Prolog
Menyambut Inspektur Baru
Di sebuah Kantor Polisi
Di dalam sebuah kantor polisi, terlihat banyak orang yang berjalan-jalan. Baik itu adalah polisi yang sedang menerima sebuah kasus atau yang sedang memecahkan masalah bagi orang yang berada di dalam masalah sehingga membutuhkan bantuan.
Hal ini terlihat pada jam-jam kerja yang akan berakhir ini, kantor polisi ini terlihat lebih sibuk daripada biasanya. Selain itu, kantor ini juga masih menunggu Inspektur baru yang akan datang. Meskipun sekarang terlihat ada pertengkaran di kantor ini.
“Kamu yang sudah mengambil semua barang-barangku!!”
“Apa-apaan ini?! Aku sudah bilang bahwa aku tidak mengambilnya. Apakah kamu sedang mabuk dan menaruhnya di suatu tempat?!”
“Sialan!! Bangsat! Anjing!!”
Yeah.. Suara teriakan dan makian terus terdengar tanpa henti sampai seorang petugas polisi berusaha untuk menghentikan mereka.
“Kalian berdua.. Tolong tenang dulu. Jika ada apa-apa, tolong laporkan kepada kami pihak berwajib dulu. Kami akan mencari solusinya dan membereskan semuanya kasus kalian..”
“Tenang?! Bagaimana aku bisa tenang saat mendengar dia menuduhku telah mencuri uang ratusan ribu bath dia yang hilang?!”
“Apakah kamu sendiri yang sudah mengambil uang itu dan menaruhnya di suatu tempat?”
“Apa-apaan ini?!”
Orang itu segera berbalik karena merasa sudah lelah berdebat. Tetapi.. polisi itu tidak menyadari bahwa orang itu berlari untuk mengambil gunting yang ada di atas meja dan lalu membuka bajunya. Mungkin orang itu berpikir bahwa polisi ini akan mengambil nyawanya. 😔
“Lebih baik aku mati, Mee!!”
Sebelum polisi itu menangkap tangan orang yang bernama Mee Thong, ada seseorang yang menendangnya duluan dengan kekuatan penuh hingga tubuh orang itu membungkuk.
Buk!
Tangannya menjadi lemah sehingga dia segera melepaskan gunting yang dia pegang lalu berlutut di lantai sambil tangannya memegangi perutnya.
“Bukankah lebih baik berbicara dengan cara yang baik?”
Terdengar sebuah suara yang terdengar lembut sehingga menarik perhatian semua orang yang ada di dalam kantor polisi ini. Semua orang menoleh untuk melihatnya dengan satu mata.
Terlihat seorang pemuda jangkung dan berbadan ramping dengan rambut hitam legamnya yang terlihat ditata rapih. Sehingga memperlihatkan wajah lonjongnya dengan garis rahang yang tajam dan kulit halus berwarna madu yang serasi dengan matanya yang berwarna coklat tajam. Pangkal hidung naik agar sesuai dengan bibirnya yang terlihat penuh. Dia mengenakan kemeja putih dan setelan hitamnya terlihat bagus setiap incinya.
---
Jesse Pov
“Apakah kamu akan menikamku sekarang, teman sialan!! Jangan diam saja di sini!”
Aku mendengar teriak dari pria gemuk itu.
Aku lalu membungkuk dan mengambil gunting itu dengan perasaan marah. Tapi orang itu segera mengerang ketika telapak tangannya menyentuh lantai. Aku menginjaknya dengan sepatu kets hitamku dengan kekuatan penuh.
“Arrghhh..”
Aku adalah seorang pria dengan tinggi sekitar seratus delapan puluh delapan sentimeter. Kulit kecokelatan yang berwarna cantik sangat cocok dengan mataku yang tajam dan mataku berwarna hitam seperti malam. Wajah tajam dengan kerutan tipis, serta terlihat tanpa emosi. Mulutku sedang meminum dari cangkir kopi kertas.
Aku lalu membenarkan kemeja dan jaket hitam ketatku untuk menunjukkan bahwa aku tidak perlu mengenakan seragam seperti orang lain.
“Kapten..”
Aku mendengar seorang polisi yang tidak berdaya, buru-buru memberi hormat kepadaku yang baru datang.
Aku adalah seorang kapten polisi di kantor ini. Aku lalu menendang pergelangan tangan orang yang hendak membungkuk untuk mengambil gunting itu. Lalu aku menendang benda tajam itu menjauh dari kedua pelaku yang memikirkan jalan keluar dengan cara yang sempit. 😑
“Aku baru saja sebentar pergi untuk membeli kopi..”
“Yah, kedua orang ini memperebutkan seratus ribu baht yang hilang. Pelapor memberitahukan kepada kami bahwa temannya inilah yang mencurinya. Karena tadi malam mereka minum bersama-sama. Tapi ketika orang itu bangun di pagi hari, uangnya sudah hilang..”
“Seratus ribu baht itu tidak ada di belakang mobilmu, kan?”
“Ah..apa!!”
“Mobil berwarna hitam merek Lexus, plat nomor Juli 2440. Ada ruang kosong di belakang dan juga ada sebuah tas hitam.”
Setiap perkataanku membuat pria yang berteriak bahwa uangnya telah dicuri oleh temannya. Menjadi berwajah pucat. Tapi dia tetap berusaha menebus kesalahannya.
"Bagaimana kamu tahu apa yang ada di dalamnya? Kamu mencoba mencurinya, kan? Itu kamu!"
Aku lalu berbalik untuk menatap bawahanku sendiri.
“Tangkap dan penjarakan mereka berdua. Suruh mereka menunggu perkara ini dirilis..”
“Ya, Kapten Jesse..”
"Ah! Tunggu sebentar..”
“Hei, ini bukan salahku, apa-apaan ini?”
“Jadi, kalau begitu kamu bisa kembali.”
Aku segera meneguk lagi cangkir kopiku dan meminum semuanya, untuk menghilangkan rasa lelahku.
“Bagaimana kamu tahu dia tidak salah?”
Sebuah suara dari samping membuatku berbalik dan melihat pria yang wajahnya terlihat asing. Ditambah lagi, cara dia berpakaian sangat brutal, tidak peduli bagaimana aku melihatnya, tidak seperti orang baik. Orang ini pasti baru masuk ke kantor ini dan ingin melaporkan sesuatu.
“Mungkin karena aku tidak sengaja mendengar pria itu berbicara di telepon tentang plagiarisme. Apa uangnya akan menghilang begitu saja?”
Aku lalu memberikan senyuman jengkel kepada orang yang bertanya. 😏
Sebelumnya aku keluar untuk membeli kopi. Aku tidak sengaja mendengar pria di penjara itu sedang berbicara di Lantai C di ponselnya.
Hal ini tidak akan menarik jika aku tidak mendengarkan percakapannya dan tidak ada disana saat itu. Orang itu ingin menipu orang lain dan mengatakan bahwa temannya yang mencuri uang itu, padahal temannya sudah tertidur di dalam Mobil karena mabuk.
Temannya pasti akan bangun dan tidak tahu apa-apa. Lalu orang itu akan memperhatikan sekantong uang itu karena Mobil temannya itu diparkir tepat di sebelah kuil di gunung.
“Halo, hei!! Dia saat itu mabuk. Aku sudah menunggunya untuk membayar kembali kepadaku seratus ribu bath. Dengan caras bertahap, tetapi dia melarikan diri ke provinsi lain. Apakah aku harus mengatakan isi percakapanmu di telepon yang aku dengar?”
Aku lalu melihat postur tubuh orang itu menjadi gelisah dan kata-kata lain keluar dari mulutnya. Itu adalah bukti bagus yang dapat diperhatikan semua orang.
“Jay, aku akan memenjarakanmu, bajingan besar!!”
Aku lalu tersenyum pada mereka berdua, sebelum mengangguk kepada bawahanku untuk melanjutkan prosesnya, sementara aku berbalik dan tersenyum pada orang-orang yang berdiri di dekatku juga. 😊
"Lalu kamu? Apakah kamu datang untuk melaporkan kejahatan atau kamu punya tugas?”
"Aku datang untuk bekerja."
Aku lalu segera memandang orang yang ada di depanku dari ujung kepala sampai ujung kaki lagi, sekali lagi. 🙄
“Apakah kamu adalah Inspektur baru?”
“Iyap..”
“Apa!”
Suara terkejut datang dari para polisi yang mendengar perkataan kami. Mereka semua berlarian karena merasa terkejut. Kedua orang di dalam kasus ini segera akan disidangkan.
“Halo, Inspektur!!”
Seruan teriakan dari para polisi yang ada disini membuat Inspektur yang baru dilantik itu menganggukkan kepalanya sedikit dan tertawa. 😄
Pria ini terlihat tinggi hanya dengan berdiri di depanku.
“Ini benar-benar masalah besar. Mari kita lanjutkan lagi pekerjaan kalian semuanya..”
Semua orang terlihat memandangi wajahnya yang terlihat kecil itu. Hal ini karena biasanya kalau ada seorang petinggi polisi yang datang, akan ada acara penyambutan besar-besaran dan banyak upacara.
Tapi siapa sebenarnya inspektur baru ini? 🤔
Selain terlihat masih sangat muda, dia juga tidak mengenakan pakaian berpangkatnya juga.
Aku melihat bahwa bawahanku masih membuntutiku, seolah-olah dia sedang meminta bantuan dalam mengambil sebuah keputusan. Aku lalu mengangkat tanganku untuk menghentikannya karena merasa kesal dan menoleh ke arah orang di depanku.
“Ayo, aku akan mengantarmu ke ruangan kantormu..”
---
Lantai Atas
Jesse Pov
Aku lalu segera berjalan ke ruangan yang ada di lantai atas. Ruangan ini sudah dibersihkan meskipun masih terlihat kosong karena tidak ada siapa-siapa. Kami tidak berani mendekorasi ulang karena kami takut inspektur baru tidak suka dan kami akan dimarahi.
“Aku adalah Jesse Jaruwat, Kapten di tempat ini..”
"Aku Kamin."
Aku melihat ke belakang dan menatap pria yang memakai kaos dan masuk ke dalam ruangan ini. Aku melihat dia sangat berbeda dan saat melihat postur tubuhnya serta caranya berbicara, aku tidak tahu apakah dia adalah orang yang berkepala dingin atau orang yang angkuh. 😑
Jika itu adalah masalahnya, aku mengira bahwa jika aku berkerja sama dengannya.. aku tidak akan menyukai orang tipe seperti dirinya.
“Apakah kamu ingin mendapatkan lencana dari posisimu? Atau ruangan ini terlalu kecil?”
Aku mengatakan itu dengan hati-hati kepadanya, sebelum berbalik untuk menunduk karena merasa ketakutan.
“Jika aku bilang ruangan ini terlalu kecil, Apakah kamu punya ruangan lain untukku?”
“Jika kamu hanya berencana datang untuk duduk serta bekerja di meja. Maka.. Ruangan ini mungkin cukup..”
“Bagaimana dengan seorang kapten polisi yang bisa berdiri dan berbicara seperti ini kepadaku? Seberapa besar ruangannya?”
Saat mendengar perkataannya, aku segera tersenyum puas karena bibirnya sangat cocok dengan wajahnya. 😏
Aku melihat Kamin sedang bersandar di meja dan aku kembali menatapnya dari atas sampai ke bawah. 😑
Posenya terlihat sangat menyebalkan dan belum lagi semua hal-hal yang tidak enak dilihat dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Tidak peduli bagaimanapun aku melihatnya, aku berpikir bahwa dia tidak seharunya memiliki pekerjaan sebagai seorang Inspektur Polisi. 🤔
Tetapi.. aku yang sebagai bawahannya tentu harus tetap menghormati dan mematuhi perintahnya. 😔
Aku bisa melihat dari kejadian yang di bawah tadi bahwa yang terbaik adalah melakukan semua hal dengan baik tanpa menyebabkan masalah. Hal ini karena aku harus bekerja bersama-sama dengannya untuk waktu yang lama.
“Lalu.. apa yang kamu inginkan? Aku akan pergi dan menukar ruanganmu ini..”
Tetapi.. ketika aku melihat dia mengarahkan jarinya ke ruangan yang ada disamping dengan pembatas kaca ditengahnya..
“Aku merasa mereka harus mencopotnya dengan kunci pas atau memecahkannya..”
---
Kamin Pov
Saat aku melihat Jesse pergi, aku segera menghela napas.
“Huf..” 😔
Hari ini tidak berjalan dengan terlalu baik. Aku dikirim ke sini untuk menggantikan inspektur yang sebelumnya.
Hal ini karena kantor pusat berpikir bahwa aku adalah seorang anak muda yang memperoleh posisi ini dengan sangat cepat daripada orang kebanyakan.
Siapa yang tahu apa yang aku pikirikan? Seberapa besar usahaku untuk membuktikan diri dan tetap bertahan sampai saat ini?
Aku lalu mulai menjelajahi ruangan ini untuk memastikan tidak ada alat penyadap ataupun kamera tersembunyi yang terpasang. 🙄
Memang siapa yang bilang bahwa di dalam industri seperti ini selalu bersih dan tidak bernoda?
Meskipun terlihat seperti air yang jernih dari atas.. di dalamnya seperti banyak jarum dan banyak lumpur. Kita tidak bisa mempercayai siapapun.
---
Jesse Pov
Aku sekarang sedang duduk dan memperhatikan inspektur baru itu. Dia terlihat berjalan mengelilingi ruangannya selama beberapa saat, sebelum akhirnya dia duduk di kursinya dengan ekspersi wajah yang terlihat santai. 😊
Dia terlihat tidak kalah hati-hatinya meskipun sepertinya dia terlihat seumuran denganku. Tetapi.. dia sudah naik ke posisi yang paling tinggi saat ini. Dia pasti sudah melalui banyak hal.
Aku tahu bahwa untuk menjadi seorang inspektur harus dengan kemampuan yang cukup baik, atau ini karena keberuntungannya saja? Pekerjaan ini bukan seperti sepak bola.
Siapa orang yang akan siap untuk kehilangan satu kakinya? 🤔
Berbagai dokumen harus Kamin ketahui sudah dibawa masuk ke dalam ruangannya pada pukul sepuluh. Dia terlihat menghabiskan waktunya membaca dan memeriksa semuanya hingga sekitar tengah hari.
Tok.. Tok.. Tok..
Aku mengetuk tiga kali pintu ruangannya dan sebelum mendengar izin darinya, aku segera masuk ke dalam.
“Bukankah kamu harus menunggu izinku dulu, Kapten Jesse?”
"Ah.. Baiklah kalau begitu."
Aku kembali menutup pintunya dan mengetuk pintunya sekali lagi. Aku bisa melihat Kamin menggelengkan kepalanya dengan letih sebelum menutup dokumennya.
“Hm.. Masuklah.. Ada apa?”
“Aku datang untuk menggunakan Inspektur baru makan siang bersama-sama..”
“Aku masih punya pekerjaan yang harus diselesaikan..”
“Kamu membaca semua dokumen itu. Itu tidak disebut pekerjaan..”
“Tetapi bagiku, apakah itu dokumen atau bekerja di lapangan, itu adalah pekerjaan..”
“Sekarang kamu kesampingkan saja dulu semua dokumen itu. Ayo kita melakukan sesuatu dan melihat yang indah..”
Aku mengatakan itu dan menyingkirkan dokumen-dokumen di depan pria yang masih duduk di posisinya itu. Aku melihat Kamin ingin mengangkat tangannya untuk menerima tanganku, tetapi.. dia menahannya dan mundur.
“Hal ini tidak terlihat nyaman..”
“🤨”
Alisku berkerut karena mendengar perkataannya dan segera berjalan keluar dengan tangan yang aku masukkan ke dalam saku.
---
Kamin Pov
Aku mau tidak mau mengikutinya ke bawah. Saat berjalan melewati beberapa staf di kantor ini, semua orang menyapa pria yang ada di depanku dengan hangat. Tapi saat aku bersamanya, mereka juga menyapaku.
“Oh…Inspektur, apakah Anda akan makan?”
"Ya..”
“Pergilah bersama-sama dengan kapten. Saya yakin Anda akan mendapatkan sesuatu yang enak untuk dimakan..”
“Benar, apalagi masalah makanan dia adalah orang nomor satu disini..”
“Lalu kenapa kamu memberitahu inspektur? Akankah bos memberimu hadiah?”
Aku lalu memandang kedua petugas itu dengan baik-baik, sebelum berbalik untuk melihat orang yang telah pergi sebelumnya.
“Kalau begitu aku permisi dulu. Kalian baik-baik saja..”
"Ya"
“Siap!”
Suara hormat itu membuatku merasa tidak nyaman. Karena di departemen kepolisian, meskipun pangkatku sudah setinggi ini. Orang-orang di sana masih tetap berusaha untuk menekanku. 😔
---
Luar Kantor Polisi
Kamin Pov
“Ayo lewat sini..”
Aku mendengar sebuah suara yang memanggilku dari samping kantor ini. Aku lalu berjalan menghampiri Jesse.
Aku baru tahu bahwa dia mengendarai sebuah sepeda motor berukuran besar berwarna hitam mengkilat. Dia sudah terlihat mengenakan helm berwarna hitam dan mengulurkan helm berwarna putih ke arahku.
“Wowo.. Apakah kamu benar-benar seorang polisi? Aku sama sekali tidak pernah memakai motor seperti ini..”
“Ayo naik karena aku ingin membicarakan hal penting denganmu?”
“…”
“Bukankah naik motor ini sangat bagus? Jika kita menggunakan mobil maka jika ada pencuri maka dia sudah melarikan diri sejauh mungkin atau mungkin sudah pergi ke luar negeri..”
“Aku membawa mobil..”
Aku lalu menunjuk Maserati putih milikku. Saat Jess melihatnya, dia segera berbalik dengan ekspresi kesal di wajahnya.
“Kamu memakai mobil itu dan sebelum kamu melewati lampu merah, kamu tidak akan bisa mengikutiku. Ayolah cepat ambil.. Aku sudah lapar. Aku masih mempunyai pekerjaan yang harus aku selesaikan..”
Aku mendengar perkataannya dan segera menerima helm yang dia sodorkan kepadaku. Aku lalu berjalan dan bersiap-siap untuk naik ke motornya lalu segera duduk.
“Kamu duduk sejauh itu, maka kamu akan terjatuh saat di tengah jalan dan aku tidak akan tahu..”
“Jika kamu mau pergi maka ayo segera pergi..”
“Ya itu terserah padamu..”
Aku lalu mendengar suara motornya yang terdengar sangat keras sebelum motornya melaju dengan perlahan. Namun begitu motornya keluar dan berada di depan kantor polisi, Jesse tiba-tiba mengakselerasi motornya sehingga melaju dengan kencang.
Aku yang duduk di belakangnya tanpa berpegangan kepadanya hampir saja terjatuh ke belakang. Sehingga aku dengan perasaan ragu-ragu mulai meraih dan memeluk pinggangnya yang kekar serta berteriak untuk memakinya bersaing dengan suara angin. 😣
“Apakah kamu sudah gila?! Apakah kamu membeli SIM!!!”
"Aku tidak bisa mendengarmu!"
Aku mendengar Jesse kembali berteriak bersaing dengan angin untuk membalasku. Lalu dia semakin menaikkan kecepatan motornya sehingga aku yang berada di belakangnya harus menggunakan kedua tanganku untuk memegang pinggangnya dengan erat-erat.
Tanpa ada yang menyadari.. Jesse yang memakai helm hitam sedang tersenyum dengan perasaan puas tanpa ada yang melihat. 😊
---
20 menit kemudian
Restoran Tepi Laut
Jesse Pov
Kami akhirnya sampai di sebuah restoran di tepi pantai. Aku melihat Kamin mengikutiku saat aku masuk ke dalam restoran. Aku segera bersiul dan menyapa para karyawan disini dengan penuh kasih sayang.
“Apakah kamu ingin makan seperti biasa, Kapten?”
“Iya.. Sama seperti sebelumnya. Tetapi.. Hari ini aku meminta dua porsi..”
“Oh, pernahkah ada hari dimana kamu tidak meminta dua porsi? Dan lalu siapa dia?”
Pemilik toko yang berbadan gemuk itu menoleh dan melihat kearah pria yang masih berdiri di depan toko dengan sebuah sarung tangan di tangannya.
“Kami akan makan disana..”
Aku mengatakan itu dan berjalan kembali ke mejaku. Aku lalu mengangkat alis saat memandang Kamin. 🤨
“Khun bukankah disini terasa nyaman dan ini adalah hari yang bagus?”
Aku melihat Kamin tersenyum tipis pada pemilik toko sebagai rasa hormat. Sebelum dia berjalan untuk duduk satu meja bersama-sama denganku.
“Di restoran ini memiliki segalanya..”
Aku mengangkat gelas air untuk diberikan kepada Kamin.
“Anggap saja ini sebagai pesta selamat datang untuk inspektur baru.”
“Oh, apakah ini inspekturnya? Jadi kamu ingin pesan apa? Kamu mau makan apa? Aku akan memasak makan itu sendiri untuk kamu makan hari ini..”
“Terima kasih, kalau begitu aku akan memesan mie tom yum seafood porsi yang kecil…”
“Iya, mohon tunggu sebentar.”
---
Kamin Pov
Saat pemilik restoran ini meninggalkan kami, aku segera berbalik dan menatap wajah Jesse lagi.
“Di mana dokumen yang kamu ingin aku lihat?”
“Ini ambillah..”
Jesse segera memberikan dokumen itu kepadaku. Aku lalu segera mengerutkan keningku.
“🤨”
Setiap ada masalah di dalam kehidupan ini pasti aku akan memikirkannya dengan serius. Setelah aku membaca dokumen itu sebentar, aku mendongakkan kepalaku. 🙄
Aku menatap orang yang sudah memperhatikan diriku selama beberapa waktu.
“Kapan aku harus mulai mengerjakan sebuah kasus?”
"Malam ini..”
“Kalau begitu, mari kita bertemu di sana..”
“Kita akan mengerjakan kasus di sebuah klub dan bukan dilakukan di pengadilan. Oleh karena itu, kamu tidak perlu mengenakan pakaian lengkap. Apakah kamu tidak tahu?”
“Aku berada di sini hari ini sebagai inspektur. Bukan berarti aku baru menjadi polisi kemarin. Aku tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.”
“Aku bisa menangani kasus ini sendirian. Jika kamu merasa kesulitan, maka mari kita lakukan bersama-sama..”
“…”
“Aku hanya ingin mengevaluasi inspektur sebentar. Aku ingin tahu apakah yang mereka katakan itu benar?”
“Jadi apa yang kamu dengar? Aku akan memberitahumu jika itu memang benar.”
Aku segera tersenyum tipis dan mencondongkan tubuhku ke arah Jesse. 😏
Semua yang ada padanya tidak pernah luput dari perhatianku.
“Mereka bilang kamu pintar, cerdas, dan bekerja dengan rapih, tapi.. kepribadianmu sangat sombong, angkuh dan egois, sampai-sampai kamu tidak bisa bekerja sebagai tim.”
Saat mendengar perkataan Jesse membuat aku merasa sangat gatal di tangan dan kakiku. 😑
Yeah.. Itu memang normal.
“Sekarang, aku bisa membuktikan dua hal padamu. Satu.. Aku adalah orang yang cerdas dan kedua.. aku sama menawannya dengan dirimu. Apakah kamu mendengarnya?”
TBC
Vote and comment na.. 😊🙏
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro