PARTICULAR STOLEN HEART [PART 1]
Hello there ....
Saya hanya ingin mengatakan, kalau cerita ini akan ada tiga part.
Semoga menikamati part pertama
____________________________________________________
Chareeze Angelique melihat Morpheus Lisistrato—kekasihnya—menyudutkan rokok yang nyaris habis ke asbak. Sembari mengembuskan asap nikotin ke udara malam yang panas, pria dalam balutan tuksedo hitam yang menyembunyikan segala penampilan berandalnya itu bertanya, “Siap semuanya?”
Di atas pangkuan Morpheus, Chareeze yang merangkul leher pria itu bersama kedua teman mereka yang duduk di sofa kumal seberang berseru lantang, “Siap!”
Malam ini mereka merencanakan pencurian barang antik Yunani di acara pelelangan yang digelar oleh salah satu miliyuner di hotel bintang lima di Anthena. Sebagai pemimpin, Morpheus membagi tugas. Ia sendiri selain bertugas memalsukan undangan atas nama mereka yang didapatkan dari informan mereka, juga mengambil barang antik itu. Chareeze bertugas mengalihkan perhatian para pria hidung belang kaya—oleh karena itu ia mengenakan gaun hitam sederhana yang seksi—selagi Lucas membobol CCTV. Tyron bertugas sebagai pengawas. Lalu Morpheus yang berhasil membawa barang itu akan menyalurkan kepada Chareeze.
Mereka menyewa limusin dan mobil mewah untuk meyakinkan para penjaga, yang tentu saja mereka dapatkan dengan harga miring. Chareeze dan Morpheus menumpangi limusin itu. Sedangkan Lucas dan Tyron menaiki McLaren.
Pekerjaan kriminal ini terpaksa mereka lakukan untuk bertahan hidup di Athena ; makan sehari-hari dan lain sebagainya. Terutama bagi Chareeze. Wanita yang baru menginjak usia 22 tahun itu sangat frustrasi untuk mendapatkan uang guna mengobati ayahnya yang sakit keras.
Dahulu, ketika masih kecil, keluarga Chareeze tinggal di Inggris, sehingga ia memiliki aksen negara itu hingga sekarang. Dan, berhubung ibunya meninggalkannya tanpa ada penjelasan apa pun yang Chareeze simpulkan sebagai bentuk pemberontakan terhadap kemiskinan dari suami, ayahnya yang ingin membangun hidup baru pun pindah ke Athena. Namun, begitulah kerasnya hidup. Ayahnya yang renta dan bekerja sebagai buruh kini sakit, sehingga Chareeze harus mengubur impiannya melanjutkan kuliah pasca lulus sekolah menengah atas yang sudah payah dibiayai ayahnya.
Beruntungnya, Chareeze bertemu Morpheus tak lama dari itu. Dan alih-alih, bekerja sebagai pekerja seks komersial dengan bayaran tinggi. Morpheus tak akan membiarkan ia terjun ke dunia itu. Meski mencuri juga merupakan suatu tindakan yang tergolong negatif dan melanggar hukum serta memiliki risiko tinggi. Namun, itu lebih baik. Mereka menggunakan tak tik yang dihasilkan otak cemerlang, ketimbang menggunakan badan untuk menghasilkan uang.
Pukul tujuh malam, Chareeze dan Morpheus tiba lebih dulu. Chareeze menggamit lengan Morpheus yang menyerahkan undangan pada petugas pemeriksa. Mereka pun lolos dengan mudah.
“Saatnya beraksi. Pergilah jalan-jalan. Makan makanan enak sebanyak yang kau mau, alihkan perhatian pria-pria kaya itu. Tapi jangan sampai kau mabuk. Begitu misi selesai, aku, Tyron dan Lucas akan menunggumu di pintu keluar.”
Chareeze mengangguk.
“Hubungi aku melalui earpiece kalau kau kesulitan,” kata Morpheus lagi.
Chareeze pun mengamati punggung kekasihnya menjauh ke tempat barang-barang antik dipajang dalam kotak kaca. Sampai Morpheus tidak terlihat, ia baru berjalan ke tengah ballroom dan mencari-cari meja kudapan sebelum melancarkan aksinya menggoda pria-pria kaya.
Pierre-Alex Swocratis menggenggam gelas beurdex berisi anggur merah pekat lebih ketat dari sebelumnya. Acara pelelangan benda kuno Yunani yang diadakan keluarganya malam ini ramai, seramai pikirannya yang semrawut. Semua ini berkat ibunya yang cerewet menuntutnya untuk segera menikah.
Bagi Pierre, menikah bukanlah prioritas. Hal yang paling ia pentingkan adalah karier sebagai executive operasional perusahaan konstruksi keluarganya di Yunani. Kepuasan membangun gedung-gedung jangkung lebih menggairahkan bagi Pierre daripada berkutat dengan hubungan yang melibatkan emosional. Namun, ibunya akan memastikan ia—yang merupakan putra satu-satunya—menikah untuk menjaga garis keturunan mereka tetap berkembang biak. Sehingga bisa mewarisi sekaligus mengendalikan perusahaan keluarga mereka.
Tidak ingin menyombong, Pierre memang memiliki banyak teman kencan yang selalu siap bila dibutuhkan. Masalahnya ibunya tak suka mereka. Kemudian, demi melindungi harga diri lantaran akan dipilihkan calon pengantin oleh ibunya seolah ia tidak becus mencari istri, Pierre menyombong di depan keluarnya malam itu dengan mengatakan akan melamar kekasih yang dikencainya.
Gelas beurdex Pierre letakkan di meja ketika melihat ibunya menghampirinya. Dengan dandanan mewah, wanita bergaun perak itu bertanya, “Kenapa kau tidak mengajak kekasih yang akan kau lamar itu ke sini?”
Pierre mengembuskan napas berat. “Dia tidak suka pesta, Bu. Dia benci keramaian atau terekspos. Terutama, kalau Ibu mendatangkan wartawan.”
“Hah!” desah Madeleine dengan tangan mengibas. Jelas tidak mempercayai perkataan putranya. Mana ada wanita yang tidak suka pesta atau terekspos di zaman sekarang? Terlebih, akan menjadi menantu keluarga Swocratis. Semua wanita mengidam-idamkan posisi itu.
“Sungguh. Aku juga berharap dia datang. Tapi aku tak berhasil membujuknya,” karang Pierre.
Madeleine mengernyit. “Jangan-jangan dia takut padaku?”
Pierre menaikkan sebelah alis.
“Reputasiku memang galak, Nak. Tapi aku tidak akan berlaku begitu dengan calon menantuku. Terutama, wanita yang kau pilih untuk kau jadikan istri.”
Anggur pekat menjadi sasaran Pierre. Setelah menggelontorkan minuman itu ke lambungnya, Pierre menjawab, “Aku akan membawanya kapan-kapan.”
“Ya, sebaiknya begitu. Atau kau harus puas dengan pilihanku.”
Pierre ingin membantah. Namun, ibunya sudah berlalu untuk menyapa tamu-tamu lain. Itu memberi kesempatan bagi Pierre untuk memikirkan cara mendapatkan seseorang untuk menjadi pendamping. Setidaknya pura-pura jadi tunangannya. Poin yang harus digarisbawahi tentang perkataan ibunya adalah ibunya tidak akan galak dengan wanita yang dipilihnya.
Yah, kita lihat saja nanti. Pierre akan memegang ucapan itu.
Pierre memutuskan berkeliling untuk menyapa tamu. Namun, tatapannya seolah disetel oleh otaknya untuk tetap mengarah pada seorang wanita bergaun hitam sederhana yang begitu seksi di meja kudapan. Dari jarak beberapa meter dan di tengah kerumunan, juga orang yang berlalu-lalang, Pierre membayangkan harum rambut pirang wanita itu. Tangannya gatal ingin membelai untaian gelombangnya hingga ujung. Leher wanita itu jenjang seolah meminta Pierre mencumbunya dengan sangat keras sampai biru-biru.
Dentuman dalam rongga dada Pierre mengentak-entak. Darahnya mengalir deras menuju titik paling primitif tubuhnya. Secara lancang membangkitkan gairahnya dan ia marah akan hal itu. Bagaimana bisa hanya dengan menatap kulit pucat yang tampak bening milik seorang wanita ia bisa bergairah begitu rupa?
Mengingat soal pembicaraan ibunya, Pierre ingin melancarkan idenya pada wanita itu. Pada umumnya, teman kencan Pierre suka hal-hal berbau mewah yang dijanjikan setelah hal primitif yang mereka lakukan. Lalu Pierre menghilang dan wanita-wanita itu tak akan protes lantaran sudah menerima timbal balik darinya.
Pierre akan melakukan hal serupa pada wanita itu. Tentunya dengan menawarkan kemewahan melebihi teman-teman kencan kilatnya. Lalu akan membuangnya bila sudah tidak dibutuhkan—tentu saja kalau kebutuhan biologisnya sudah dipuaskan wanita itu.
____________________________________________________
Thanks for reading this story
See you next part teman-temin
With Love
©®Chacha Prima
👻👻👻
Minggu, 17 April 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro