Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 13: The 'Innocent' Captain

BGM for the Chapter: MAMAMOO - Mr. Ambiguous

.
.
.

"Eh?"

Sang gadis terkejut dengan keputusan yang dihadapinya sekarang ini.

Jam menunjukkan kalau hari sudah sedikit menuju malam, dan para anggota klub mulai bersiap untuk pulang setelah latihan intensif yang seperti biasanya.

Kecuali untuk mereka yang menunda untuk pulang, dikarenakan membahas diskusi yang tengah dilakukan saat ini.

Selain sang protagonis, ada dua manajer, sang kapten, wakil, juga lima anggota terpilih yang membahas topik permasalahan ini.

Semuanya duduk melingkar berhadapan dengan santai namun tegang di lantai panggung gedung olahraga serbaguna yang biasanya klub voli gunakan.

Sawamura yang melihat keterkejutan di reaksi adik kelasnya pun menjelaskan, "Mungkin kau sedikit keberatan akan soal ini, tapi aku dan yang lainnya memutuskan akan ikut denganmu ke sana."

"Tunggu, Daichi-senpai. Aku bisa pergi sendiri, kok. Aku tak mau merepotkan kalian lagi, lagipula ini tantangan terakhir. Jadi tak masalah, bukan?" ujar Navira bingung.

Sugawara menyanggah perkataannya. "Justru itu masalahnya. Kita berurusan dengan Shiratorizawa. Ingatlah kalau kau akan mengencani kaptennya di tantangan ini."

Kiyoko menyeletuk kalem. "Menurut data keseluruhan, mereka memang kuat. Bahkan kita mengalahkan mereka waktu itu saja sudah seperti keajaiban."

Mendengar itu, Yachi dan lainnya mengangguk-angguk setuju.

Navira menunduk perlahan, memikirkannya lagi. Sekolah swasta yang berstatus akademi tersebut memang kuat di akademis mau pun non akademisnya. Khususnya voli.

Tak bisa dianggap remeh, memang. Karena ini sekolah yang kuat maka ia tak bisa berbuat seenaknya.

Sawamura melanjutkan, "Oleh karena itu, aku dan yang lainnya akan ikut denganmu. Kecuali Sugawara dan Hitoka, mereka akan mengawasi klub sementara kita pergi ke sana."

Sang gadis terkejut lalu menoleh ke semuanya. Kedua anggota yang lainnya juga bingung sama sepertinya.

"A-Apa tak terlalu banyak orang, senpai??" Yachi yang sedari tadi diam pun menyeletuk.

Seperti mau tawuran saja.

"Tidak. Kurasa itu cukup. Kageyama dan Hinata menjaga Ainamida-san sementara aku akan mencoba bernegosiasi dengan Ushijima."

Tak hanya kau, Hinata dan Kageyama terkesiap bersamaan.

"Senpai! Kenapa?!"

"Kami tak mungkin tahan kalau ada di sana, apalagi Kageyama akan membawa masalah!"

"Oi, goblok! Kau yang akan membawa masalah dan menantangnya!"

Sawamura menatap keduanya yang mulai berargumen, dan berucap setengah serius. "Lalu, kalian mau semuanya tak berjalan lancar? Mau klub voli kita menanggung malu karena teman kalian tak bisa melakukan hukumannya?"

Keduanya terdiam dan agak menunduk pelan, sedikit menyesal karena bertindak kekanakkan.

Atmosfir diskusi sedikit menjadi berat, sehingga Kiyoko akhirnya bicara lagi.

Dirinya mengusul sambil mengangkat tangan pada Sawamura.

"Ada apa?"

"Kalau boleh kusarankan, biarkan kita yang senior yang mengawal."

Sugawara berpikir sejenak sambil menatap adik kelasnya. "Ah... Bisa juga. Tapi itu lumayan riskan."

"Berarti Kageyama dan Hinata tidak ikut? Aku sedikit keberatan. Keamanan Ainamida-san adalah yang terpenting saat ini jadi aku berpikir harus cukup untuk mengawalnya."

Navira yang mendengarkan pun makin bingung dan terus berpikir dalam hati. Semuanya benar-benar direpotkan olehnya.

Apa yang harus ia lakukan saat ini...

Sekejap, bola lampu di atas kepalanya bersinar terang. Ia menemukan ide!

"Senpai, aku ada usul!"

Sawamura menatap sang asisten manajer. "Silakan."

"Aku setuju mereka berdua ikut untuk mereka mengawalku, tapi dengan satu syarat."

Navira duduk dengan tegap dan penuh percaya diri. "Biarkan aku yang bernegosiasi dengan kapten Shiratorizawa."

Semuanya terdiam pada deklarasi langsung sang gadis berstatus asisten manajer tersebut.

"Apa alasanmu mengatakan hal itu?" tanya Sawamura serius.

"Mereka berdua akan mengawalku, Shimizu-senpai, dan Daichi-senpai, bukan? Lalu saat aku pergi bernegosiasi, Shouyo-kun dan Tobio-kun takkan melakukan hal yang macam-macam jika ada kalian berdua bersama mereka. Lagipula, aku percaya mereka takkan membuat masalah juga. Dan presentasi kita dengan banyak orang akan menandakan kalau kita menjalin pertemuan formal. Maka dari itulah, aku mengajukan usul ini." jelasnya perlahan tapi pasti, memastikan semuanya paham akan maksud Navira.

Sawamura bermuka kaku karena sedikit keberatan. "Tapi—"

"Aku terima usulannya."

Pandangan mata menuju pada Kiyoko yang menyahut tenang.

"Oi, Shimizu..."

"Aku juga." Sugawara mengangguk, membuat Sawamura bertanya heran.

"Oi, Suga... Kau yakin?"

"Kau tidak percaya pada adik kelasmu sendiri?" tanyanya balik, tersenyum tipis pada sang rekan yang terdiam lagi.

"Kalian janji akan bersikap baik saat di sana, 'kan?" Navira bertanya pada kedua anggota tersebut.

Hinata mengangguk cepat bersama Kageyama yang juga melakukan hal yang sama.

Sang pemain berambut oranye tersebut menyahut. "Kami takkan macam-macam disana! Kami janji!"

Yachi juga setuju akan usulnya. "Kami hanya ingin agar negosiasinya berjalan lancar, itu saja. Aku setuju dengan usul Ai-san karena keamanannya juga!"

Melihat itu semua, Navira merasa tersentuh. Dirinya merasa sedikit lega akan suara yang dikeluarkan oleh semua yang hadir, lalu menoleh pada Sawamura yang masih bimbang.

"Daichi-senpai,"

Sawamura menatapnya yang memanggil namanya. Navira menatap dengan percaya diri.

"Percayalah padaku. Aku takkan coba-coba mempermainkan bantuan kalian semua. Aku mohon, sebagai asisten manajer Karasuno."

Ditatap begitu, pada akhirnya sang kapten senior menghela nafas panjang.

"Kalian semua keras kepala... Aku tak ada pilihan lain selain mengijinkannya."

Pada malam itu juga, semua kerisauan akan pengawalan ke Shiratorizawa telah berakhir.

Dalam hati, Navira meneriakkan dengan lantang sambil tersenyum senang.

"Tantangan terakhir... Aku datang!"

.
.
.
.
.

Navira makin terperangah pada pemandangan Akademi Shiratorizawa yang luas dan lebar. Seperti yang diketahui, bahwasanya deskripsi tetap dari sekolah tersebut adalah tanpa cela.

Kesempurnaan.

Anak-anak yang pintar, gedung sekolah yang besar, fasilitas yang memadai, bahkan beberapa cabang olahraga yang ada di sana cukup elit dan hanya bisa ditemui oleh sekolah di wilayah kota.

Dengan menyerahkan surat resmi kedatangan dari sekolah pada satpam yang berjaga, pintu gerbang sekolah megah yang tertutup pun terbuka lebar.

"Ayo kita cepat masuk." Kiyoko menginstruksikan sambil berjalan di depan, membuat keempat orang lainnya mengikuti sang kapten untuk pergi ke area gedung olahraga Shiratorizawa.

Dengan kemampuan Kiyoko, mereka mendapatkan informasi dari orang dalam Shiratorizawa dan mengajukan pertemuan untuk diskusi klub yang bersahabat.

Hinata dan Kageyama yang menoleh ke segala arah karena kagum akan luasnya akademi, sementara Navira tetap berada dekat dengan Sawamura.

Jarak dari gerbang utama masuk hingga gedung olahraga seperti memutari lapangan sepak bola sebanyak dua kali, jadi tak heran kalau tiap fasilitas dan gedung klub punya area masing-masing. Sesampainya di area olahraga klub bola voli, mereka sudah disambut oleh seseorang.

Pemuda berambut hitam ikal dan berbadan besar sedang duduk di tangga masuk gedung olahraga klub voli Shiratorizawa. Saat melihat rombongan sukses masuk, ia langsung berdiri dan menghampiri mereka dan menyalami Sawamura.

"Selamat datang di Shiratorizawa. Kuharap kalian tidak mengalami kesulitan untuk masuk. Keamanan kami dijaga ketat."

Reon Ouhira namanya. Salah satu anggota kelas tiga yang menjadi pendukung kuat di tim Shiratorizawa karena kekuatan dan kemampuan feint di permainan untuk mengecoh lawan.

Sawamura berjabat tangan dengannya sambil tersenyum. "Semuanya lancar. Maaf merepotkanmu, terima kasih sudah mau membantu."

"Tidak apa-apa. Walau kita pernah bertanding, tapi sudah lama sekali kami tak mendapatkan ajakan latihan tanding. Mari silakan masuk. Kita bicara di dalam saja."

Ketika masuk, Navira tak bisa menahan diri untuk melihat pemandangan yang ada.

Lapangan di dalam gedung tersebut terasa sekali lebih luas daripada Aoba Jousai mau pun gedung Karasuno. Banyak bola berserakan di pinggir dan dalam ranjang, para anggota yang berusaha keras dan penuh semangat, dilatih ketat untuk menonjolkan kekuatan masing-masing, semuanya hampir terlihat seperti klub yang profesional dari liga atas. Hanya saja anggotanya diisi oleh anak-anak SMA.

Tak ayal, Hinata dan Kageyama juga hanya bisa melihat sekitar. Mereka sama-sama bungkam karena fasilitasnya lengkap dan mumpuni.

Sawamura berkomentar, "Seperti yang diharapkan, kalian berlatih dengan mantap."

Ouhira mengangguk sambil tersenyum kalem. "Ya. Lagipula kami harus mengejar ketertinggalan kami setelah kalah dari kalian. Sayang sekali pelatih hari ini sedang ada kepentingan jadi tak bisa hadir melihat kami."

Melihat bahwa ada orang asing yang masuk ke dalam gedung, Semi berjalan dengan bola di tangannya saat Ouhira dan Sawamura bercakap. Ia membungkuk singkat untuk menyapa dan bertanya pada sang rekan.

"Ouhira, kenapa mereka ada di sini?"

"Ah, Eita. Begini, mereka ke sini karena ingin diskusi dengan Wakatoshi. Kira-kira kau tahu dimana dia berada?" tanya Reon saat melihat temannya.

"Kalau soal itu pasti Tendou tengah berlatih bersamanya. Mau kupanggilkan?"

"Iya. Tolong dipanggilkan segera."

Setelah Semi berlalu, Reon mempersilahkan mereka untuk menunggu sejenak dan kembali berlatih juga.

Sembari mengawasi Hinata dan Kageyama yang menyapa anggota anak kelas satu yang mereka kenal waktu saat training camp kala itu, Navira duduk di bangku yang kosong bersama Sawamura dan Kiyoko.

"Ainamida-san, kau yakin mau diskusi dengan Ushijima?"

Sawamura masih khawatir akan peran negosiasi yang akan dilakukan berhadapan dengan kapten Shiratorizawa tersebut.

Navira mengangguk. "Aku sudah yakin. Karena kalau bukan aku yang melakukannya, siapa lagi?"

Lagipula, gadis Karasuno tersebut sudah mulai terbiasa akan tantangan kencannya. Kalau ia bisa berbicara pada kapten berpengaruh seperti Oikawa, Kuroo, dan Bokuto. Lalu untuk apa dia takut pada Ushijima?

Ya 'kan?

"Semoga berhasil." Kiyoko menyahut kalem, mendoakan diskusi mereka lancar.

Asisten manajer tersebut mengangguk, berterima kasih akan dukungan kakak kelasnya.

"Kalau ada apa-apa, langsung panggil kami. Oke?" Sawamura menyakinkan diri agar Navira tidak terkena masalah apa pun di dalam saat bernegosiasi.

Navira mengangguk paham padanya sebelum melihat Hinata dan Kageyama sedang berargumen dengan seseorang di sana.

"Tunggu, mereka sedang apa?" Sawamura bertanya dan berdiri, sebelum Navira dan Kiyoko menyusul pada duo Karasuno tersebut.

Setelah didekati, ternyata mereka berbicara pada seorang anggota tim inti klub.

Shirabu yang memandang dengan sinis berucap, "Pergi kalian dari sini. Gagak seperti kalian hanya merusak pemandangan saja."

"Apa kau bilang?? Menantang, ya?!" Hinata mulai geram sambil menahan diri tapi dihentikan amarahnya oleh Kageyama.

"Hei, ingat tujuan kita. Jangan gegabah."

"Tapi dia duluan yang mulai, Kageyama!"

"Hei, kalian ngapain, sih?! Jangan buat ribut!"

Navira langsung menyergah pada keduanya sambil berdiri di antara Shirabu dan dua rekan klubnya.

"Maafkan rekan saya. Mereka tak bermaksud begitu. Mohon maklumi sifat mereka." Ia membungkuk meminta maaf singkat.

"Ainamida-san, buat apa minta maaf pada dia? Dia duluan yang—"

Navira menoleh pada Kageyama dan Hinata dan menggeleng pelan, menatap serius. Isyarat untuk tidak berkata apa pun.

Sawamura ingin menyela tapi dipegang Kiyoko yang menggeleng padanya.

Navira kembali menatap Shirabu sambil berdiri tegak. "Saya mewakili mereka berdua, meminta maaf pada anda. Tentu saja kami selalu sopan jika tidak dipancing oleh perkataan menyinggung."

Matanya menelisik pada sang gadis dari bawah hingga atas.

"Mulut adalah pintu hati. Jaga sopan santun kalian di sini. Aku tahu kalau kalian akan mengadakan ajakan latihan tanding," Mata Shirabu berkilat sekilas dengan tajam, "Tapi bukan berarti aku mengakui kalian hanya karena kami pernah dikalahkan oleh kalian satu kali."

Navira menahan diri agar tidak meneguk ludahnya sendiri meski memasang muka tegas.

"Camkan itu baik-baik."

Setelah itu, Shirabu pergi menjauh sambil tak menghiraukan beberapa anggota yang memperhatikan perdebatan tadi. Tak ada yang berbicara selama beberapa saat karena ketegangan tadi.

Shirabu yang masih kesal dan kembali berlatih di samping lapangan yang dipakai oleh anak kelas satu.

"Shirabu-san, kau tak apa?" Tsutomu Goshiki, sang adik kelas bertanya pelan sambil memegang bola ketika melihat kakak kelasnya kembali dengan wajah marah setelah berbicara pada anak-anak Karasuno.

"Menurutmu?"

Ia tak berani melanjutkan dan kembali berlatih, tak mau membuat amarah Shirabu kambuh.

Sementara itu, Hinata yang menunduk sambil memainkan jarinya pun berucap, "Anu, Ainamida-san... Maafkan aku. Tapi sungguh, dia yang memancing duluan!"

"Kalau sudah tahu ya tidak usah diladeni. Ini bukan di sekolah kita." Sawamura menahan diri agar tak menggetok adik kelasnya.

Haduh, jadi papa gagak dari dua orang ini benar-benar minta ampun, dah.

"Aku tidak apa-apa. Jangan khawatir."

"Oho~ Kukira ada apa ribut-ribut, ternyata kalian toh~"

Mereka semua menoleh pada sumber suara.

Semi, Ouhira, dan seorang pemuda berbadan tinggi, berwajah menarik dengan rambut merah terang yang ditegakkan menghampiri mereka.

Tendou Satori, sang blocker yang berada di tim inti menyapa pada mereka.

"Maaf mengganggu waktu kalian. Tapi kami ingin berdiskusi dengan Ushijima. Soal ini akan diwakilkan oleh asisten manajer kami." Sawamura membungkuk singkat untuk menjelaskan maksud kedatangan mereka ke Shiratorizawa.

Sang gadis maju dan mengenalkan diri dengan sopan. "Ainamida Navira, asisten manajer Karasuno. Salam kenal. Mohon bantuannya."

"Hmm~~ Begitukah? Kalau untuk soal itu, harus dibahas di ruangan lain. Wakatoshi tengah ada di sana. Mari kami antar." Tendou memiringkan kepala dan melirik pada Kiyoko serta Navira.

Sang senior mengangguk pelan pada Navira, yang dibalas sama juga sebelum pergi berjalan menjauh bersama ketiga anggota untuk pergi menemui kapten Shiratorizawa.

Melihat adik kelasnya pergi, Sawamura tak tahan bermuka harap, kalau diskusinya akan lancar.

"Kuharap semuanya lancar." Hinata juga sedikit khawatir soal negosiasinya.

Kageyama mendengus. "Tentu saja. Kalau kau tidak menanggapi yang tadi pun juga pasti takkan ada hambatan."

"Mari kita duduk dan menunggu saja."

Kiyoko menenangkan keduanya sebelum keempatnya duduk di bangku kosong, sembari mengobservasi latihan tim klub voli lain dan menanti kabar yang harapkan dari adik kelasnya tersebut.

Tak ada lain selain menunggu untuk saat ini.

Sementara itu, Navira hanya diam dibawa pergi oleh Tendou karena Ouhira dan Semi harus pergi berlatih membantu anak kelas dua.

Tak ada kata-kata yang bisa ia utarakan saat ini karena dirinya sendiri merasa terintimidasi akan aura sang pemain inti klub tersebut.

Dan hal ini dirasakan oleh Tendou. "Hei. Tak usah takut. Aku takkan memakanmu."

Oh tidak. Ia mengacaukannya. Sial, sial, sial!

Keduanya masih berjalan tanpa menoleh, dengan Tendou di depan dan Navira mengekorinya.

"M-Maafkan saya—"

"Tak perlu minta maaf. Lagipula kau berani juga menghadapi Shirabu dengan muka datar, biasanya semua orang pada takut dengannya~"

Maksudnya anak yang tadi berdebat dengan Hinata dan Kageyama?

"Ah... Itu sudah tugas saya sebagai rekan untuk menghentikannya."

"Enaknya~ Jujur aku iri, lho! Karasuno punya manajer tapi kami yang klub besar tak punya satu pun. Hanya laki-laki saja di sini. Padahal satu perempuan manis untuk penyegar sebagai manajer harusnya takkan membuat klub jadi bubar." ceplosnya sekaligus curcol pada Navira.

Sepertinya orang ini cukup bisa diajak fleksibel dalam pembicaraan. Gadis itu sedikit lega dalam hati.

"Ngomong-ngomong, kupikir-pikir lagi juga... Pasti kau ada motif lain selain diskusi latihan tanding,"

Ia berhenti berjalan dan menoleh ke belakang.

"Aku benar, bukan?"

Seketika nafas Navira tercekat sesaat.

Orang ini... tahu kalau ada motif lain pada dirinya?

Padahal Kiyoko hanya bilang pada Ouhira kalau maksud mereka kesini memang tentang diskusi ajakan latihan tanding.

Dia baru ingat kalau Tendou Satori adalah Guess Monster.

Jangan gugup, kau harus bisa!

"Memang ada yang ingin saya bicarakan pada Ushijima-san, tapi tujuan utama kami memang murni membahas latihan tanding. Itu saja." Navira mencoba menatap berani pada Tendou yang melirik dengan aura intimidasi.

Seketika ia tertawa. "Astaga... Aku hanya bercanda!~ Kau tak usah tegang seperti Wakatoshi. Aduh perutku..."

Ia memegang perutnya dan berjalan kembali.

"Walau kau memang ada motif lain selain diskusi, tapi jangan terlalu tegang pada Wakatoshi. Dia kadang tidak mengerti akan soal yang tak ia pahami."

Oh, informasi baru untuknya ke depan. Untuk kelancaran saat mengencani target, dia harus menyelaraskan sifat dan sikapnya dengan milik target sendiri.

"Baiklah, saya mengerti. Terima kasih, Tendou-san."

"Panggil saja aku Satori. Aku merasa tua jika dipanggil begitu. Kupanggil dengan nama depanmu, ya??"

"Silakan."

Tak lama kemudian mereka sampai di pintu ruangan, yang dimana ruangan tersebut dipakai untuk pelatih dan kapten di masalah formal. Ruangannya terletak tak jauh dari ruang ganti, toilet, dan kamar mandi.

"Wakatoshi sudah menunggu di dalam. Ayo masuk." ajaknya sebelum membuka pintu ruangan tersebut.

"Wakatoshi, aku sudah membawanya~"

Baru saja Navira menginjakkan kaki ke dalam, seluruh badannya merasakan aura yang mengalir dari seseorang.

Tak jauh dari sana, seorang pemuda tengah duduk di kursi sambil melihat jadwal latihan di papan data. Saat mereka berdua masuk, yang bersangkutan menoleh.

Tubuhnya terlihat tinggi dan tegak ketika berdiri dari bangku panjang. Dari beberapa meter saja sudah terasa sekali tensi dan aura intimidasi dari jarak keduanya.

Ushijima Wakatoshi, kapten Shiratorizawa yang perkasa sudah berada di hadapan.

"Terima kasih, Satori."

"Tak masalah~ Nah, kenalkan dirimu."

Navira yang tersadar pun mengangguk dan membungkuk sopan secara singkat, "Ainamida Navira, asisten manajer Karasuno. Salam kenal."

"Ya. Saya Ushijima Wakatoshi, silakan duduk."

Mereka bertiga duduk di bangku kayu panjang, Navira duduk di berhadapan dengan kedua pemain inti dari sekolah elit tersebut. Untuk permulaan sesuai rencana, Navira mulai membuka topik dengan membahas soal latihan tanding.

Ushijima menatap jadwal dan penentuan dalam latihan tanding yang didiskusikan, sebelum meletakannya di meja dan menunjuk beberapa hal.

"Yang ini lebih baik diganti agar latihan tanding lebih efisien." ucapnya sambil menunjuk kertas di papan data yang diberikan kepadanya.

Navira langsung menggantinya sesuai dengan Ushijima mau, sebelum mengevaluasinya lagi dengan persetujuan yang terkait.

Setelah pemuda tersebut menyetujuinya dan dirasa cukup, maka Navira merasa bahwa inilah
kesempatan bagus untuk mendiskusikan semuanya.

Sekarang atau tidak selamanya!

"Ushijima-san, ada satu hal lagi yang ingin saya bicarakan, walau bukan berhubungan dengan voli. Apakah boleh?"

Ushijima mengangguk singkat, diam tanpa kata dalam persetujuan.

Dimulailah bahwa Navira menjelaskan yang ingin dibicarakan sesungguhnya. Meski begitu, dirinya masih memilih kata-kata yang agar bisa diterima dan jelas dicerna untuk diserap oleh Ushijima. Selama itu juga, Ushijima dan Tendou mendengarkan penjelasannya sambil berpikir. Entah apa yang mereka pikirkan tapi gadis itu tak mau tahu karena terlalu takut. Sebenarnya saat berbicara pun Navira hampir saja terbata-bata—siapa yang tidak gugup harus menjelaskan tantangan aneh di depan orang paling berpengaruh di klub sebuah sekolah paling favorit. Ingin dia mengubur diri dan mati saja.

Tendou menatapnya sambil memegang dagunya sendiri. "Hoo~ Jadi kau harus melakukannya tanpa pengecualian?"

"Iya, begitulah, makanya saya meminta partisipasinya agar bisa melaksanakan tantangan kencan itu bersama Ushijima-san, yang selaku menjadi kapten." Navira berujar, mengangguk.

"Hee~... Wakatoshi, bagaimana menurutmu?"

Ushijima yang masih berpikir pun menatapnya datar dan serius, berdiri. "Maaf, saya tidak bisa melakukannya."

Navira terdiam sejenak lalu tersadar kembali.

Ditolak?

"T-Tapi kenapa?" tanyanya, agak panik.

Ushijima berujar dengan biasanya, "Saya sudah sibuk latihan reguler untuk persiapan tanding, ditambah pemintaan latihan tanding dengan Karasuno. Maka dari itu, saya tak bisa melakukannya."

Baru kali ini, di seluruh ajakan kencan yang dilakukan...

Baru kali ini permintaan Navira ditolak.

Kenapa, disaat terakhir seperti ini malah mendapatkan penolakan?

Dalam pikirannya teringat oleh perjuangan anggota voli yang tengah menunggunya saat ini. Kedua tangannya perlahan mengepal sambil ia menundukkan kepala.

Payah. Berpikirlah yang benar! Cari cara!

Sebelum ia berhenti berpikir akan apa yang bisa dilakukan, terlintas di pikirannya akan satu hal.

"Oi, oi. Wakatoshi, kau yakin tak bisa? Kau jangan memaksakan diri, lho." Tendou yang mendongak melihatnya pun bertanya demikian, yang disambut oleh anggukan singkat.

Pemuda tersebut hanya membungkuk singkat pada Navira yang menunduk.

"Saya harus pergi berlatih, permisi—"

"O-Oikawa-san..."

Mendengar nama yang familiar, mata tajamnya menatap pada gadis Karasuno yang berdiri dan memandangnya dengan mata tertuju pada Ushijima.

Kedua tangannya mengepal dan menatapnya penuh dengan penegasan.

"Oikawa-san... Dia juga melakukan tantangan kencan denganku."

Ushijima sejenak terdiam akan pernyataan sang gadis.

Oikawa-san, maafkan aku karena memakai dirimu. Maaf aku kualat, tapi tak ada cara selain ini, batinnya dalam hati memohon maaf secara spiritual agar yang bersangkutan tak menyalahkannya jika tahu soal ini.

Sementara nan jauh di sana, Oikawa langsung bersin saat tengah berbicara dengan adik kelas di klub voli.

Kembali pada ketiganya, Navira masih berdiri di hadapan dua pemuda tinggi tersebut.

Tendou terkaget mendengarnya, "Benarkah? Orang itu juga?"

Navira mengangguk meyakinkan keduanya. "Saya punya buktinya jika masih belum yakin. Saya tak bohong."

Gadis tersebut mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan gambarnya dari galeri foto.

Keduanya menengok pada gambar tersebut.

"Uwah, benar yang dia bilang. Wakatoshi, kau lihat, bukan?"

Tendou tak berbicara lagi karena melirik Ushijima yang terpancing akan hal yang memang berkaitan dengan kapten Aoba Jousai.

Lihat saja, matanya jadi berkilat sekilas, dan pemuda itu tahu akan hal tersebut.

Tendou berpikir kalau gadis di hadapan mereka tersebut memang pantang menyerah dalam mendapatkan tujuannya. Keras kepalanya bisa dipahami. Dengan umpan spesial yang diberikan oleh Navira, Ushijima kembali tertarik akan tantangan kencan yang sempat ditolak tadi.

Tendou akui, gadis ini memang cerdik.

"Ambil saja, bung. Kau juga butuh istirahat dari latihan, sesekali refreshing lah!~" Tendou menarik pemuda tegap tersebut untuk duduk, membuat Ushijima menoleh kepadanya dan duduk kembali.

"Tapi, pelatih menyuruhku untuk menjaga klub selama dia pergi."

"'Kan ada aku dan yang lainnya bisa menjaga, kau ini dasar tak percayaan!"

"Aku tidak begitu. Aku percaya pada kalian."

"Makanya, lakukan saja, Wakatoshi!~ Lagipula hanya satu hari. Anggap saja itu hari liburmu. Ya 'kan, Navira??"

Ditanya dengan senyuman agak maniak itu membuat Navira merinding sesaat dan mengangguk cepat, mengkonfirmasi kepada yang bersangkutan.

Walau memang membantunya secara tak langsung, tapi Navira masih ngeri akan senyum aneh Satori Tendou setiap kali ditujukan pada seseorang.

"I-Iya! Tenang saja, kencan hanya dilakukan di akhir pekan saja. Bukan di hari sekolah!"

Tendou mengangguk mantap, menepuk pundaknya.

"Jadi bagaimana, Wakatoshi? Kau mau, 'kan?"

Ushijima berpikir sejenak dan mengangguk pada Navira. "Baiklah, saya bersedia."

Navira hampir saja ingin tersenyum lega sebelum menahan diri dan membungkuk hormat.

"Terima kasih, Ushijima-san! Terima kasih banyak! Mohon bantuannya!"

Akhirnya, dia mau juga!

Ushijima mengangguk singkat. "Sama-sama."

Setelah itu, Navira dan Ushijima bertukar nomor ponsel dan e-mail untuk keterangan lebih lanjut dalam persiapan kencan tantangan kedepannya. Selesai bertukar, mereka bertiga keluar dari ruangan tersebut.

"Kalau begitu saya permisi. Saya harus segera kembali sekarang juga. Permisi, Ushijima-san, Tendou-san."

"Hati-hati, ya~"

Navira membungkuk dan langsung pergi menuju ke arah bangku dimana anggota klub voli Karasuno menunggu sebelum keluar dari gedung olahraga diantar oleh Semi dan Ouhira.

Tendou melirik dalam diam pada Ushijima yang hanya menatap mereka dari jauh.

Ushijima menoleh padanya dan berjalan mendahului. "Ayo, kita kembali latihan."

"Tentu, Wakatoshi~ Tentu~"

Dan mereka kembali berlatih seperti biasa.

Sementara di sisi Karasuno, semuanya kembali ke sekolah lalu pulang berpencar dikarenakan
hari sudah mulai gelap. Dalam perjalanan pulangnya, gadis tersebut lega sekali karena hanya tinggal menjalankan satu kencan lagi saja, maka semuanya akan selesai.

Tuntas!

Dalam hati Navira berharap, semoga Dewa tak terlalu kejam padanya untuk di pekan terakhir tantangan kencan ini.

Yang dimana jika dirinya tahu, maka kemungkinan besar—

—Tidak terkabul.

.
.
.

To Be Continued

===========================================================================

The last date is on the next chapter! See you there!~ 💜

Regards,

Author🦅

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro