Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Aku dan Dia

Aku dan dia
Hari-hariku berjalan sebagaimana mestinya, dimana itu akan menjadi indah dengan imajinasiku. Mungkin baru kali ini aku membuka hati kembali, setelah berlarut-larut lalu ku terjatuh ke curamnya jurang dan butuh waktu lama untuk berdiri kembali.
Ku awali pagi ini dengan lagu karangan Yovie, musisi favoritku. Ku colokan earphone ke ponselku. Menikmati lagu-lagu ditengah perjalanan antar kota.  Embun pagi pun masih melekat di kaca mobil ini, sang surya pun masih malu-malu menampakan sinarnya. banyak anak muda sepertiku di pagi buta ini sudah bergegas berangkat untuk menempuh pendidikannya di kota terpencil ini.

***

“Woy jamkos 2 mapel!!”

Teriak seorang siswa berbadan besar dan tinggi. Anak-anak ricuh seketika, masa sekolahan mana sih yang gak suka jamkos kayak gini.

“Nonton film kuy!” sorak seorang anak perempuan dengan logatnya yang khas.

“Horrorlah!” sahut yang lainnya.

Aku sih di kelas ngikut aja walau aku sebenernya gak suka film horror kayak gitu. Aku yang sedari tadi sibuk mengoprek laptopku, mencoba berkumpul bersama mereka. Kita biasanya acara nonton gini dipojokan kelas.

Satu hal yang tiap nonton aku pengen yaitu bareng with someone. Ketika moment kek gini, ku lirik 2 sobatku sambil ngapel, pegang tangan, ngerangkul. Hah.......... ujian jomblo itu sangat banyak hehehe. Walaupun gini hati ada sih, tapi ku pasang muka smile di depan sobatku ini, cukup diriku aja yang merasa sakit, biar mereka rasakan hanyalah bahagia ...

***
“Fi, pinjem laptop lu yaa!” seru seseorang.

“Pengen liat film baru yang lu download,”

Ku hanya menganggukan kepala. Ku lanjut lagi makan siangku bersama dua orang sobatku. Candaan garing anak muda yang tak berfaedah, tapi ini seru menurutku. Perjalanan hari ke hari tak terasa bersama mereka dan aku hampir berada di akhir tahun bersama mereka.

“Kapan yaa aku kayak kalian?” kataku sambil tertaawa.

“Yaa pasti ada, Fi,” sahut Robi.

“Udah, jomblo mah dah aja. Wkwkwk,” kata Bani tertawa.

Aku tertawa, tepatnya kami. Ketawa kita meledak sampe sini, ku tersedak makananku. Berlagak aneh meraih botol minum di mejaku menjadi hal lucu yang patut ditertawakan. Ah sudah bersama kalian pun aku cukup, bukan berarti aku homo lho yaa, CAMKAN!

Terdengar suara langkah kaki seorang perempuan memasuki ruangan kelas. Dengan suara yang khasnya, ku kenal anak itu. dia mendekati meja dimana laptopku berada. Aku pun mulai berdiri untuk ke bangku ku, mengambil sebuah botol minum.

“Fi, minta filmnya dong?”  pintanya dengan logat yang khas.

“Mana flasdisknya coy,” jawabku.

“Eh besok aja deh,” lanjutnya. “Aku lupa gak bawa itunya,”

“Yoi serahlah,” kataku singkat.

Mungkin aku adalah tipe cowok yang dingin di sekolah ini. Lihat aja buktinya kalo diriku ngomong sama seseorang pasti singkat, kalo enggak pun pasti canggung. Pengenku menghilangkan satu hal ini, tapi harus pada siapa??? Kejombloanku ini tak bisa hilang. Ku coba mencintai seseorang itu pun hanya angan belaka. Tak tahu yang kini harus ku perbuat apa.......

***

Lagu karangan Yovie telah  menempel erat di telingaku. Kini pun sekolah telah usai, ponselku pun telah kembali ke dalam genggamanku. Ku  lihat dua temanku lain menggenggam doinya, apalah diriku ini yang cuman menggenggam ponsel yang sepi tak ada yang ngechat ini. Terasa sesak di dada pasti ada, siapa sih yang tidak mau seperti itu. Ku pun cepat mengambil tasku, segera bergegas pulang.

“Ni, ke depan bareng gak?” tanyaku kepada Bani yang sedang ngapel dipojokan kelas.

“Duluan aja, gih,” jawabnya.

“Tuh kan si bangke, katanya tadi tungguin,” kataku.

“Ya sorry, Fi,” lanjutnya.

“Aku duluan nih yaa!” kataku sambil melangkahkan kakiku keluar.

“Yaaa, sorry neh,” lanjutnya.

Aku pun keluar kelas dengan earphone yang telah menempel pada  telingaku. Langkah kaki pun mengikuti nada musik nan indah ini. Seperti biasa tabiatku emang udah gini...

“Fi, fotbar kuy!” seru seseorang di depanku.

“Siaap dah, dimana?” lanjutku sambil mengecilkan volume ponselku.

“Yaa mana aja. Nanti aja deh, beb,” lanjutnya.

“Oke, beb,” kataku sambil tertawa.

Beginilah sikapku berusaha funny ke tiap orang. Diriku tak ada perasaan apa-apa terhadapnya dan yang  ku ketahui dia juga gitu sikapnya. Aku pun melanjutkan langkahku ingin rasanya cepat pulang dan mengerjakan hobiku kembali.

***

Hari terlewati hari, seperti biasa siang ini masih istirahat kedua. Ku, Bani, dan Robi masih berada di kantin sekolah ini. Masih malakin jajanan ibu kantin, tapi akhirnya pasti di bayar juga hehehe. Biasa jam siang perut udah nagih jatah untuk di masukin sesuatu.

“Udah ah, balik ke kelas kuy?” kataku.

“Kuy ah, kantong dah nipis nih,” jawab Robi.

Aku pun menguluarkan uang selembaran. Membayar apa yang ku makan sedari tadi disini, begitu juga mereka. Kami pun jalan menelusuri jalan menuju kelas yang dimana tempat bucin pada ngumpul. Sela tawa pun terkadang ada. Beginilah aku dan mereka, walaupun beda sendiri kita tetap kompak.

Setapak kakiku terhenti ketika akan memasuki kelas. Gadis itu pun kembali di hadapanku, aku pun terkekeh dengan sapaannya, aneh tapi unik.

“Fi fotbar,” katanya begitu sambil didampingi temannya.

“Ayuk aja dimana tapi?” jawabku sammbipl tertawa kecil.

“Disana nanti yaa!” lanjutnya

Aku pun mengacungkan jari jempolku dan melanjutkan langkah kakiku.

“Eh, Fi film gimana?” katanya ketika aku hendak memasuki kelas.

“Oh iya. Aku lupa. Mana flashdisknya?” lanjutku.

“Nih,” katanya sambil mengodok sakunya dan memberikannya padaku.

“Siip,” lanjutku dan segera masuk ke kelas.

Disini kok ada perasaan yang tak biasa mulai muncul di dadaku. Aku coba untuk tak memikirkan itu, sudah itu bukan apa-apa. Aku pun tersenyum-senyum sendiri, kalo di pikir-pikir dia cantik juga sih.. ah sudahlah aku pun segera membuka laptopku dan meng-copy film yang tadi dia ingin. Tapi ini hal lucu yang ku alami, deuh ada-ada aja.

***

Bulan pun telah mengisi kegelapan malam. Aku pun hanya ditemani beberapa lagu bergenre romantis dibawah bintang-bintang bersinar. Notif Whatsapp ku pun cuman dari grup kelas, tak ada seseorang yang aku chat. Dua sobatku sedang on sih, tapi pasti lagi chat sama doinya. Yaa beginilah diriku terkandang asyik sendiri dan kadang kesepian sendiri.

Kali ini pun terlintas di pikiranku hal tadi siang, tersenyum sendiri dan terlintas “apakah ini kesempatan bagiku?”. Ah memang seseorang wanita terkadang membuat jatuh dan dialaskan oleh bunga-bunga harum berwarna-warni. Mengapa malam ini terasa berbeda? Apakah karena dia? Ah sudahlah dia hanya teman biasa.

Sepi sekali ponselku, hanya list spottify yang meramaikannya tak ada seorang pun yang meng-chat diriku... aduh..... ngenes banget yaa....

Whatsaap 3 chat 64 obrolan

“waah tumben nih ada yang chat, palingan si Bani,” gumamku.

Ku buka ponsel, masuk ke dalam aplikasi itu. Ku heran, tumben dia ngechat diriku di malamini. Mungkin dia ada keperluan kepadaku.

“P” biasa anak muda sekarang, huruf itu biasa untuk mengetest apakah dia on atau tidak.

“Yooo,”  jawabku singkat.

Mungkin beberap menit kemudian dia baru bales.

“Fi, minta video tahun lalu dungs,” lanjutnya dalam pesan media sosial.
Aku yang tak meninggalkan ponselku dari tadi langsung cepat membalas chatnya.

“Semua cuy??” tanyaku.

“Yang ada akunya doang aja,”

“Kalo bisa pas lagi makan-makan tea,” lanjutnya.

“Oh, oke bentar aku cari dlu,” jawabku sambil mencari file-nya.

Ku sudah  tau file itu di simpan di mana. Aku pun mengklik-klik kursor dengan cepat. Ku kirim file itu menggunakan Whatsapp Web di laptopku.

“Udah,” aku pun membalas chatnya.

“Itu doangkan?” lanjutnya.

“Iya yang dua lagi gak bisa, filenya ke gedean,” lanjutku.

“Oh ya udah besok aja di sekul,” katanya.

“Siip,” jawabku mengakhiri chat malam itu.

Sepertinya ada yang berbeda malam ini. Mungkin ini hanya di diriku saja begini ataukah ku sudah bosan sendiri? What ever lahhh, tapi lucu juga ya kalo di inget-inget yang tadi siang. Ah sudahlah... dia hanya teman biasa.

***

“Fi, minta video yang semalem tea,” katanya sambil jalan dari luar kelas menuju padaku.

“Oh, oke siaap,” kataku sambil meng-close program editingku yang sudah selesai.

Aku pun mengambil flashdisk yang ada di tangannya. Kok diriku merasakan hawa udara yang berbeda ketika ku pegang tangannya, padahal diriku  dan dirinya hanya sebetas teman biasa. Hawa yang tak biasa membuatku aneh, apakah rasa itu? mungkin itu tambahan panasnya hawa istirahat hari ini. Hawa panas yang tidak ku mengerti.

“Udah nih, woy!” kataku memberitahunya.

Dia pun mendekati diriku.

“Minta film lagi lah, yang baru,” katanya.

“Belum download lagi,” jawabku sambil memainkan kursor.

Ku buka file film-filmku yang isinya film tahun lalu semua.

“Itu aja tuh copy-in,” katanya sambil menunjuk film yang dia mau.

Ku turuti apa  yang dia katakan hehehe, alay banget ya... file nya  tidak terlalu besar jadi cukup beberapa menit ku meng-copy itu.

“Udah,” kataku. “Nih,”

“Makasih, Fi,” katanya dan berjalan kembali ke kelasnya.

Indah....

Aku pun segera menampar pipiku, apa yang ku pikirkan. Just a friend ok...

***

Selepas kejadian itu aku hampir di setiap malam chattingan sama dia. Walau obrolan kami bisa di bilang sangat singkat, terkadang aku yang tak tahu harus ngomong apa. Rembulan telah bersinar diantara bintang, ku tatap langit pun nampak sedang cerah pada malam ini. Ingin rasanya ada dia disampingku saat ini.

“Uy,” kataku mengawali chat.

Oh ya, besok itu ulangan bahasa Inggris disamping ponselku ini, ada buku segede gaban yang sedari tadi ku buka untuk esok hari. Otak ku pun tak  tahu mengapa dari sejak dulu kalau pelajaran bahasa biasa ku anggap  mudah. Hatiku kini pun telah tumbuh sedikit-sedikit kepadanya.

“Uyyyyy” jawabnya beberapa menit kemudian.

“Lagi ngapalin kamu?” lanjutku sambil melihat buku paket.

“Orang bule yeuh,” jawabnya singkat.

“Wedeh,” jawabku.

“lebih ......”

“lebih apa?” lanjutnya. “Cantik?”

Rasanya ku ingin bilang “Ya, kamu emang cantik,” tapi apalah dayaku yang nanti disangka modus ke dia.

“Semua cewe juga gitu :v,” lanjutku.

“Kan aku mah lebih,” katanya begitu dalam chat online.

“Siaap bos,” kataku

Chat itu berlangsung hingga malam, aku pun sudah di perintah ibu agar di simpan ponselku agar belajarnya serius.

Aku off duluan ya. Meet belajar kamu. Good night,” kataku mengakhiri chat.

Too” jawabnya singkat.

Walaupun dia menjawabku  dengan singkat tapi itu sangat berarti untuk ku. Semakin hari aku tak karuan dengannya, gejolak di dada menumbuh semakin tinggi.

***

Malam ini pun seperti biasanya diriku mengechat dia. Tak bosan diriku ini, walaupun di balas hanya sekata-sekata tapi ituu hiburan bagiku. Asyik melihat balasan chatnya walaupun terkadang hanya beberapa kata.

“Lagi ngapain kamu?” kataku.

“Mikirin tugas TIK belum,” jawabnya

“Laaah, kerjain atuh,”

“Gak ada aplikasinya,”

“Wadaw! Gimana itu?”

“Makanya lagi pusing mikirin itu,”

Aku pun segera menyalakan laptopku. Ku ingat-ingat di laptopku ada fotonya bekas proyek sekolah. aku pun iseng-iseng mengedit fotonya.

“Mau bantuin gak?” lanjutku.

Aku pun lanjut mengedit, dia tak balas pesanku. Dengan gejolak di dada mengedit fotonya yang indah ini, hah andai dia tahu perasaanku. Aku pun membuat editan fotonya sebisa yang ku mampu. Hadeuh... tapi akku senang dengan ini bisa membantunya.

30 menit berlalu......

Aku pun mengirim fotonya.

“Nih aku editin, ada foto kamu yang kemarin,” kataku.

“Nyimpen foto aku, fans ya??” jawabnya.

“Gak lah, ini proyek yang kemarin,”

“Aku pake ya...”

“Sok aja,”

Ku kirim juga format file editannya. Cukup membantumu membuatku rasanya semakindekat denganmu. Walau ini rasaku bukan rasamu.

Good night,” kataku seperti biasa.

Too,” jawabnya.

***

Perasaanku semakin hari, semakin memuncak tapi mulut membisu tak berani mengatakan. Sikap ku pun tak berubah, ketika di sekolah ku suka deg-degan jika berpapasan dengannya tapi aku pun ingin begitu. Hatiku seperti berasa di medan tempur, tapi aku suka itu.

Setiap malam mungkin aku dan dirinya mengobrol online melalui pesan singkat. Terkadang dia membalas hanya satu kata tapi itu sangat berarti untuk ku. Walaupun dia mungkin menganggapku hanya teman biasa. Perasaan ini kan tumbuh begitu saja walau ku harus simpan ini di dalam sepiku.

Hari ini pun ku coba tanyakan tentangnya, ku sudah tak tahan dengan ini. Rasa menggebu dalam dada tak ada yang memperhatikan. Ini sepertinya cuman rasaku bukan rasanya.

“Aku lagi suka sama seseorang,” kataku dalam pesan singkat.

“Siapa?” jawab seseorang yang ku percaya dan tahu tentang dirinya.

“Dia, aku tiba-tiba suka padanya,”

“Kenapa kamu bisa suka sama dia?”

“Tak tahu, hati melihat yang berbeda,”

“Dia tuh belum bisa move on,

Hatiku mengeluh seketika jatuh, tak tahu harus berkata apa. Rasa sakit mendesak dada mungkin ada. Tapi apa yang bisa ku lakukan sekarang tuk menarik perhatiannya, tapi tak pernah dia peka terhadapku.

“Ouhhhh. Oke deh thx,” ucapku terakhir.

Sengaja aku tak tanyakan pada siapa dia begitu. Aku sudah tahu sendiri, aku pun bukan laki-laki tipe dirinya. Tiap malam pun chattan terasa singkat, aku belum menjadi seseorang yang berarti di dirinya. Aku pun hanya bisa menjadi diriku sendiri bukan seseoran yang ia inginkan.

***

Chattingan pun kini serasa sepi, lebih singkat dari biasanya. Mungkin dirinya juga belum bisa membuka hati untuk seseorang. Aku pun menyadari kini hanya teman biasa. Hal-hal kecil yang bisa ku  lakukan untuk membuatnya terus ngobrol sia-sia sudah. Aku terus yang cari dia, tapi dia gak nyari aku. Aku yang berusaha mencari topik, tapi dia membalasnya dengan kata singkat.

Mungkin ini yang dinamakan tak sejalan. Jalan kita berbeda, aku dan dia. Harapan-harapan yang sudah ku berikan, mungkin itu dia anggap hanya bantuan teman. Aku pun sudah sepertinya sampai disini saja. Makin hari, makin sepi, makin pendek. Apakah kau sudah tahu isi hatiku? Makanya kau bersikap seperti ini? Ahhh sudahlah.

Maaf aku hanya bertahan sampai sini. Mungkin aku belum memenuhi lelaki yang dia mau. Apakah diriku terlalu baper ketika awal pertemuanku? Tapi itu fakta bahwa dia itu cantik nan indah. Aku pun menyerah hingga disini, tapi aku juga masih ingin bersamanya. Ku hanya bisa memperhatikannya dari sisi gelapku. Inilah caraku agar bisa selalu denganmu.

***

Kini langit pun sudah gelap, berbeda dengan malam-malam yang lalu. Hati sebenarnya tak ingin berhenti, tapi apalah dayaku yang bisa hanya segitu memberikan perhatian kepadamu, yang hanya bisa memberi perhatian di setiap malammu. Aku tahu hatimu itu kuat, aku tahu kamu belum move on, aku tahu kau hanya menganggapku teman tak lebih, aku tahu segala hal tentang dirimu. Hatiku kini diambang lelah dan bertahan, tapi lelah mendominasi kini akhirnya ku menyerah. Memang aku sangat berbeda dengan sifatmu, sebenernya aku ingin melengkapi itu tapi... apalah dayaku sudah.

Perasaanku masih ada kepadamu. Aku pun masih mengawasimu dari sisi gelapku karena kau tahu aku tak semudah itu berpindah ke lain hati. Jika kau butuh tumpuan pun, aku bersedia menjadi tumpuan itu. ku katakan terima kasih telah mengisi ruang hatiku walaupun hanya aku yang tahu.

Di depanku kini ada sebuah laptop yang selalu menuangkan persaanku. Ku tuliskan kisah ini bukan karena ingin membuatmu tahu perasaanku, bukan membuatmu peka terhadapku. Inilah zona yang membuatku nyaman melampiaskan perasaanku disini. Ku katakan terima kasih sudah pernah menghiasai malamku, terima kasih menjadi bagian kisah diriku, dan maaf ku hanya menjadi pelengkap malam mu, tak bisa menjadi pelengkapmu selalu......

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro