak senyum di bibirnya kandas. "Maksudnya?"
"Yeonjun baru saja terlihat depresi, kan!" Ruda menunjuk Yeonjun dengan telunjuknya yang kukunya tinggal setengah. "Lalu, tiba-tiba, Yeonjun tersenyum seperti orang gila. Wah, aku merasa seperti berada di dalam rumah sakit." Ruda tertawa.
Choi Yeonjun kalap. Amarahnya memuncak sampai ubun-ubun. "Dasar gila!" Kakinya bergerak cepat menuju Ruda. Tapi sebelum sampai tepat di depannya, Yeonjun melayangkan tinjuan panas.
Terdengar suara dengkusan ketika Ruda terjatuh di atas matras. "Pukul aku lagi! Berengsek!"
Choi Yeonjun melayangkan kepalan tangannya lagi. Namun, Ruda keburu berkata dengan kencang, "Dasar pembunuh!"
Ah, benar. Yeonjun nggak boleh mencelakakan orang lagi ....
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro