Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 1


Di Depan sebuah Klub

Kamin Pov

Aku sekarang sedang berada di depan sebuah klub terkenal di provinsi ini. Semua sudah berangkat sejak awal kesini. Termasuk diriku.

Aku sedang menunggu seseorang yang meminta aku menangani kasus ini selama hampir setengah jam. 🙄

Aku memakai pakaian berwarna biru laut dengan dua kancing yang tidak dikancingkan hingga memperlihatkan belahan dadaku yang berwarna putih. Aku memakai celana panjang hitam yang aku padukan dengan sepatu berhak tinggi dengan warna yang sama. Aku membiarkan rambutku tergerai dan tentu saja tetap membuat wajah yang seriusku segera menghilang. 😅

Aku terlihat lebih muda dan aku kembali mengangkat jam tanganku untuk melihat jam. 

Ada seseorang datang dan berdiri di depanku dengan menghisap sebatang rokok yang menyala. 😒

“Apakah kamu tidak merokok?”

Aku mendengar pria itu bertanya dan aku segera mengangkat kepalaku lalu menatap pria yang terlihat masih muda itu dengan melihat keseluruhan tubuhnya. 🙄

“…”

“Bolehkah aku meminta nomor ponselmu?”

Saat mendengar pertanyaannya lagi, aku mulai merasa tidak nyaman.

“Kamu tidak perlu merasa khawatir tentang apapun.. Kamu tinggal katakan saja nomor ponselmu..”

Aku melihat pria muda itu kembali menghisap rokonya dan menghembuskan asapnya ke arahku, sebelum pria itu mencondongkan tubuhnya lebih dekat kearahku, sambil menghisap rokok itu lagi ke paru-parunya.

Hal ini benar-benar salah dan aku sangat marah karena asap beracun dari rokoknya itu. 😠

Aku lalu mengangkat tanganku dan segera menonjok mulut pria yang ada di depanku.

Buk!

Kekuatan tonjokkanku yang mengenai mulutnya yang hanya sepersekian detik membuat asap rokok yang seharusnya keluar dari dalam mulutnya kembali masuk ke dalam tubuhnya.

Pria itu terlihat tersedak dan air matanya terlihat mengalir sampai ke telinganya.

Namun aku segera memarahinya dan mengawasinya dari sudut mataku. 😒

“Ini bukan area merokok! Ada tandanya dan tertulis begitu.”

Aku segera menginjak rokoknya yang ada di tanah hingga padam.

Lalu.. saat pria muda itu kembali bangkit dan ingin menyerang diriku yang merupakan Inspektur baru di daerah ini.. Sebuah tangan terlihat menangkapnya dan menahan pinggangku serta memeluk tubuhku, sehingga dia tidak bisa memukulku.

Lalu.. orang itu segera mendorong bahu pria muda ini hingga terjatuh.

“Siapa kamu, bajingan?”

Saat pria muda itu berbalik untuk melihat siapa orang yang menahan dirinya, mulutnya yang tadi terlihat hendak mengutuk ratusan kata terlihat langsung terdiam.

“Ah.. Hei Jesse.. Kamu datang kesini hari ini?”

“Hm.. Apa apa ini?”

Aku mendengar Jesse bertanya dengan santai sambil mengacak-acak rambut hitamnya. Dia memakai kaos hitam yang terlihat sangat pas dengan tubuhnya sehingga memamerkan dadanya yang kekar dan sangat serasi dengan celana panjang berwarna senada.

“Yeah.. Pria ini benar-benar sangat menyusahkan aku. Aku hanya meminta nomor ponselnya saja!!”

Pria muda itu segera berdiri dan membersihkan debu dari celana panjang biru yang dia pakai. Lalu dia menujuk ke arahku yang masih ada di dalam pelukkan Jesse dengan ekspersi yang serius.

---

Jesse Pov

Aku lalu segera melirik pria yang ada di pelukanku sedikit.. 🙄

Aku tidak pernah berpikir bahwa pria di pelukanku ini akan terlihat lebih kecil dari yang terlihat dan pinggangnya terlihat sangat ramping. Ini benar-benar sangat gila. 😣

“Lalu kenapa kamu meminta nomor ponsel priaku?”

Aku melihat Kamin segera mengalihkan pandangannya ke arahku dan dia ingin membantahnya. Tetapi.. aku dengan lembut segera meremas pinggangnya terlebih dulu.

“Apakah dia adalah priamu?”

“Hm..”

“Oh.. Kalau begitu aku tidak akan menggangunya lagi. Maafkan aku!!”

---

Kamin Pov

Pria itu segera terlihat membuat ekspersi yang ketakutan sekaligus perhatian kepadaku. 🙄

Aku tidak tahu bahwa orang yang ada di depanku adalah seorang petugas polisi juga atau seorang mafia yang dikenal oleh Jesse.

“Apakah kamu sudah bisa melepaskanku sekarang?”

“Malam ini, kamu adalah priaku. Jika aku membiarkanmu pergi, maka orang itu akan curiga.”

Jesse membungkuk dan menempelkan bibirnya di telingaku lalu berbisik.

“Malam ini.. Izinkan aku meminjammu sebagai priaku dan kamu harus selalu memegang tanganku serta berada di dekatku..”

Kami berdua lalu saling menatap satu sama lain. Aku sudah diselamatkan olehnya dan menurutku juga lebih nyaman segera menangani kasus ini bersama-sama dengan Jesse daripada aku harus mengalami masalah yang sama seperti tadi.. 🙄

Sedangkan Jesse.. Dia berpikir sudah berhasil menggoda pria yang ada di dalam pelukkannya dan dia merasa puas. 😏

---

Klub Malam

Klub ini sangat terkenal di daerah ini. Namun masih cukup banyak orang yang menggunakan layanan one stand.

Di bagian dalam klub ini dibagi menjadi dua lantai.

Lantai pertama terdapat bar dengan banyak meja dan panggung untuk band, sedangkan di lantai dua terdapat tangga terapung yang dapat melihat ke bawah.
Di sini juga tersedia makanan. Klub ini memiliki zona merokok yang ditandai dengan jelas di luar. Dalam hal ini, Kamin merasa sangat tidak nyaman.

Banyak orang-orang terlihat berjalan-jalan, ada yang menari, ada juga yang mabuk.

---

Di dalam Klub Malam

Kamin Pov

Orang-orang mabuk itu hampir saja menabrak diriku, tetapi karena ada lengan Jesse yang melingkar di pinggangku.. Jadi aku tidak tertabrak oleh mereka ataupun terjatuh.

Kami berdua berjalan dengan sangat dekat. Lalu kami duduk di meja yang tidak terlalu jauh dari bar counter. Tapi ini adalah titik buta. Ketika kami sudah duduk aku segera menjauh dari Jess.

---

Jesse Pov

“Kamu mau pesan minuman apa?”

Aku duduk dengan ekspersi yang terlihat nyaman dan bersandar di sofa yang berbahan beludru merah cerah. Aku menatap Kamin yang duduk disampingku.

“Aku sedang bekerja..”

“Terserah kamu saja..”

Aku lalu segera memesan minuman keras yang sering aku minum sebelum melihat sekelilingku, aku tidak mengalihkan kewaspadaan mataku di tempat ini lebih lama dari yang diperlukan atau aku akan terlihat mencurigakan.

“Apakah kamu yakin bahwa hari ini mereka akan datang?”

Kamin bertanya kepadaku.

“Di dalam dokumen itu tidak menyebutkan waktunya. Kita tidak tahu jam berapa mereka akan datang sekarang.”

“Hmm..”

"Apakah kamu harus tidur sebelum jam 9 malam?"

Aku mengangkat gelasku dan meminumnya. Pelayan tadi menyajikan minuman itu kepadaku dan aku mulai mengesapnya dengan senyuman di bibirku, membuat pria di sebelahku menoleh dan menatapku dengan mata tanpa ekspresi. 😑

“Hentikan mengibaskan rambutmu seperti itu sebentar saja..”

“Kamu boleh berhenti memperhatikanku, tapi aku tidak. Apakah ada yang salah?”

Aku melihat Kamin menggelengkan kepalanya dengan perasan bosan.

---

Kamin Pov

Ini adalah wilayah pertama yang harus aku tangani sejak aku mencapai level inspektur. Aku tidak tahu seberapa baiknya wilayah inj dimasa depan di tanganku.

Tetapi.. mataku tetap mengawasi tempat ini. Mungkin sikapku ini terlihat terlalu jelas.

“Jangan seperti kamu sedang menggantungkan lencana di lehermu..”

“Jadi apa yang harus aku lakukan? Aku harus minum alkohol selama menangani kasus ini dan bertingkah seolah-olah aku benar-benar sedang bermain?”

“Orang yang akan mengantarkan obat itu kesini bukan masyarakat yang ada disekitar sini. Jadi mereka tidak akan tahu siapa yang merupakan polisi disini. Namun perilakumu membuat mereka akan merasa curiga..”

“Khun Jesse!!”

Jesse tiba-tiba menarikku untuk duduk di pangkuannya. Dia lalu menyentuh pinggangku dan memegangnya dengan satu tangan. Semakin aku berusaha keras untuk melawannya, lengannya terasa semakin kuat di pinggangku.

“Diamlah, mereka di sini!!!”

Jesse mengatakan itu dan mengangkat gelas anggurnya lalu meminumnya tanpa memalingkan mukanya dari rombongan orang-orang yang baru saja datang.

Pakaian orang-orang itu seperti turis pada umumnya, namun ketiganya membawa tas hitam di tangan mereka. Aku menerima laporan dari Saisin yang mengatakan bahwa orang-orang ini akan mengadakan pertemuan hari ini dan datang ke klub ini.

Letak meja mereka berada di seberang meja kami dan hanya berjarak dua meja saja. Kami tadi sudah melewati meja mereka terlebih dulu, jadi Jesse memilih untuk duduk di meja ini.

---

Jesse Pov

“Apakah kamu melihat orang yang memakai kemeja putih Hawaii? Dia adalah pemilik peternakan sapi di daerah ini. Dia tahu aku adalah seorang polisi.”

Aku sedang berpikir untuk mengambil menu dan menutupi wajahku. Tapi sebelum telapak tanganku menyentuh buku menu itu, Kamin segera menangkup wajahku dengan tangannya dan membawaku mendekati wajahnya.

“😳”

Wajah kami sekarang cukup dekat untuk bisa saling merasakan hangatnya hembusan napas dari hidung kami yang saling bersentuhan.

“Aku merasa cara ini lebih menarik..”

“Diamlah!”

“Kamu masih belum bisa menutupiku sepenuhnya.”

Aku lalu mulai menggodanya dengan melingkarkan tanganku di pinggang Kamin dan menariknya sedikit lebih dekat lagi.

---

Kamin Pov

“Aku akan memukul mulutmu, Khun Jess.”

Aku mengatakan itu dan tidak berani bergerak karena merasa tegang dengan jarak antara wajah kami berdua yang hanya berjarak satu inci saja. 😣

Jika aku bersamanya mungkin akan banyak melakukan kesalahan.

“Apakah dia sudah pergi?”

“Dia masih tetap disana..”

Aku melihat Jesse memandang orang itu melewati wajahku untuk melihat para pedagang obat itu yang ada di belakang kami. Pedagang obat-obatan itu berjanji akan mengirimkan obat-obatan itu hari ini dan mereka sudah duduk di meja mereka.

“Jika kamu berbohong, aku akan memindahkanmu..”

“Kamu menggunakan kekuasaanmu dengan cara yang salah.”

“Itu urusanku.”

Aku lalu berbalik dan melihat ke belakang.  Ketika aku melihat pelakunya sudah kembali duduk di meja, aku segera menarik diri dan memukul Jesse di tulang rusuknya dengan kekuatan sedang.

Bug!

"Aduh! kamu menyakitiku!”

“Itu karena kamu memainkan sesuatu tidak masuk akal. Awasi mereka. Aku akan memanggil bala bantuan, jadi bersiaplah.”

Aku lalu segera berdiri dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk memanggil bawahanku yang sedang menunggu di luar.

Kasus ini untuk melakukan penggerebekan terhadap seorang pengedar narkoba dan seorang pembeli dari kelas menengah yang menjual narkoba kepada orang-orang yang ada di daerah ini.

Sebelumnya, tidak ada yang bisa berbuat apa pun. Sebagian karena orang-orang ini benar-benar sangat memilih mengganti tepat dan waktu setiap kali kami akan melakukan pengepungan.

Setelah inspektur sebelumnya disingkirkan, hari ini ada laporan yang membuat kami pergi ke tempat ini dan kami sudah hampir sukses menangkap mereka.

Aku sekarang tahu mengapa mereka tidak bisa menangkap mereka sebelumnya.

---

Kamar Mandi

Kamin Pov

“Hello Letnan... Tolong persiapkan semuanya ketika aku memberikan isyarat, kalian langsung menyerbu masuk..”

“Baiklah.. Kami akan bersiap-siap dan akan segera datang..”

Ketika percakapan yang aku lakukan akan berakhir, aku melihat seseorang masuk ke dalam kamar mandi dan dia adalah seorang anak muda. 😒

Anak itu terlihat memiliki tinggi seratus delapan puluh lima cm dengan memakai kemeja etnik yang sangat cocok dengan rambutnya. Tetapi dia berbau asap rokok, meskipun lesung pipitnya membuat pemuda itu terlihat semakin menawan.

Aku tidak terlalu peduli. Aku memilih untuk mencuci tanganku agar aku tidak membuat kesalahan dengan pemuda itu menyadari apa yang aku lakukan, sampai aku menyelesaikan urusanku dan berjalan keluar.

Namun saat aku membuka pintu kamar mandi ini, mata tajamku segera melihat salah satu antek penjual narkoba itu sedang berjalan ke arahku. 😨

Entahlah.. Apakah mereka sedang berjalan ke kamar mandi seperti biasa atau karena merasa waspada, tapi untuk lebih amannya.. aku memilih untuk kembali ke dalam kamar mandi.

Aku juga segera menyeret anak muda yang terlihat lugu itu masuk bersama-sama denganku untuk mencegah kejadian yang tidak terduga juga.

“Kamu tunggu saja..”

Suara orang yang baru masuk ke dalam kamar mandi ini membuat aku semakin merasa waspada.

Aku harus sangat berhati-hati sehingga tanpa sengaja aku mengangkat tanganku untuk menutupi mulut pria yang ada di depanku. Anak ini mungkin  membawa keberuntungan karena bersama-sama denganku.

Plak!

Aku merasakan tamparan di telapak tanganku yang membuat aku segera berbalik dan memberikan isyarat agar anak ini tidak mengeluarkan suaranya.

“🤫”

Entah kenapa aku merasa bahwa anak ini begitu terbiasa dengan perilaku seperti ini.

Lalu terdengar suara lembut yang merasa lega dan suara siraman toilet dari ruangan toilet yang lain. Kemudian disusul suara pintu toilet itu dibukan dan diputar.

Lalu aku baru melepaskan anak yang ada di dalam pelukkanku ini.

“Ada apa ini?”

“…”

“Apakah kamu tidak ingin memberikan sedikit penjelasan kepadaku Khun?”

Saat aku hendak  mengulurkan tanganku untuk membuka kunci pintu kamar mandi.. anak laki-laki yang bersama-sama denganku segera mengulurkan tangannya dan meraih tanganku terlebih dahulu. 🙄

“Apakah aku tidak akan mendengarkan penjelasan Khun yang tiba-tiba saja menyeretku masuk ke dalam bilik kamar mandi seperti ini?”

“Apakah aku harus menjelaskan kepadamu sekarang?”

“Iya.. Khun tidak meminta izin kepadaku lebih dulu dan aku tidak memberikan izin juga. Aku bisa saja melaporkan kaus ini..”

“😳”

Mataku segera membelalak saat mendengar perkataan anak laki-laki yang berdiri di depanku saat ini dengan tangan disilangkan serta ekspresi wajahnya terlihat serius.

“Aku sedang melarikan diri dari pacarku. Apakah kamu sudah puas mendengarnya?”

"Kenapa kamu melarikan diri?”

“Kami sudah putus, jadi.. aku tidak ingin melihatnya lagi. Kamu boleh pergi sekarang.. Aku mau keluar..”

Tetapi.. anak yang ada di depanku tidak mau pergi dan hanya tersenyum menatapku. 😊

Aku melihat ada tombol di sebelah kanannya.

“Benarkah sekarang kamu lajang?”

Drr.. Drr..

Aku merasakan ponselku bergetar dan aku segera mengambil lalu melihatnya. Aku harus segera bergegas pergi dari sini.

“…”

“Oh.. Khun mau menghindar!”

Aku tidak menjawab dan segera mengangkat lengan bagian atas anak itu untuk mengindarinya dan segera membuka pintu kamar mandi, lalu bergegas keluar. Aku segera meninggalkan anak itu.

---

Klub

Kamin Pov

Drrr.. Drrr..

Ponsel hitam yang ada di saku celanaku terus bergetar sehingga membuat aku segera mengangkatnya dan menjawabnya tanpa melihatnya lagi.

“Ada apa?”

“Kenapa kamu membutuhkan waktu yang lama sekali pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil Khun Kamin? Kamu sudah bisa kembali ke meja lagi sekarang..”

“Iya.. Aku sedang dalam perjalanan kembali ke meja. Aku tadi menemukan sesuatu yang menarik di kamar mandi..”

“Tidak!! Hari ini kamu tidak bisa membawa siapapun untuk kembali bersama-sama denganmu. Meskipun besok adalah hari terakhir kita bekerja, Khun..”

“Iya.. Aku tahu..”

Meskipun diam-diam aku menyesal tidak menanyakan atau meminta kontak anak itu. Namun aku juga tidak mengira bahwa malam ini aku akan menemukan sesuatu yang lucu. Aku akan membiarkan hatiku berdebar-debar. 😅

Aku kembali ke meja dan melihat mata tajam dan hitam pekat yang menatapku. Ketika aku berjalan ke arahnya, aku sepertinya benar-benar akan digigit seperti yang aku pikirkan.

“Kamu memerintahkan bawahanmu untuk mempersiapkan diri belum lama ini. Jika kamu tidak ingin menangkap menjual obat ini, kamu mungkin harus bekerja keras untuk mencari pasangan..”

“Apakah mereka sudah selesai bertukar pikiran?”

Aku memilih mengabaikan pernyataan itu. Aku mendekati tubuhnya dan mulai bersiap-siap, ketika aku melihat wanita yang sudah mulai berdandan dan masuk ke restoran, para tamu disini mulai dibawa keluar.

“Sudah selesai.”

Aku melihat Jesse menenggak segelas brendi terakhir. Sebelum dia berdiri untuk mempersiapkan serangan ini.

Kami semua bersatu. Jesse berjalan di belakang pengedar narkoba itu, sementara aku berjalan di belakang kursi bandar narkotika itu. Kami saling berpandangan sebelum memberi isyarat kepada petugas di area ini.

“Kalian ditangkap karena kepemilikan dan dalam rangka mengedarkan narkotika.”

Segera sebuah laras senjata berwarna hitam diarahkan kepada kepala mereka dan membuat para pelaku hanya bisa segera mengangkat tangan ke atas kepala. Bandar narkotika yang ingin mengeluarkan senjatanya segera berhenti ketika dia merasakan rasa dingin di pelipisnya.

“Letakkan senjatamu..”

Aku mengatakan itu dengan suara tenang. Berbeda dengan kekuatan yang mendorong senjata itu ke bawah pelipis orang itu sampai kepala orang yang aku todongkan senjata agak miring ke samping.

Semua bawahan yang hendak membantu tuannya sudah dikepung oleh para petugas polisi yang lain. Penangkapan ini dianggap akan membawa kemajuan lebih lanjut dalam masalah yang aku tangani di masa depan.

Ini benar-benar kasus pertama sebagai inspektur baru sepertiku. 😊

“Bawa mereka semua kembali ke markas..”

“Siap!!”

Setelah menyelesaikan misi ini, aku kemudian memasang kembali pengaman pada pistolku sebelum memasukkannya ke dalam kotak seperti sebelumnya. Aku harus kembali dan menulis laporan kasus dan melanjutkan prosesnya. Mengenai penahanan ini. Namun.. kekuatan lengan yang menggantung dileherku.. menyebabkan aku berhenti berjalan. 🙄

“Ini semua sudah selesai..”

“Mereka sudah tertangkap bukan berarti...”

“Kasus pertamamu. Apakah kamu tidak akan merayakannya sedikit?”

“Aku harus pergi kerja..”

Jesse kemudian segera berdiri dan memegang dua gelas yang dibawanya. Entah sejak kapan dia memegangnya.  Aku hanya bisa mengangkat alisku menatapnya. 🤨

Sebelum kami mendentingkan kedua gelas itu bersamaan lalu aku segera meminumnya sekaligus.

Glup! Glup!

“Tolong pertimbangan lagi saat kamu memberikan aku minum sebagai temanmu. Aku akan kembali bekerja lagi sebagai temanmu..”

Aku mengatakan itu dan menatap wajah Jesse. Sebelum dia harus mengambil gelasku lagi lalu aku mengambilnya dan meminum seluruh gelas itu, setidaknya dalam hal ini dia sangat membantu.

"Apakah kamu sudah puas?”

“Aku merasa puas..”

Saat kami berjalan keluar, aku harus memegang lengan Jesse yang berjalan di depanku.

“Apakah kamu akan mengendarai sepeda motormu lagi?”

"Apakah kamu mau menggendongku kembali?"

“Berapa banyak minuman yang kamu minum?”

“Kurang dari dua botol setiap kali aku datang..”

"Kalau begitu tinggalkan motormu di sini. Pergilah ke mobilku."

---

Jesse Pov

Saat mendengar perkataan Kamin, aku segera tersenyum sebelum melemparkan kunci motorku kepada bawahanku yang sedang berjalan.

“Letnan, tolong bawa motorku kembali ke markas..”

“Kapten sendiri tidak akan mengendarinya untuk kembali?”

“Kebetulan inspektur baru mengundangku untuk kembali bersama-sama dengannya juga.”

Aku lalu meletakkan tanganku di bahu Kamin lagi, tapi kali ini aku segera mendapat tendang di tulang keringnya sehingga aku harus melepaskannya.

Buk!

“Baiklah.. Sampai jumpa.”

Aku sudah memimpikam bahwa aku akan kembali dengan mobil Kamin dan tidak  memperhatikan orang yang sedang merokok. Tulang keringku sekarang terasa sangat sakit. 😣

“Kapten, apakah aku benar-benar harus mengendarai sepeda motor kapten untuk kembali? Aku mulai berpikir... Apakah kamu mabuk?”

“Oh, aku tidak mabuk sebenarnya..”

“Maaf..”

“Persetan Prai!!”

“Oh, maaf.. jadi apa yang akan kamu lakukan? Kembali bersama-sama dengan Inspektur Kamin..”

“Ya, aku akan mengalahkan orang yang keras kepala..”

"Apa yang kamu lawan? Kamu baru saja ditendang olehnya dan dia sudah berteriak padamu.."

Aku lalu melihat ke arah bawahan terdekatku dari sudut mataku lagi. 😒

Aku melihat dia terkekeh.
Lalu dia dengan cepat mulai membawa Sepeda motorku dan melaju pergi. Aku juga tidak lupa menegaskan untuk tidak menggunakan motorku dengan asal dan mengukur permukaan jalan serta menghindari menabrak tiang lampu.

Aku lalu segera berjalan ke mobil mewah yang aku lihat di markas sebelumnya dan duduk di sebelah pengemudi.

Lalu.. aku mendekatkan tubuhku pada Kamin hingga ujung hidung kami bersentuhan. Sepasang mata coklat yang indah menatap mataku tanpa ingin menghindarinya, ditambah lagi ada beberapa gangguan di sana juga.

---

Kamin Pov

“Apa yang akan kamu lakukan?”

“Jadi, apa yang dilakukan orang mabuk?”

“Jika kamu tidak berhenti bermain, Aku akan menurunkanmu di tengah jalan..”

"Kamu tidak akan melakukannya."

Jesse segera tersenyum sampai aku bisa melihat sedikit lesung pipi di pipi kanannya. 😊

Senyuman itu.. aku merasakan seperti yang pernah aku  lihat di suatu tempat sebelumnya. 🙄

Dinginnya laras senapan di ujung dagunya membuat Jesse kembali tertawa, sebelum dia mengangkat tangannya tanda menyerah dan menarik sabuk pengamannya.

Aku lalu kembali memasukan senjataku lagi.

"Mengemudi tanpa mengenakan sabuk pengaman itu berbahaya. Aku berpikir begitu."

“Aku harap pekerjaanmu sama efektifnya dengan mulutmu..”

---

Jesse Pov

Dua hal baru yang diketahui Jesse malam ini tentang pria di sebelahnya adalah perkataannya adalah hal yang paling tajam yang pernah aku dengar dari inspekturku ini dan sepasang mata coklat indah berkilauan..

Sampai hal itu terlihat benar-benar menarik. 🥰

TBC

Vote and comment 😊🙏

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro