Chapter 11: The 'Aloof' Captain
BGM for the Chapter: Mamamoo - Rude Boy
.
.
.
"Ai-chan, mau langsung pergi?"
Navira mengangguk sembari bersiap dengan tasnya. Mereka berjalan di lorong sekolah yang bercabang di beberapa arah ke depannya.
"Iya. Aku tak mau sampai membuat Misaki-san menunggu. Tolong sampaikan pada Shimizu-senpai kalau aku ijin absen."
Yachi mengangguk. "Baiklah. Hati-hati, ya!"
Setelah itu, keduanya berpisah ke lorong tujuan masing-masing. Yachi menuju ke arah tempat gedung olahraga, sedangkan Navira langsung berjalan ke gerbang sekolah Karasuno untuk pergi ke tempat tujuannya.
Mau kemana? Tentu saja, SMA Johzenji.
Sebelum ke Shiratorizawa, Navira harus melakukan tantangan kencan dulu dengan Terushima Yuuji—sang kapten klub bola voli dari Johzenji.
Dari informasi personal yang ia dapat, secara singkat ia menyimpulkan bahwa orang tersebut lumayan bisa diajak kooperatif. Walau pun ia masih ingat ujaran Tanaka dan Noya; kalau katanya dulu Kiyoko pernah digodai oleh sang kapten. Yah, wajar sih. Kiyoko memang gadis yang cantik. Pantas banyak yang mengaguminya. Tak terkecuali Yachi dan Navira. Menurut mereka berdua, sang kakak kelas adalah panutan terbaik untuk menjadi manajer yang baik dan benar.
Setelah menaikki angkutan umum sesuai petunjuk arah yang diberikan di pesan salah satu aplikasi ponsel pintarnya, Navira tiba di depan gerbang sekolah Johzenji.
Ia mendongak dan melihat sekitar. Sekolah mulai sepi dan sudah jam pulang.
Setelah membalas beberapa pesan dari aplikasi pesan di ponsel, akhirnya Navira menuju ke arah yang dituju. Ruang olahraga sekolah tersebut cukup luas, dan terlihat beberapa pemain mulai melakukan pemanasan.
Seorang gadis yang sebaya dengan Navira menghampiri dengan ramah.
"Ainamida-chan~"
Hana Misaki, sang manajer menyunggingkan senyumnya sambil menyapa.
"Ah, Misaki-san. Terima kasih sekali lagi untuk bantuannya. Maaf merepotkan."
"Tak apa. Lagipula sudah sepantasnya aku membantu menyelesaikan tantanganmu. Kalau aku jadi kau, pasti sudah pusing sendiri dan malu berat menatap mereka." Hana menepuk pundak Navira, tertawa garing karena prihatin juga akan keadaan khusus si asisten manajer.
Dalam hati sebenarnya Navira juga terpaksa, tapi mau bagaimana lagi. Tantangan adalah tantangan. Sekaligus hukuman.
"Awas!"
Mereka berdua menoleh dan mendapati bola melambung menghantam lantai, hingga hampir mengenai beberapa pemain yang masih pemanasan kalau saja yang lainnya tidak menghindar dengan cepat.
Hana yang melihat itu pun jadi mengomel lantang pada mereka yang bermain.
"Hei, yang benar kalau servis bolanya!! Jangan main smash begitu!!"
Navira hanya tertawa garing tanpa suara, menyaksikan sang manajer marah seperti ibu-ibu protes pada naiknya harga sembako di pasar.
Diteliti dari sumber suara, ternyata seseorang berteriak di sebelah lapangan.
"Maaf, maaf! Don't mind!"
Setelah itu Hana melempar bola pada mereka sebelum memanggil seseorang. "Terushima!! Ke sini sebentar!"
Merasa dipanggil, akhirnya yang bersangkutan menghampirinya.
Navira menatap seorang pemuda berambut semir hitam dan pirang dengan kaos hitam serta celana olahraga.
Kalau diperhatikan lagi, badannya proposional dan tegap, tingginya cukup sepantaran dengan tinggi tubuh Kageyama. Namun lebih ditambah otot lengan yang terlihat cukup banyak dilatih.
Terushima Yuuji, kapten tim festival alias Johzenji telah berdiri di hadapannya.
"Ada apa memanggilku—Oh~ Siapa ini?"
Navira langsung memperkenalkan diri. "Ainamida Navira. Salam kenal. Saya asisten manajer dari Karasuno."
Mendengar itu, Terushima langsung teringat dengan semangat.
"Hoo~ Jadi kau dari Karasuno?! Wah, berarti kau tahu temanmu yang gadis cantik kacamata, tidak??"
Ia mengerjapkan mata. Apa yang dia maksud itu kakak kelasnya, Kiyoko?
"Kau pasti tahu, tak mungkin aku salah! Kalau boleh, aku minta nomor ponselnya, dong~" pinta Terushima dengan bujuk rayunya yang mumpuni, membuat Navira sedikit sungkan.
"Uhm—"
Sekejap kemudian, Hana melayangkan sebuah tamparan di belakang kepala sang kapten yang tengah membujuknya.
Navira yang melihat peristiwa itu hanya terbelalak diam, bungkam melihat perbuatan manajer tersebut.
"Maaf, ya. Dia selalu begini kalau ada gadis sekolah lain." Hana meminta maaf dengan senyum sungkannya sebelum melirik kesal pada Terushima yang mengelus kepalanya sendiri.
"Aduh... Sakitnya. Oi, Misaki-chan! Jangan memukulku keras, kenapa sih!?" protesnya tapi malah digalakki oleh Hana.
"Kau yang kegatelan jadi pantas dipukul, dasar kapten tak berguna! Ayo minta maaf!!"
Terushima mendecih dan meminta maaf sambil membungkuk pada Navira.
Ia mengangkat kepalanya. "Maafkan ketidak sopananku tadi. Tapi aku sungguh-sungguh ingin nomor si cantik it—Ughh!"
"Yang benar saja, woi!!" Hana memukul kepalanya lagi.
Apakah perlakuannya selalu seperti ini? Bahkan orang-orang melihatnya dengan wajar!
Lama kelamaan Navira bisa lelah batin.
"A-Ahh... Tidak apa, Terushima-san. Tapi saya tidak punya nomor kakak kelas saya, jadi saya minta maaf." jawabnya setengah berbohong.
Sekarang ia mengerti kenapa Noya dan Tanaka tak mau menyerahkan Kiyoko pada Terushima.
Bibirnya dimajukan, manyun tapi setelah itu ingat. "Kau dari Karasuno, jadi ada perlu apa datang ke sini?"
Hana menimpali. "Dia mencarimu."
"Sungguh?? Mau menembakku?" tebaknya senang.
Hana mendengus. "Bukan, bodoh! Dia ingin diskusi denganmu."
"Oh, oke. Ayo ke ruangan lain saja."
Sang manajer mengangguk dan menoleh pada Navira. "Ainamida-chan, mari kuantarkan ke ruang lain. Tak enak bicara di sini."
Navira mengangguk menurut pada keduanya yang menuntun jalan, memasukki ruangan kosong yang bisa dijadikan tempat untuk membahas hal tersebut.
.
.
.
.
.
"Hmm~ Jadi begitu... Menarik."
Navira menghela nafas sambil ditenangi oleh Hana ketika mendengar reaksi Terushima.
Mereka bertiga duduk di sofa sebuah ruangan pelatih biasanya ada, namun kebetulan pelatih mereka tengah dinas luar kota jadi mereka berlatih sendiri beberapa hari ke depan.
"Begitulah... Maafkan saya sudah merepotkan. Tapi saya harus melakukan ini dengan Terushima-san. Jadi kalau menolak, tidak ap—"
"Aku tidak menolak."
Sang gadis mengerjapkan kedua mata. Ia menatap Terushima yang sikapnya biasa saja.
"Hah?"
"Aku bilang, aku tidak menolak. Lagipula, kencan ini adalah tantangan, bukan? Aku suka yang namanya tantangan jadi aku akan menerimanya!"
Navira tak percaya. Dari sekian banyak kapten, orang ini paling cepat untuk setuju.
"Benarkah? Sungguh??"
Navira menatap tak percaya pada Terushima, lalu pada Hana yang tersenyum mengangguk padanya.
"Semoga berhasil. Terushima, jangan kegenitan!"
"Aku tidak genit! Aku tahu harga diri jadi takkan menyia-nyiakan kesempatan kencan ini." ucapnya bangga, membuat Hana memukulnya lagi di kepala karena kesal akan ucapan Terushima.
Sementara Navira sudah lega akan masalah kencan ke depan.
Terushima berdeham dan menyodorkan tangannya. "Mari kita lakukan dengan baik untuk tantangannya! Biar aku yang tentukan tempatnya sebagai permintaan maaf." Cengirannya cerah dan bersahabat, membuat Navira mengangguk dan tertawa kering sambil menyalami.
Perjanjian sudah dibuat.
Semoga saja tantangan kencan kali ini tidak membuatnya kelimpungan.
.
.
.
To Be Continued
===========================================================================
Here is another chapter! Johzenji Captain, Terushima Yuuji! 💛
See the date on the next chapter if you wanna see the fun ;)
Regards,
Author
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro