Chapter 12: Sixth Mission Date!
BGM for the Chapter: Seventeen - Very NICE
.
.
.
Hari itu cukup terik, tapi takkan membuat Navira melewati kesempatan untuk menyelesaikan kencan satu ini. Tinggal tantangan kencan ini, lalu dia akan melakukan tantangan kencan terakhir.
Dalam hati Navira sangatlah bahagia bahwa penderitaannya akan berakhir. Serta memikirkan uang kompensasi dari Arisa yang mengiming-imingi dirinya: jika ia bisa memberikan seluruh bukti foto tantangan kencan, maka Navira akan mendapatkan uang ganti rugi yang banyak.
Membayangkan kalau tabungannya penuh membuat Navira tersenyum sepanjang jalan hingga tak sadar kalau sudah sampai di salah satu halte bus angkutan umum kota Miyagi yang sepi.
Rute bus menuju ke arah taman hiburan yang akan mereka datangi tengah sepi di jamnya, jadi saat ini hanya dirinya seniri yang ada di sana.
Saat ini Navira memakai setelan pakaian yang cocok untuk bergerak dalam nuansa jalan-jalan di kota. Kaos polos putih dengan jaket hitam diikat di pinggang, celana jeans biru yang nyaman dan tidak ketat, serta sneakers kesayangannya berwarna merah, dan topi oranye untuk menghalangi sinar mentari yang mulai panas kelak. Tak lupa juga ransel kecil berisi hal-hal penting: dua botol minum dan persiapan pencegahan keadaan, kalau ada butuh apa-apa di jalan yang tak terduga.
Ia menoleh ke segala arah dan mengecek pesan ponselnya. Belum ada tanda kalau Terushima akan datang. Kemarin mereka sudah bertukar nomor dan e-mail. Setiap kapten yang Navira kencani juga wajib ia simpan nomornya demi kepentingan tantangan.
"Ini sudah jam segini... Dimana dia?" Navira menoleh ke sekeliling sebelum disahuti dari jara jauh.
"Oi!! Karasuno!"
Hah?
Ia menoleh dan mendapati kalau Terushima berlari dan berhenti sambil terengah.
"Maaf-Haa... Haaa.. Aku habis lari dari-Ha... anjing tetangga-Haaaah..." ucapnya terengah berat dan berdiri, capek berlari sebelum jatuh terduduk di kursi halte.
Navira yang dalam hati ingin komplain bahwasanya tak tak paham kenapa dipanggil dengan nama sekolahnya hanya bisa diam, membiarkannya bernafas dulu.
Dia juga punya nama, woi.
Merasa prihatin, Navira memberikan air mineral botolan yang ia bawa di tas ransel kecilnya pada Terushima. Sang pemuda menerimanya dan meminum dengan brutal.
"Tak apa-apa. Lagipula kita tidak buru-buru, Terushima-san. Masih ada waktu sepuluh menit lagi." Ia melirik ke jam ponselnya. Pukul 8:34 di pagi hari.
"Benar juga. Tapi salahku sih karena buat buru-buru mengejar bis. Sorry, ya!" Terushima terkekeh sambil menggaruk pipinya sendiri.
Navira memaklumi jadi hanya mengangguk. Bus akan datang sepuluh menit jadi Navira mencoba memulai percakapan ringan.
"Tapi aku tak menyangka kalau Terushima-san akan memilih taman hiburan sebagai tujuan. Kenapa?" tanya Navira.
Terushima menggaruk kepalanya sambil berpikir sejenak. "Mungkin pilihannya sedikit basi, tapi kalau untuk berkencan pastinya taman hiburan takkan terlewatkan, bukan? Jadi aku memilih tempat itu. Apakah kau tak suka?"
Navira menggeleng kecil, terkekeh pelan.
"Tidak. Aku tak keberatan. Hanya saja, itu sangat kedengaran Terushima-san sekali. Aku paham maksudmu, kok."
"Syukurlah! Kalau begitu kita melakukan kencan ini dengan lancar. Sebagai kapten, aku akan membantumu sebisaku!"
"Ya. Terima kasih." Navira mengangguk singkat.
"Tunggu... Namamu siapa kemarin?" Terushima bertanya.
"Ainamida Navira desu. Yoroshiku."
"Y-Yoroshiku. Maaf, aku kadang pelupa."
"Tak masalah. Aku juga sama kok."
Keduanya tersenyum sebelum menyadari kalau bus yang mereka tumpangi datang mulai parkir di depan halte.
"Ah, itu busnya! Ayo!"
Setelah keduanya masuk dan duduk di dalam bus, kendaraan tersebut menutup pintunya dan meluncur menuju tempat tujuan.
.
.
.
.
.
Amusement Park Miyagi Land.
Bersebelahan dengan Waterpark Miyagi Land-dimana Navira sudah pernah melakukan tantangan kencan di sana dengan kapten Aoba Jousai, letak destinasi wisata tersebut cukup strategis. Buktinya, taman hiburan yang mereka berdua hampiri tetap padat penuhi orang.
Meski pun begitu, karena cuaca yang panas jadi banyak yang lebih memilih berteduh di courtfood sembari memakan makanan yang bisa dibeli.
Keduanya membeli tiket untuk dewasa dan masuk ke dalam.
Terushima menoleh ke segala arah walau banyak orang berlalu-lalang. "Uwah... Ramainya! Hei, Ainamida. Kita naik yang mana dulu??"
Ditanya begitu pun juga Navira tak bisa memilih.
"Aku tak pernah kesini, jadi lebih baik Terushima-san saja yang memilih. Aku ikut saja."
"Eh??~ Oh, ya sudah! Kalau begitu ayo!"
Tangannya digandeng dan begitulah, Navira dengan pasrah mengikuti kemana dia melangkah.
Dari permainan bola hadiah, komedi putar, rumah hantu, dan lainnya. Karena Terushima terlihat menikmati adrenalin dari bermain di tempat tersebut, mau tak mau Navira juga bersenang-senang akan suasana yang ditawarkan.
Saat ini keduanya tengah mengantri di depan pintu masuk wahana roller coaster.
Dikarenakan bisa buat jantungan dan agak berbahaya, maka wahana tersebut dikhususkan untuk orang yang bernyali besar.
"Terushima-san, kau yakin mau naik ini?" tanyanya yang disambut anggukan riang.
"Iya! Aku sudah lama penasaran jadi karena kita ada di sini, aku mau coba! Oh, apakah kau takut ketinggian?"
"Tidak juga, aku belum pernah naik sih. Mari kita coba saja."
Sebenarnya ia hanya sedikit ngeri, apalagi saat membayangkan meluncur nanti.
Tolong jangan sampai ia pingsan.
Setelah mengantri dengan sabar, keduanya menempati kursi wahana dan memakai sabuk pengaman dengan standar keamanan. Setelah siap, keretanya mulai bergerak.
Ketika setengah jalan naik sampai ke atas, Navira menahan diri agar tidak melihat ke bawah sementara Terushima malah terlihat tak sabar ingin meluncur.
Kereta sampai di atas dan langsung meluncur ke bawah dengan kecepatan tinggi, membuat orang-orang mengencangkan pegangan mereka dan berteriak keras.
Tanpa ampun, setiap kelokan dan putaran membuat penumpang kereta meneriakkan dengan lantang suaranya. Tak terkecuali Navira yang menjerit ketakutan dan Terushima yang menjerit kesenangan.
Walau hanya 5 menit, tapi rasanya seperti 5 jam untuk sang tokoh utama kita yang batinnya tersiksa.
Bahkan saat kereta berhasil berhenti di stasiun roller coaster dengan selamat, rasa penderitaannya seperti tak selesai karena Terushima menyahut ingin naik lagi.
"Whoa!!~ Menyenangkan sekali! Aku mau naik lagi. Ainamida, kau tak apa??"
Ia menoleh pada Navira yang hanya kelihatan pucat akibat gemetaran memegang pegangan kereta.
Sepertinya tak perlu dijawab juga sudah tahu apa artinya.
Setelah dari wahana tadi, Navira dibantu oleh Terushima untuk duduk di bangku kosong dekat sana agar bisa beristirahat.
"Kau sudah tak apa-apa, Ainamida? Maafkan aku. Kalau saja kau bilang tidak mau naik, aku bisa saja membatalkannya."
Navira menggeleng pelan sambil mencoba menenangkan Terushima yang tak enak hati.
"Tidak apa.. Lagipula kalau Terushima-san yang mau, aku mencoba akan turuti. Jadi tak masalah..." ujarnya sambil terengah pelan, memegang tasnya di pangkuan.
Mau tak mau, malah itu membuat sang pemuda Johzenji tersebut jadi terdiam sejenak sebelum mendapatkan ide.
"Tunggu disini. Aku akan segera kembali."
"Hah? Mau kemana?"
Pertanyaannya dihiraukan saat yang bersangkutan pergi menuju ke arah entah kemana. Dan yang hanya bisa sang gadis Karasuno lakukan tersebut cuma menunggu saja di bangku dalam diam.
Setelah meminum air botolan tumbler miliknya sendiri dan memasukkannya ke dalam tas, Navira mendapati kalau Terushima kembali dengan buah tangan setelah pergi selama 10 menit.
Dua buah hotdog yang dibaluri saus tomat dan mayonaise.
"Makanlah. Kau pasti lapar!" Terushima menyodorkan makanan tersebut di hadapannya dengan cengiran khas.
Ah, jadi dia pergi membeli ini, toh?
Sang gadis berterima kasih dan menerima yang disodorkan.
"Ittadakimasu."
Saat Navira memakannya, sensasi rasa enak menggugah perutnya.
"Enak sekali~" komentarnya, kembali semangat.
"Syukurlah! Katanya hotdog tempat ini enak, makanya tadi ramai yang mengantri." Terushima memakan miliknya dengan lahap.
Ah. Apakah hotdog ini sebagai permintaan maafnya karena membuatku pusing di wahana?
Diam-diam Navira tersentuh akan alasan tersebut, dan tetap memakannya dengan lahap.
Tapi ia memperhatikan karena Terushima meliriknya terus menerus sambil diam saja.
Karena penasaran, Navira menatapnya dan bertanya. "Ada apa?"
"Ini, ada saus."
"Hm?"
Navira tak sadar kalau jari Terushima menyapu di sisi pipinya untuk mengelap saus tomat bekas hotdog.
Dirinya sedikit tertegun saat melihat pemuda tersebut menjilat cairan tersebut di jari tadi.
Terushima menyeringai singkat. "Hm. Manis."
Navira terdiam sejenak, sebelum bertindak.
"Kalau begitu lagi, nanti kubilang pada Misaki-san, lho."
"Eh?! Jangan, dong! Aku hanya bercanda saja~"
Setelah menghabiskan makanan, keduanya berkeliling lagi dengan santai. Terushima mengajaknya mampir ke toko souvenir dan membeli sepasang bando maskot Miyagi Land.
Bahkan mereka berfoto dengan pose imut, untuk sebagai bukti tantangan dan kenang-kenangan.
Tanpa terasa, hari menginjak senja dan jam operasional taman hiburan mencapai titik akhirnya.
Terushima menghela nafas tak puas. "Sayang sekali sudah mau tutup... Padahal aku mau coba naik bianglala."
Seketika Navira takkan mau membayangkan kalau mereka sampai bisa naik ke wahana tersebut.
Ia tak mau memikirkannya.
Setelah itu mereka berdua pulang dengan bus rute tersebut dan kembali di halte pertama waktu pagi tadi.
"Aku berterima kasih padamu, Terushima-san. Tantangan kencan hari ini lancar dan tanpa halangan." Navira membungkuk berterima kasih.
"Tak masalah! Aku senang bisa melakukan ini." ujarnya sebelum melanjutkan, "Jangan ragu kalau ingin menghubungiku. Siapa tahu kita bisa kencan tanpa perihal tantangan di lain waktu."
Terushima menghadiahkannya kedipan nakal.
Aku meragukan itu, pikir Navira sambil tertawa kering dengan sopan dan hanya mengangguk pelan.
Keduanya berpisah setelah melambaikan tangan tanda pisah dan menuju ke arah masing-masing.
Selama perjalanan, sang gadis Karasuno memikirkan kencan tadi.
Menyenangkan walau dirinya takut saat naik wahana berbahaya tersebut.
Namun tak menghentikannya untuk melakukannya dengan lancar bersama Terushima.
Sejenak kemudian, pikiran Navira beralih pada kencan selanjutnya.
Minggu depan adalah kencan terakhirnya.
Berarti tinggal sedikit lagi, maka ia akan terbebas dari siksaan ini!
Semangat, Navira! Kau bisa melakukannya!
Hanya kalimat optimistik itulah yang membuatnya bertahan sampai sejauh ini.
Dan begitulah, sang tokoh utama melangkahkan kaki pulang ke rumahnya untuk menyiapkan batin. Supaya bisa menghadapi target terakhir, sekaligus yang paling berbahaya dari seluruh kapten yang telah ia kencani-
Sang kapten Shiratorizawa, Ushijima Wakatoshi.
Bos besar beraliaskan nama Elang Putih.
.
.
.
To Be Continued
===========================================================================
Here is Johzenji Captain, Terushima Yuuji's Date Chapter! 💛
I has a sudden thought that he would definitely choose amusement park as the date spot. It's so him lol
See the last target on the next chapter if you wanna see the shiratorizawa chapter 💜
Regards,
Author🤡
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro