Chapter 9: The 'New Ironwall' Captain
BGM for the Chapter: Silent Siren - Just Meet
.
.
.
Suasana di gedung olahraga SMA Karasuno terlihat sibuk seperti biasa. Latihan yang rutin selalu diadakan di tempat tersebut, demi melatih pemainnya secara maksimal.
Dan saat ini, sang protagonis kita malah tengah bengong sejenak memikirkan strategi bagaimana cara membujuk kapten selanjutnya di daftar nama yang akan ditantangnya.
Tinggal tiga hari lagi sebelum waktu akhir pekan tiba, dan untuk pertama kalinya sejak kencan tantangan, Navira berharap bahwa akhir pekan tak usah cepat-cepat datang.
"Kalau dilihat juga mustahil..." gumamnya pada diri sendiri.
Navira menggenggam kertas yang terlihat dari tengah itu sering terlipat dan dibuka oleh pemegangnya.
Daftar selanjutnya juga berasal dari Miyagi. Futakuchi Kenji, kapten dari Date Tech. Menurut informasi, dia menggantikan seniornya setelah pertandingan terakhir kelas tiga kala itu.
"Berarti anak kelas dua ya... Aduh, makin susah pula."
Kalau dipikir lagi, dari daftar yang diberikan pun juga banyak diantaranya angkatan kelas senior. Sawamura, Oikawa, Kuroo, Bokuto pun juga semuanya kelas tiga. Kapten baru biasanya ditunjuk setelah kelas tiga menyelesaikan tugasnya di ekskul dan calon tersebut diambil dari anak kelas dua atau rekannya yang lebih memenuhi syarat.
"Tapi mana mungkin aku bisa kesana sendirian... Ajak siapa ya... Mana kata Yacchan dia mau kerja kelompok. Aduh bagaimana ini??"
Navira mengeluh tanpa henti sambil menggaruk kepalanya sendiri dengan gusar, sebelum dia akhirnya ingat.
"Oh!"
Dia ingat sekarang.
Gadis itu langsung berdiri dan menuju ke pinggir lapangan dimana para siswa yang tengah berlatih masih berasa disana.
"Shouyo-kun! Bisa kesini sebentar?!"
Yang bersangkutan kebetulan habis mau memukul bola dan mendengar teriakkan panggilannya, sebelum menuju Navira.
"Ainamida-san! Ada apa??" Hinata bertanya sambil menghampiri.
"Aku ingin berbicara denganmu sebentar. Apakah kau kenal dengan salah satu anak klub voli dari Datekou?" tanya sang gadis.
Hinata berpikir sejenak dan mengangguk. "Ya, aku kenal salah satunya. Memangnya ada apa?"
"Begini, apakah kau mau mengantarkanku padanya? Aku ada urusan seperti yang kemarin waktu di Tokyo ke Nekoma itu, lho. Bagaimana? Aku traktir bakpao daging di toko pelatih, deh." Navira mencoba membujuk pemuda kelas satu tersebut.
Mendengar itu, Hinata mengangguk senang dan berbinar karena bisa ikut ke sekolah kenalan dan ditraktir. "Bolehkah?? Aku mau!!"
"Baiklah. Kita bisa pergi kesana kalau kau mau setelah pulang sekolah besok. Aku akan ijin ke Shimizu-senpai. Tapi kau jangan bilang pada siapapun, ya." jelasnya pada sang pemain dan yang bersangkutan menyetujuinya.
Hinata mengangguk cepat dan hormat grak. "Siap!"
Untunglah. Setidaknya dia ditemani yang mengerti dan mau mengantarkan.
Bisa mampus kalau dia tak bisa melakukannya. Navira bisa gemetaran kalau dikerubungi oleh para lelaki tiang melebihi ukuran Tsukishima.
.
.
.
.
.
Lingkungan sekolah Date Tech memang dominasi hijau hutan dan kuning di seragam siswa-siswi yang bersekolah. Bahkan gadis protagonis di cerita ini diperhatikan oleh beberapa siswa yang melihatnya berjalan bersama pemuda oranye yang janji menemaninya berkunjung, dikarenakan mereka berdua saja yang berpakaian berbeda dari siswa disana. Setelah beberapa kali bertanya pada siswa, akhirnya mereka diberi petunjuk arah menuju ke gedung olahraga.
Ugh, aku paling tak suka membuat perhatian khalayak, pikir Navira pusing dan mencoba biasa saja saat Hinata menunjukkan jalan ke gedung olahraga yang dipakai oleh klub voli sekolah tersebut.
"Disini tempatnya, Ainamida-san. Mau masuk??" Hinata yang terlihat bersemangat pun bertanya pada sang asisten manajer.
"A-Ah.. Baiklah. Ayo."
Aku harus bisa. Berjuanglah, diriku!
Lalu mereka ijin permisi masuk setelah ada siswa yang melihat mereka.
Beberapa orang melihat mereka dan bertanya-tanya kenapa ada orang dari sekolah lain ke tempat latihan. Navira lalu menjelaskan untuk menemui kapten dari Date Tech.
"Oh, dia akan segera kembali. Tadi ada bersama pelatih untuk melaporkan sesuatu." ujar salah satu rekan mereka yang menjadi libero.
"Baiklah, kami akan menunggu."
Navira berterima kasih dan duduk di bangku sembari melihat Hinata menghampiri dan berbincang dengan salah satu pemuda tinggi—yang ia asumsikan sebagai kenalan yang dimaksud.
"Ainamida-san! Kemarilah!"
Navira yang dipanggil pun berdiri dan menuju ke arah Hinata dan kenalannya.
"Kenalkan, namanya Aone Takanobu. Dia wakil kapten dan orang penting disini."
Navira seketika terbengong sesaat melihat perawakan kenalannya.
Badannya tegap dan bidang, tingginya proposional dan kalau dilihat lebih teliti pun kebanyakan anggota tim disini berpostur tinggi.
Makanya mereka mendapatkan julukan yang terhebat dalam pertahanan permainan voli.
Raksasa sekali klub ini, pikirnya sedikit terintimidasi.
"S-Salam kenal. Ainamida Navira." Dia membungkuk hormat singkat dan dibalas dengan kalem tanpa suara oleh sang pemuda kenalan Hinata.
"Oh, kelihatannya dia sudah kembali." Hinata menyeletuk dan Aone mengangguk saat mendengar suara familiar kembali.
Navira menoleh pada perkataan Hinata dan melihat seorang pemuda yang berambut coklat bersama pelatih mereka tengah berbicara sambil berjalan.
Menurut observasi, kelihatannya kapten dari sekolah tersebut sedang berkembang.
Dia menatapnya yang sudah pergi berdiskusi lalu kembali latihan dengan yang lain. Serangan pukulannya juga tak kalah kerasnya, tapi Navira merasa kalau lebih hebat lagi saat dia bertahan di depan net ketika pertandingan di turnamen kala itu.
Bisa ia gunakan data tersebut memperbaiki latihan untuk Karasuno.
Futakuchi Kenji; pemuda berambut coklat tersebut tengah tersengal pelan dan bermandikan keringat setelah kembali latihan dan fokus. Sepertinya dia sedikit terlalu memperhatikan hingga tak ingat kalau dia akan dipanggil.
Jadi inikah kekuatan pertahanan kapten dari Date Tech, pikir Navira yang sedikit mencoba kalkulasi dalam pikirannya.
"Oh, iya! Ini asisten manajer kami, dia ada urusan yang mau dibicarakan dengan Futakuchi-san." ujar sang pemuda oranye dengan ceria pada Aone.
Navira mengangguk. "Ya. Aku ingin bicara dengan dia empat mata. Bisakah aku pinjam dia sebentar?"
Aone menatapnya sejenak dan bertanya, "Boleh saja, tapi untuk apa?"
"Begini, aku—"
"Awas!!"
Refleks, Navira menoleh pada suara yang meneriakkan peringatan padanya sebelum merasakan benturan hebat di kepala.
Sejak saat itu, yang ia lihat hanyalah kegelapan.
.
.
.
.
.
"....mida-san! Ainamida-san!"
"Ah... —dah sadar!.."
"Syukurlah..."
"Ugh..."
Sang gadis membuka kelopak matanya yang lentik, memperlihatkan iris mata berwarna hijau giok tersebut untuk melirik ke sekeliling dan menunggu berkedip beberapa kali dengan pelan.
Sembari mengumpulkan kesadaran sendiri dari sang empunya untuk mengetahui keadaannya sendiri, para penghuni yang menunggunya tadi pun merasa tak panik lagi.
"Syukurlah, kau baik-baik saja!" Hinata menghela napas lega karena melihatnya sadar.
"..Dimana aku..?" ujarnya lirih dan lemah sembari mencoba menoleh ke arah kiri dan kanan, mencoba bangun perlahan.
"..!"
Tangan kanannya menyentuh dahinya yang berdenyut pelan dan tertegun mendapati kalau tahu ada perban kotak kecil yang menutupi lukanya di daerah situ.
"Kau tadi terkena lemparan bola Futakuchi-senpai. Sekarang kita ada di ruang kesehatan. Beristirahatlah dulu, Ainamida-san!" jelas seorang pemuda berambut kuning dan coklat kehitaman—yang diasumsikan kalau anggota klub mereka juga bernama Koganegawa, dan berada di samping Hinata.
Gadis Karasuno itu berkedip beberapa kali dan mencoba untuk bangun tapi ingin ditahan oleh Hinata.
"Tenang saja, Shouyo-kun. Aku tak apa-apa." ucapnya pada pemuda tersebut dan mengangguk kecil.
Pukulan bola? Pantas saja kenapa sangat keras, simpulnya dalam benak.
Tak lama setelah itu, masuklah seseorang ke dalam ruangan yang tertutupi setengah gorden tersebut.
"Permisi," Ternyata Aone masuk dan diikuti oleh sang pelaku pelemparan.
"Apakah dia sudah sadar?" Futakuchi bertanya pada mereka lalu sedikit lega melihat sang gadis sudah terbangun.
"Aku tak apa-apa, terima kasih sudah mengkhawatirkanku." Navira mencoba menenangkan orang yang ada disana.
"Tidak, sungguh. Aku juga minta maaf sekali. Kecelakaan tadi sangatlah tidak disengaja. Aku memukulnya terlalu kuat dan bolanya terkena padamu. Maafkan aku."
Futakuchi mencoba menjelaskan sembari minta maaf atas peristiwa tersebut.
"Tidak apa-apa kok. Sungguh, Futakuchi-san. Tapi kalau boleh, aku ingin berbicara denganmu berdua saja. Bisakah? Shouyo-kun."
"Eh?" Futakuchi terbengong.
Hinata mengangguk kecil, menyuruh Koganegawa dan Aone untuk keluar sebentar jadi meninggalkan mereka dengan privasi.
Setelah mereka hanya berdua di UKS, Futakuchi sedikit merasa gugup.
Memangnya mau membahas soal apa untuk berdua begini?
Pemuda tersebut sudah mulai berspekulasi akan hal yang lain sebelum Navira menyeletuk.
"Aku ingin bertanya atas kesediaanmu, Futakuchi-san. Tapi sebelum aku bertanya, tolong dengarkan penjelasanku dulu. Duduklah."
Futakuchi akhirnya perlahan duduk di kursi yang ditempati oleh kawannya tadi dan sedikit penasaran, akan apa yang mau diceritakan.
.
.
.
.
.
Semuanya masuk akal setelah diceritakan.
"Begitukah, sepertinya merepotkan, ya. Punya teman begitu."
Gadis berambut coklat kemerahan tersebut menghela napas. Hampir semua respon pasangan tantangannya berpendapat bernada prihatin dan simpatik padanya.
Yah, memang nasib mempunyai teman yang anu seperti Arisa cs.
"Memang begitu. Tapi karena ini menyangkut akan harga diri dan hukumanku, jadi mau tak mau aku harus lakukan. Kuharap Futakuchi-san tak kerepotan karena ini. Aku takkan memaksa kalau tidak bisa." jelas Navira untuk tidak terkesan kepala batu pada sang kapten muda Datekou.
Futakuchi sejenak berpikir dan berkata sambil menunduk. "Sebenarnya, bukannya tidak bisa sih,"
Pemuda tersebut menggaruk belakang lehernya sambil melirik ke arah lain, sedikit ada kemerahan sekilas di pipinya.
"T-Tapi aku tak pernah melakukan sesuatu seperti ini. Dan karena aku membuatmu terluka, mungkin sebagai balasannya aku bisa menerima ajakan untuk membantumu menyelesaikan tantangannya—itu pun kalau kau mau."
Gadis bermata giok tersebut tertegun akan perkataannya, langsung merasa kalau perkataan bagaikan sinyal hijau baginya.
Futakuchi melirik dan memperhatikan raut wajah sang gadis.
"Be—Benarkah?.. Serius??" Navira bertanya, meminta kepastian dengan sedikit kaget dan disambut okeh anggukan pelan dari Futakuchi.
"Kalau kau mau, aku setuju menemanimu untuk melakukan tantangannya.
Senyumnya mengembang sebelum menghargai sang kelas dua. "Terima kasih banyak! Kau menyelamatkan harga diriku, Futakuchi-san! Terima kasih."
Yang bersangkutan hanya makin gugup dan tertawa garing menahan semburat merah di wajahnya yang mau nampak; sembari menahan batin karena tak terbiasa komunikasi dengan perempuan—maka jadilah Futakuchi Kenji hanya bisa mengiyakan dan canggung harus apa hingga pergi mengantar si asisten manajer untuk keluar dari UKS.
Untuk pertama kalinya Navira Ainamida berpikir tanpa dua kali setelah berkencan tantangan dengan empat kapten sebelumnya.
Dia beropini kalau kapten kali ini sangat bisa diandalkan; tapi dia bahkan tak tahu pasti sampai hari kencan tiba akan lancar atau tidak.
Kita do'akan saja mereka bisa melaksanakannya. Itu saja yang diperlukan.
.
.
.
To Be Continued
===========================================================================
Finally after several months I spents many times to typing and now finally its done qwq
Well, I will be rarely update because I have to do college tasks with groups and lecturers. Ugh so tired and lazy... but don't worry! I will try to update until it's over!
Maybe another extra will be a good idea :333
Next chap will be their date and probably having another surprise like someone from other school after ushiwaka, maybe someone from the mysterious group in manga :3 you can decide to guess who it is :)))
Whatcha guys think about it? Where do you think he take her on a date?
If you really like this story please consider to vomments. Anything~ And tell me what do you think about the chapter!~ (and guess the mysterious person in the last chapters ahead!)
Hope you like it!~♡
Okay now, bye~~~
Regards,
Author ♥★♡☆
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro