Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 5

Aku sudah bertanya pada banyak orang di lantai tiga. Mereka tidak tahu apa-apa atau tidak mau tahu. Aku tidak terlalu ambil pusing tentang itu. Yang duduk di sekitar mejaku, mereka selalu melihat paketnya sudah berada di mejaku sebelum aku tiba. Kecuali saat paket pertama datang. Dan mereka juga tidak tahu dari mana asalnya.

Selalu saja pak satpam yang mengantar paketnya. Dan tiap kali aku bertanya pada satpam, aku selalu mendapat jawaban yang sama. Si kurir hanya mengantar tanpa tahu siapa si pengirim. Lantas dari mana lagi aku harus mencari tahu.

"Aku nggak tahu, sudah ada di mejamu sebelum aku sampai," kata Seny.

"Tuh ada paket di meja," tunjuk Lenna selalu. Namun saat ditanya siapa si pengirim, jawabannya tetap sama. "Aku sampai, sudah ada paket itu di sana."

Han pun sama saja. Dia juga tidak tahu. Yang lain juga begitu. Kalau pun mereka lihat, pasti pak satpam yang mereka lihat. Apa perlu kutanya si bos. Tapi kalau sudah pak satpam, ya tidak perlu lagi si bos kutanya. Hanya pak satpam saja yang punya jawabannya.

Dari mana pak satpam tahu mejaku, pikirku. Kan tidak semua satpam tahu mejaku. Atau pak satpamnya saling info di mana mejaku berada. Itu salah satu pertanyaan yang terlintas dalam benakku.

Pertanyaan lain yang juga terlintas. Kenapa pak satpam harus menaruhnya di mejaku pagi-pagi. Bahkan sebelum ada orang yang tiba. Apakah pak satpam pelakunya. Itu pikiran jahatku. Meski setelahnya, aku tersenyum geli membayangkan jika memang itu yang terjadi.

Kenapa pak satpam tidak menyerahkan paketnya padaku saat aku sampai di kantor. Dan kenapa saat aku sampai kantor, terutama saat melewati pos keamanan, mereka tidak menginformasikan kedatangan paket-paket itu. Justru aku tahu setelah sampai di mejaku. Apa maksudnya. Lupakah mereka.

Memang pertanyaan utamanya hanya satu. Siapa si pengirim paket. Tapi kenapa caranya begitu unik. Tidak ada nama pengirim dan selalu warna hitam. Seolah dia mengenalku dengan baik.

Tidak ada cara lain selain melihat CCTV. Itu yang terlintas dalam benakku kemudian. Bolehkah aku melihat rekaman kamera pengintai itu. Lagi-lagi, aku putuskan untuk bertanya pada bapak-bapak keamanan saat jam istirahat kantor.

"Pak Aldi, apa boleh saya lihat rekaman CCTV?" tanyaku pada Pak Aldi yang kebetulan sedang berjaga saat itu.

"Untuk apa, Mbak?" Raut wajah Pak Aldi terlihat bingung.

"Mau tahu si pengirim paket, Pak. Saya penasaran banget," jawabku penuh harap. "Bolehkah, Pak?"

"Kalau urusan boleh atau tidak, Mbak harus bilang dulu sama manajer IT. Prosedurnya begitu. Bilang dulu sama beliau, baru kami bisa tunjukin."

"Oh, gitu, ya," aku manggut-manggut. "Berarti ada kemungkinan boleh, ya."

"Nah, coba saja, Mbak. Kalau masalah izin, kami tidak punya kuasa. Tapi untu membantu memutar ulang rekamannya, kami bisa."

"Baiklah. Saya nanti ke IT dulu. Makasih banyak, informasinya, ya, Pak."

"Ya, Mbak," ucap Pak Aldi selalu dengan penuh keramahan.

Aku pamit pada Pak Aldi. Lambung di perutku terus memanggil-manggil. Jadi, aku langsung menuju kantin.

*

Catatan penulis

Saat publish cerita jumlah katanya 473, itu yang tercantum di wattpad HP
Di wattpad komputer 466 kata
Di word, angka yang tertera 466 kata
Yang kusubmit, 466 kata, ya...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro