Djarum Super, 13 Maret 2016
Ku jentik pemantik gas murahan yang kemarin kubeli dari Alfamart tuk menyalakan rokokku.
Sekepul asap yang sendirian mengejar awan awan yang menari diatas sana. Kesepian itu kemudian tak terasa terlalu telanjang, karena ia tampak punya teman. Tetapi semua terlalu jauh di atas sana, hingga bahkan ketika belum sampai, asap rokokku sudah hilang tanpa bekas.
Mungkin seperti aku yang berusaha menepis rasa sepi yang makin niscaya. Padahal di depanku ada bang gojek yang sedang melajukan kami diatas hewan beroda jaman kini.
Mungkin kamu takkan percaya bahwa tak ada lagi yang mau berbicara denganku
Orang dengan teman sebanyak aku ha...
Tetapi kadang teman itu seperti cinta
Harus bertepuk.
Bertepuk dengan tangan sebelah takkan mungkin bisa, takkan berbunyi.
Orang diam-diam mebuat banyak grup baru tanpa aku didalamnya, entah karena apa.
Orang seperti aku mungkin baiknya tak pernah berbunyi saja.
Sayang Tuhan dulu memberiku lidah untuk berbicara, pikiran untuk berpikir dan tangan untuk bekerja. Semua tampak mubazir belaka.
Sering apa yang aku kerjakan semua menjadi debu tertiup angin lalu, tak ada harganya buat kalian semua, apa yang kukatakan semua tak boleh dibunyikan, aku berharga kalau aku diam seribu bahasa dan mengerjakan apa yang kalian maui.
Ku lirik jurang disisi jalan menganga, dan seperti ribuan kali sebelumnya, lintasan pikiran yang sama kembali menyala.
Mungkin baiknya kuloncat saja dari motor yang berlari kencang ini dan mati sekalian. Toh apa yang kulakukan dan kupikirkan, tak pernah berarti.
Sulit kulawan pikiran yang terus menerus membisikkan kata bahwa aku tak berguna sekarang, tidak ketika detak waktu memakan pikiran dan potensiku.
You are worthy me, you are, I want you in my life, at least I do. I want you to draw tomorrow. I like you on the tree, I like your writing, I like to read your story. I want you to live to continue the novel.
Dan motorpun terus berlari berlari, sementara aku bisikkan diriku sendiri bahwa aku harus hidup, satu hari lagi, satu tahun lagi, setidaknya sampai novelku selesai.
"Sudah sampai mbak. Gopay kan?"
Aku tergagap, terbangun dari sibuknya lamunanku.
"Oh, eh iya pak.. terimakasih"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro