Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Cinta Kita

Ini adalah kisah dua anak manusia yang menjalin hubungan bersama selama 1 tahun lebih. Walau hubungan mereka sudah cukup lama bukan berarti hubungan itu indah untuk diceritakan. Justru sebaliknya, hubungan mereka slalu dibumbui dengan pertengkaran.

Rayhan  nama cowo dalam cerita ini, berumur 24 tahun dan pengangguran.

Dia anak yatim piatu dan hanya memiliki seorang kaka yang bernama Zen. Walau mereka tinggal bersama namun mereka tidak terlihat akur, yaa seperti Tom and Jerry.

Putri adalah nama cewe dalam cerita ini, umurnya 22 tahun dan dia bekerja disebuah restauran.

Dia hanya memiliki seorang ibu, lebih tepatnya Putri anak yatim. Putri adalah anak tunggal, itu sebabnya dia berusaha keras membantu ibunya.

Dari sinilah cerita hubungan yang tidak indah untuk diceritakan, tapi akan tetap saya ceritakan.

...............

"Puput sarapan," teriak ibu dari dapur.

"Iyaa Bu iyaa," saut Putri yang kemudian datang menghampiri ibunya, "Sarapan apa Bu," sambungnya sembari memperhatikan meja makan.

"Kamu punya mata untuk melihat kan," ucap ibunya sambil mengambil air minum.

"Basa basi sedikit Bu," kata Putri yang kemudian duduk dan menyendok nasi goreng yang masih hangat.

"Jangan dimakan kalau basi," ucap sang ibu.

"Auah terang," saut Putri dan mulai menyantap sarapannya.

........

"Kenapa ngga ada sarapan Zen," tanya Rayhan kepada Zen setelah melihat meja makan yang kosong.

"Di kulkas ada nugget. Jadi buat sarapan sendiri," jawab Zen sembari membaca koran pagi.

"Okeh," jawab Ray, "Goreng ... Goreng ... Goreng," gumam Ray sembari menggoreng nuggetnya.

Zen hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah laku adiknya.

"Hey Zen ... Nugget kalau udah mateng warnanya hitam yaa," ucap Rayhan sambil memperhatikan nugget yang sudah dia goreng.

"Bodoh ... Jangan lupa baca do'a," ucap Zen sambil menggelengkan kepala.

"Iyaa Zen iyaa," saut Rayhan.

"Berhenti manggil gua Zen. Gua ini kaka lu," ucap Zen dengan nada sedikit kesal.

"Iyaa Zen iyaa gua ngarti," jawabnya, "Rasanya aneh," ucapnya pelan setelah memakan nugget yang dia goreng.

"Bagaimana pekerjaan, sudah dapat," tanya Zen setelah melipat koran yang dia baca.

"belum,"

"Terus cari sampai dapat,"

"Iya,"

"Mau sampai kapan nganggur terus," ucap Zen.

"Hey Zen gua lagi makan jadi jangan bikin selera gua hilang," ucap Ray dengan nada tinggi, "udah nuggetnya aneh lu bikin kesal, komplit dah kaya martabak," sambungnya yang berdiri dari meja makan dan pergi menuju pintu depan.

"Lu mau kemana," tanya Zen.

"Nyari nugget yang enak," jawab Ray.

"Cari pekerjaan bukan cari nugget," saut Zen.

"Oh," ucap Ray yang kemudian pergi keluar rumah.

Seperti itulah suasana pagi dari dua karakter utama cerita ini. Putri yang slalu bercanda dengan ibunya dan Ray yang slalu bertengkar dengan kakaknya.

Ray orangnya keras kepala dan tidak suka dinasehatin, terutama soal pekerjaan. Jika ada yang bahas pekerjaan atau nyuruh Ray kerja, dia lebih suka bertengkar daripada mendengarkan omongan mereka.

Berbeda dengan Putri yang sangat menyukai pekerjaannya. daripada berdiam diri dan menghabiskan waktu dengan hal tidak penting, dia lebih suka bekerja dan bekerja.

Sangat bertolak belakang memang, tapi itulah mereka. Dan mereka sudah menjalani hubungan selama satu tahun. Walau bukan hubungan yang baik untuk dikenang.

Ray berjalan di pinggir kota berharap menemukan nugget yang enak. Dia serius soal mencari nugget yang enak.

"Dimana ada nugget yang enak," gerutuhnya sambil berjalan dan menendang batu batu kecil.

"Ray, kamu sedang apa," tanya seorang wanita dari arah belakang Ray.

"Putri," ucap Ray, "Aku sedang mencari nugget," jawabnya.

"Nugget. Maksud kamu nugget makanan," tanya Putri dengan rasa penasaran.

"Ya iyaa. Nugget yang dimakan," ucap Ray dengan wajah polos.

"Hahaha ... Apa sih kamu Ray, ngga jelas kamu mah," ucap Putri sambil tertawa geli.

"Ih aku serius puput," kata Ray dengan wajah sedikit kesal karena Putri tidak berhenti tertawa.

"Iyaa iyaa aku faham," ucap Putri sambil mengusap air matanya yang keluar karena tertawa geli, "Yaudah temanin aku berangkat kerja," kata Putri sambil menarik tangan Ray.

Merekapun berjalan bersama menuju tempat kerja Putri. Sesampainya di tempat kerja, ada rekan kerja Putri yang menyapa dan tersenyum kepada Putri. Jelas itu membuat sebuah masalah.

"Siapa dia," tanya Ray sambil memperhatikan rekan kerja Putri dengan tatapan tajam.

"Teman kerja," jawab Putri.

"Teman," ucap Ray dengan tertawa kecil dan senyum kiri.

"Apa sih maksudnya," saut Putri dengan nada sedikit kesal.

"Teman kok saling senyum dan kamu juga balas senyum dia," ucap Ray dengan nada kesal.

"Emang ngga boleh senyum sama teman," saut Putri dengan nada kesal juga, "Lagian dia anak baru dan baru kerja satu minggu," sambungnya.

"Hafal bangat yaa," ucap Ray dengan senyum kecil.

"Ray ... Aku mau kerja, jadi jangan buat masalah," ucap Putri setelah menghela nafas.

"Masalah! Kamu yang buat masalah! Maksudnya apa coba lagi senyum senyum sama dia. Jangan jangan kamu ada main di belakang aku," ucap Ray sambil menunjuk Putri.

"Cape aku debat sama kamu," ucap Putri sambil menunjuk wajah Ray dan pergi meninggalkan Ray.

"Hey masalah belum selesai," teriak Ray.

Putri hanya melambaikan tangan tanpa menengok kepada Ray. Seperti itulah mereka, ada saatnya mereka tertawa ada saatnya mereka bertengkar tapi lebih sering bertengkarnya daripada tertawanya.

Dan pertengkaran mereka sontak membuat semua mata tertuju pada mereka. Mereka tidak merasa malu atau risih sedikitpun, karena memang ini bukan yang pertama kali terjadi dalam hubungan mereka.

"Ngga bisa dibiarkan," ucap Ray dalam hati.

Hari sudah sore, matahari mulai menunjukan senjanya. Putri berjalan dari tempat kerja meunuju stasiun dengan wajah cape dan mood yang sangat tidak baik.

Mood Putri makin tidak baik dengan perasaan yang sangat risih karena mendengar langkah kaki yang tidak asing bagi dia.

"Ray berhenti mengikutiku seperti itu," ucap Putri setelah berhenti melangkahkan kakinya.

Putri berbalik dan berjalan ke arah ray, lalu membuka topi dan kacamata yang dipakai Ray.

"Apa maksudnya," ucap Putri dengan nada tegas.

"Yaa aku hanya kebetulan lewat," ucap Ray.

"Tadi juga waktu aku kerja kamu datang ke restoran dan memperhatikan aku kan," ucap Putri.

"Ngga tuh,"

"Kamu cemburu," tanya Putri.

"Yaa ... Iyalah! aku cemburu dan kesal," jawab Ray dengan emosi.

"Cemburu kamu kelewatan Ray. Cemburu juga ada batasnya, ngga seperti ini," ucap Putri dengan wajah kesal dan mata yang tajam.

Kembali pertengkaran mereka menarik perhatian banyak pejalan kaki dan pedagang di situ.

"Yaa habisnya masa kalian saling senyum seperti itu," ucap Ray dengan nada tinggi.

"Tapi ngga harus cemburu Ray," ucap Putri dengan nada tinggi juga.

"Harusnya kamu senang kalau aku cemburu, tandanya aku sayang sama kamu," ucap Ray dengan nada tinggi sambil menunjuk Putri.

"Hah! Senang! Kalau cemburunya kelewatan yang ada aku kesal, lebay tau ngga," ucap Putri dengan nada lebih tinggi dan menunjuk wajah Ray.

"Maaf ... Kalau boleh tau ini ada apa yaa," ucap seorang pedagang yang ingin menghentikan pertengkaran mereka.

"Diam," ucap Ray dan Putri secara bersamaan dengan nada tinggi. Sontak membuat pedagang itu terdiam dan hanya bisa menelan ludah.

Beberapa orang cuek dan ada yang masih memperhatikan pertengkaran mereka.

"Ngga tau diri kamu yaa, aku udah sayang kamu malah begini," kata Ray sambil tolak pinggang.

"Aaaaggghhhh ... Aku cape dan mau istirahat, jadi berhenti mengikutiku," ucap Putri, "Kerjaannya ngajak ribut mulu," gerutuhnya sambil berjalan meninggalkan Ray.

"Kebiasaan yaa," ucap Ray dengan nada teriak.

Seperti biasa Putri hanya melambaikan tangan dan pergi meninggalkan Ray. Masalah kecil slalu jadi masalah besar dalam hubungan mereka. Kejadian ini ngga hanya sekali dalam satu tahun hubungan mereka, tapi sudah terjadi berkali kali.

Selepas dari pertengkaran kemarin, hari ini Ray mengajak Putri liburan ke taman hiburan kota. berniat ingin memperbaiki hubungan mereka dari pertengkaran kemarin.

"Hy Ray," ucap Putri setelah menepuk pundak Ray.

"Put, soal kemarin," ucap Ray dengan menundukan kepalanya.

"Ngga usah dibahas," ucap Putri dengan tersenyum, "Kan niat kita hari ini mau kencan," Sambungnya dengan menarik tangan Ray.

"Iya," ucap singkat Ray dengan tersenyum.

Mereka menikmati setiap wahana yang ada di taman hiburan kota, "Hey Ray naik itu yaa," ucap Putri sambil menunjuk wahana Roller Coaster. Ray hanya terdiam dengan kaki yang gemetaran.

Suara teriak orang orang yang menaiki wahana Roller Coaster semakin membuat langkah kaki Ray terasa berat.

Namun Putri tetap tidak menghentikan langkahnya dan semakin kuat menarik lengan Ray.

Putri menaiki Roller Coaster dengan perasaan senang dan wajah yang gembira layaknya anak kecil yang mendapatkan mainan baru dari ibunya.

Berbeda dengan Ray yang terdiam dengan wajah ketakutan dan pucat, "Kita berangkat Ray," ucap Putri dengan senyum di mulutnya. Ray hanya terdiam dengan wajah yang tegang.

"1 ... 2 ... 3 ...," ucap Putri yang disusul dengan teriakan dari semua penumpang Roller Coaster tersebut.

"Haha ... Harusnya kamu lihat wajah kamu saat menaiki Roller Coaster tadi," ucap Putri dengan tertawa geli.

Ray hanya terdiam dengan wajah pucat dan kaki yang masih gemetaran. Setelah Ray merasa baikan mereka kembali menikmati wahana wahana yang lain.

"Aku cape," ucap Ray sambil duduk di bangku taman dan mengatur nafasnya.

"Payah kamu mah," kata Putri dengan nada ngeledek yang masih berdiri tegak di depan Ray.

"Bodo ah," ucap Ray.

"Makan yoo," ucap Putri sambil tengak tengok mencari makanan.

"Benar ... Benar ...  Ka ... Kamu mah," kata Ray dengan nafas yang tak beraturan karena cape.

"Udah ayoo," ucap Putri sambil menarik tangan Ray.

mereka berjalan dan melihat setiap tempat makan yang ada, berharap ada yang menarik perhatian mata dan perut mereka.

Perjalanan mereka untuk mencari makananpun terhenti di depan Rumah Makan serba guna milik mang Jajang Jurajang.

"Kamu mau makan apa Ray," tanya Putri sambil memperhatikan menu makanan.

"Aku makan nasi goreng aja," jawab Ray.

"Aku mau makan ... Soto ayam," ucap Putri dengan wajah gembira.

"Duduk di sana yaa," ucap Ray sambil menunjuk salah satu meja yang kosong.

"Minumnya apa Ray," tanya Putri.

"Teh botol aja," jawab Ray yang kemudian berjalan menuju meja kosong.

Selang beberapa menit Putri datang dengan membawa makanan yang mereka pesan, "silahkan tuan," ucap Putri dengan gaya layaknya pelayan.

"Garing," ucap Ray.

"Tunggu Ray kita foto dulu," kata Putri sambil mengambil sebuah kamera dari tasnya.

"Mulai dah ribetnya," ucap Ray dengan nada kesal, "Makan aja sih," sambungnya.

"Yaudah sih Ray, kan aku cuman mau foto," ucap Putri.

"Ngga usah ribet," kata Ray dengan nada kesal.

"Biasa aja ngga usah marah," ucap Putri dengan nada kesal juga.

"Lagian ribet bangat jadi manusia," kata Ray dengan nada emosi.

"Yaudah sih," ucap Putri.

"Dah makan aja,"

"Ngga," ucap Putri sambil berdiri.

"Mau kemana kamu," tanya Ray.

"Nafsu makan aku hilang dan aku mau pulang," ucap Putri dengan wajah kesal.

"Yaudah sana,"

"Iya,"

Putri berjalan seorang diri dengan mood yang ngga baik karena pertengkaran tadi, "Nyari ribut mulu bisanya," gerutuh Putri sambil berjalan.

Sudah dua hari mereka bertengkar dan tidak ada dari mereka yang mau menyelesaikan pertengkaran mereka.

Itulah mereka, Sifat egois yang menguasai diri mereka masing masing.

"Hey Zen dimana sepatu gua," tanya Ray yang berjalan menuruni tangga.

"Ini," jawab Zen sambil memberikan sepatu milik Ray.

"Gua berangkat," ucap Ray sehabis memakai sepatu yang kemudian pergi keluar rumah dengan tergesa gesa.

Hari ini Ray akan melakukan wawancara kerja. Sekian lama dirinya lantang lantung mencari pekerjaan, akhirnya sekarang ada kesempatan untuk bekerja.

"Sial sial sial," teriak Ray yang berlari secepat mungkin karena takut telat wawancara kerjanya.

Setelah berlari dan berganti bis sebanyak dua kali, Ray akhirnya sampai di tempat dia akan melakukan wawancara kerja.

Ray berdiri dan mengatur nafasnya yang acak acakan karena kecapean setelah berlari, "Baiklah ... Gua akan melakukannya," ucapnya setelah nafasnya mulai teratur. Diapun melangkahkan kakinya menuju gedung pertarungan.

......

"Belum rezeki ternyata," ucap Ray yang berdiri di depan gedung dan menatap langit.

Setelah lama berdiri cukup lama. Ray melangkahkan kakinya, berjalan meninggalkan gedung, "Makan aja ah," ucapnya setelah menghela nafas dan kembali berjalan.

Perjalanannya terhenti di depan Angkringan Anak Malas, itu adalah tempat makan favorit Ray.

Ray duduk di meja nomer 2 yang berada di tengah sebelah kanan, yaa itu memang sudah menjadi tempat favoritnya.

Tanpa melihat menu atau memesan, Ray hanya melambaikan tangan kepada salah satu pelayan. Dan pelayan tersebut sudah mengerti apa yang dipesan Ray.

Pelayan datang dengan membawa pesanan Ray. Nasi Goreng Seafood super Pedas favorit Ray sudah ada di depan mata, diiringi dengan satu gelas Es Kelapa Muda. Itu adalah menu favorit Ray.

"Setelah bertarung dengan nasib, yang seperti ini nih emang yang paling mantap," ucap Ray yang kemudian berdo'a dan mulai menyantap apa yang ada di depan matanya.

ngga butuh waktu lama bagi Ray untuk menghabiskan makanannya, "Alhamdulilah kenyang," ucapnya sambil mengelus perutnya.

"Ray," ucap Putri yang menepuk pundak Ray.

"hey," jawab Ray.

"Kamu beneran Ray," tanya Putri sambil memperhatikan style Ray dengan wajah penasaran dan duduk berhadapan dengan Ray.

"Aku mang engkus," ucap Ray sambil menghirup segelas Es Kelapa Muda miliknya.

"Haha ... Tumben bangat kamu pakai style kemeja gini," ucap Putri setelah tertawa geli.

"Aku habis interview kerja," ucap Ray.

"Waahh ... Akhirnya, setelah sekian lama," ucap Putri dengan wajah gembira, "bagaimana hasilnya," sambungnya bertanya kepada Ray.

"Belum rezeki," jawab Ray sambil menoleh ke kanan.

"Kamu udah ada niat aja aku udah senang kok," ucap Putri dengan senyum manis.

Ray hanya tersenyum malu setelah melihat senyum manis milik Putri.

Merekapun ngobrol dan bercanda, seakan akan masalah yang dialamin kemarin itu tidak ada sama sekali. Begitulah mereka.

"Yaudah Ray. Aku mau berangkat kerja, takut telat," ucap Putri sambil berdiri.

"Takut telat kerja atau takut telat ketemu anak baru," ucap Ray sambil menundukan kepala dan menggaruknya.

"Maksud kamu," tanya Putri.

"Jangan pura pura ngga tau dah," kata Ray dengan senyum kanannya.

"Ray, jangan nyari masalah," ucap Putri dengan nada tegas.

"Aku ngga nyari masalah, aku bicara fakta," ucap Ray dengan nada sedikit tinggi.

"Kamu nuduh aku," kata Putri sembari menunjuk dirinya.

"Bukan nuduh tapi fakta," kata Ray sambil berdiri.

"Baru tadi Kita tertawa sekarang kamu," ucap Putri sambil menunjuk Ray, "Aaahhh cape aku," sambungnya dengan teriak.

Putri langsung pergi meninggalkan Ray tanpa pamit, yaa karena memang mereka habis bertengkar.

Ray hanya berdiri melihat Putri pergi. Pertengkaran mereka membuat banyak pengunjung menujukan matanya kepada Ray, terutama teriakan Putri yang serontak membuat pengunjung terdiam. 

.......

Dengan suasana yang memandang laut, Putri duduk sendiri di salah satu bangku panjang yang berada di belakang Restauran.

"Kamu kenapa put," tanya Riska salah satu rekan kerja Putri yang menghampiri Putri.

"Ngga kok," jawab Putri seraya menghapus air matanya.

"Masalah sama Ray lagi," ucap Riska sambil merangkul Putri.

Tanpa menjawab pertanyaan Riska, Putri langsung menangis di pundak Riska.

Riska adalah teman kerja yang paling dekat dengan Putri, dia juga mengenal Ray.

Putri sudah sedikit tenang setelah lama menangis di pundak Riska, "Karena kamu udah tenang, aku mau ke dalam dulu yaa," ucap Riska sambil mengelus kepala Putri.

Ngga lama dari Riska yang pergi ke dalam, datang Lucas teman kerja Putri yang sembat menyebabkan Masalah dalam hubungan Ray dan Putri.

"Hy," ucap Lucas yang berdiri di belakang Putri.

"Hy juga," ucap Putri setelah melihat Lucas.

"Boleh aku duduk di sini," tanyanya sambil menunjuk bangku yang didudukin oleh Putri.

"Iya," jawab singkat Putri.

"Hapus air matanya," ucap Lucas sambil memberi sapu tangan miliknya.

"Makasi," kata Putri setelah mengambil sapu tangan milik Lucas.

"Benarkan apa yang aku duga," ucap Ray yang sontak membuat Putri dan Lucas terkejut.

"Ray," ucap Putri dengan wajah kaget.

"Kenapa, ngga nyangka kalau aku akan mergokin kamu sama dia," ucap Ray dengan nada tinggi.

"Kamu salah faham Ray," kata Putri sambil memegang tangan Ray.

"Salah faham apa, jelas jelas kamu lagi berduaan sama dia," ucap Ray dengan nada yang makin tinggi.

"Ray plise dengar aku dulu," ucap Putri yang masih memegang yang Ray.

"Aku kecewa yaa sama kamu, aku ngga nyangka kamu begini di belakang aku," kata Ray dengan nada emosi.

"Ray...," kata Putri yang bahkan tidak bisa berbicara apapun lagi dan hanya menangis.

"Aku cape yaa lama lama sama kamu," ucap Ray.

"Ray jangan begini aku mohon," ucap Putri yang masih menangis dan memegang tangan Ray.

Ray langsung melepas pegangan Putri dan pergi meninggalkan Putri.

"Putri maafin gua," ucap Riska yang langsung memeluk Putri, "Gua yang nyuruh Lucas untuk nemenin lu," sambungnya.

"Aaaahhhh Riska," teriak Putri yang diiringi dengan tangisannya.

"Tadi Ray datang dan langsung masuk ke dapur dan kemari, gua ngga sempat nahan dia," ucap Riska sambil memeluk dan mengelus kepala Putri.

Putri hanya bisa menangis dipelukan Riska.

Seminggu setelah kejadian itu Ray tidak sedikitpun menghubungi Putri, bahkan telpon Putri ngga pernah dijawab oleh Ray.

Baru kali ini Ray marah besar selama setahun dari hubungan mereka. Putri terus menghubungi Ray melalui telpon rumah, tapi slalu Zen yang mengangkatnya.

Tidak sedikitpun Ray menanggapinya. Bahkan saat Zen mengatakan untuk menjawab telpon dari Putri, Ray memilih untuk bertengkar dengan Zen.

Seperti itulah Ray keras kepala dan egois, sifat cemburunya pun mencapai level 90 dari 100.

Dia tidak pernah mau mendengarkan penjelasan atau omongan orang lain.

10 hari sudah berlalu semenjak pertengkaran mereka. Hari ini Putri akan mengikutiku tur bersama bos dan rekan kerjanya.

Sebelum berangkat Putri menyempatkan diri untuk menemui Ray.

"Ray. Aku tau kamu ada di dalam," ucap Putri yang berdiri di depan pintu kamar Ray, "Maafin aku jika aku membuat kau marah, itu semua hanya salah faham. Aku harap kamu mengerti Ray," sambungnya sambil menyentuh pintu kamar Ray dengan tangan kanannya.

Ray tidak menjawab atau berkata sedikitpun.

"Aku mau pamit karena hari ini ada tur bersama bos dan rekan kerja aku, kamu ngga usah kawatir. Karena Lucas ngga ada, dia berhenti kerja semenjak kejadian waktu itu," ucap Putri.

dan kembali Ray hanya terdiam tanpa mengatakan apapun.

"Aku mencintaimu Ray," ucap Putri yang kemudian pergi.

Seharian Ray hanya memikirkan Putri dan mengurung dirinya di kamar.

Hari ini Ray mencoba menghubungi Putri, namun ibunya yang menjawab dan berbicara dengan Ray.

Setelah berbicara dengan ibunya Putri, Ray pergi. 

"Mau kemana lu," tanya Zen.

"ketemu Putri," jawab Ray sambil berjalan keluar rumah.

Ray terus berjalan dengan wajah tanpa ekspresi. Berganti bis dan taxi, hingga tibalah Ray di depan rumah putri.

Dia berjalan dengan senyum kecil di wajahnya, terus berjalan hingga langkahnya terhenti dihadapan putri.

"Selamat yaa," ucap Ray dengan senyum terpaksa, "Semoga kau bahagia dengan pilihan ibumu," sambungnya seraya meneteskan air mata.

"Maafkan aku Ray," hanya itu kata yang bisa diucapkan putri dengan menahan air mata dan tangisnya.

"Aku mencintaimu," ucap Ray sambil tersenyum.

"Aku juga mencintaimu Ray," ucap Putri sambil tersenyum diiringi tetesan air mata.

Hari ini adalah pernikahan Putri dengan seseorang pilihan ibunya, bukan berarti ibunya tidak setuju dengan Ray. Hanya saja ini semua terkait hutang almarhum ayahnya Putri.

......

"Mencintai bukan berarti harus memiliki, cukup dengan melihatnya bahagia sudah membuat cinta itu indah"

Sedikit quotes dari saya.
Semoga bermanfaat.
Sekian dan terima kasih.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro