Chapter 10: Fifth Mission Date!
BGM for the Chapter: Kagamine Rin & Len - キミペディア (Kimipedia)
.
.
.
Saat yang ditunggu telah tiba. Navira sudah bersiap dengan pakaian santainya.
Rambut dikuncir seperti biasa, atasan biru muda lembut yang ditambah dengan unsur frill dan off-shoulder, jeans sepertiga berwarna coklat krem, dan flat shoes putih bernuansa santai. Tak lupa bersama tas selempang warna hitam, dirinya siap untuk melakukan tantangan kencan hari ini.
Ia sudah tak terlalu takut lagi akan tantangan kencan ini dan mulai membiasakan diri agar tak gugup. Navira juga tak mengira kalau dirinya sudah setengah jalan menyelesaikan tantangan dan menyelesaikannya.
Saat ini Navira tengah menuju depan sebuah pusat perbelanjaan sebagai titik pusat bertemu, dan lumayan ramai jika di akhir pekan.
Gadis tersebut melihat yang bersangkutan tengah menatap ponselnya dengan pakaian santai luar yang lengkap dibalut jaket modis.
"Futakuchi-san!"
Sahutannya membuat yang terpanggil menoleh dan mengangguk singkat, menyarungkan ponselnya ke jaket.
"Maaf kalau lama. Kau harusnya menelponku kalau sudah sampai." ujar Navira sambil menghampiri dengan cepat.
"Tak apa, lagipula aku baru sampai di sini jadi tak masalah. Mari kita pergi sekarang."
Mendengar itu, Navira tertegun. "Tunggu. Kita mau kemana?"
Futakuchi menatapnya sambil tersenyum.
"Nanti juga tahu, kok. Kau pasti suka."
Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah hanya dengan menurut saat ini.
.
.
.
Navira takkan menyesal karena sudah ikut ke tempat tujuan yang diambil oleh Futakuchi.
Mereka sekarang duduk di sebuah kafé dan ditemani oleh berbagai jenis kucing yang berkeliaran di sekitar keduanya.
Suasana di dalam terlihat nyaman dan kasual. Banyak kucing dengan berbagai ras menemani para pelanggan yang menikmati kudapan, tak terkecuali dua orang tersebut.
Mereka berdua melakukan beberapa pose di foto bersama kucing-kucing dan pesanan di meja makan, sebagai bukti kalau telah melakukan tantangan untuk dikirim pada Arisa.
Navira menyimpan ponselnya, lalu memperhatikan Futakuchi yang tengah memakan Onion Bagel. Sambil mengelus kepala Black Persian yang ada di pangkuannya, sang gadis Karasuno bertanya, "Bagaimana kau bisa menemukan tempat ini? Aku tak tahu kalau di daerah Miyagi ada kafé kucing."
Futakuchi menegakkan tubuh. Ia menelan makanannya sebelum menjawab, "Brosurnya kudapat dari teman sekelasku yang suka jalan-jalan. Dia menawarkan beberapa anak termasuk aku, dan tempat ini baru dibuka jadi mungkin kupikir kita bisa melakukannya di sini."
Navira terdiam sejenak. Ternyata Futakuchi memikirkan tempat yang cocok. Dirinya sempat berpikir kalau dia dan pemuda tersebut takkan bisa menikmati kencan karena terasa sekali mereka berdua masih di fase canggung.
Tapi ternyata... meski sikapnya begitu, namun Futakuchi masih memikirkan tempat yang cocok agar mereka bisa melaksanakan tantangan kencan tersebut.
Ia akui, langkah seperti ini dapat membuat hati seseorang berdesir, apalagi jika gadis itu mudah terbawa perasaan. Mereka akan menganggap kalau Futakuchi berusaha demi sang gadis, padahal sebenarnya demi keduanya agar bisa melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
Disengaja mau pun tidak.
Talk about a guy who is just being nice generally.
Diangkatnya segelas Blue Lemonade dan meminumnya. "Kalau begitu, mungkin ini sudah tempat yang tepat. Lagipula, aku suka kucing. Mereka lucu."
Dielus lagi kucing yang ada di pangkuannya sendiri sambil tersenyum senang, lalu menatap pada pemuda tersebut.
Futakuchi menopang dagunya sambil memperhatikan beberapa anak kucing yang bermain dekat kakinya.
"Maaf, aku tak ada banyak hal yang bisa diceritakan. Kalau ini bukan tantangan, mungkin ini adalah kencan pertamaku dengan seorang gadis sepertimu."
Pertama? Ah, bisa dimengerti. Turnamen dan voli sekolah mereka memang salah satu yang mumpuni di bilang keunggulannya. Jadi wajar kalau mereka yang serius di bidang itu tak banyak tahu soal hal seperti ini.
Navira terkekeh, mengangguk kecil. "Tak apa. Lagipula aku melakukan ini karena hukuman, dan ini demi harga diriku juga klub voli. Aku tak boleh membuat malu para kakak kelas."
"Mungkin aku tak pantas mengatakannya, tapi kuakui kau punya harga diri yang tinggi." ceplos Futakuchi mengalihkan pandangannya pada Navira, yang disambut senyuman tipis.
"Apakah itu buruk?"
Futakuchi menggeleng singkat. "Bagus kalau tinggi, jadi kau bisa menghargai dirimu sendiri."
Ia tertawa mendengar ujaran tersebut. "Mungkin aku terlihat sedikit arogan dan pemaksa karena meminta Futakuchi-san menemaniku. Aku tahu ini sebagai ganti karena luka di kepala akibat bolamu, tapi aku hanya ingin kita bisa lakukan ini dengan lancar. Itu saja. Tak lebih."
Senyuman ia sunggingkan, membuat pemuda Datekou tersebut hanya diam menatapnya.
"Kau... Tipe orang sepertimu, walau aku menolak meski tak mengenai bola di kepalamu, maka kau pasti akan meyakinkanku sampai mau. Benar?"
Navira mengangguk dengan gampangnya. "Ya. Harus, dong!"
Kepala batu sekali ternyata. Memang salahnya karena bola kemarin, jadi makanya ia menerimanya. Tapi Futakuchi tak menyangka jawabannya akan jadi seperti itu.
"Lalu, setelah ini akan mengencani siapa lagi?" Ia sedikit penasaran soal misi gadis tersebut.
Navira berpikir sambil memutar sedotan besi di gelasnya. "Hmm... Kalau tidak salah, habis ini aku akan meminta tolong pada kapten Johzenji dan Shiratorizawa-"
Futakuchi terkejut. "Shiratorizawa?! Serius? Tunggu. Kau sudah berapa kali melakukan ini??"
"Sudah empat kali, termasuk Futakuchi-san. Jadi ini yang kelima kali." Navira menghitung dengan jari.
Bukan main. Tantangannya memang sudah dijelaskan, tapi untuk mengajak dan membujuk seluruh kapten yang ditargeti memang hal yang tak main-main. Keberanian dan kenekatan anak ini cukup membuatnya sedikit terkesan.
"Pasti berat sekali, ya. Bagaimana menurutmu soal mereka-empat kapten yang kau temui kemarin?"
Navira terdiam sejenak, mengerjapkan mata.
"Futakuchi-san, kau penasaran sekali, ya? Tak kusangka kau orangnya kepoan juga."
Hal itu membuat sang pemuda menyanggah cepat, "Jangan salah sangka. Aku hanya mau tahu pendapatmu saja sebagai orang yang melakukan tantangan bersama mereka. Itu saja! Tak lebih."
Kenapa Navira merasa kalau Futakuchi jadi sedikit aneh? Ah, sudahlah. Biarkan. Dia juga berhak tahu soal informasi ini.
Dirinya berpikir lagi, tatapan menerawang di jus Blue Lemonade ketika menjelaskannya. "Hmm... mereka orang yang bisa diandalkan."
"Aku bertanya soal pendapatmu sebagai perempuan yang berkencan, bukan adik kelas."
"Ya, itu tadi kukatakan!"
Ia melanjutkan lagi, "Daichi-senpai baik sekali padaku walau awalnya kami sangat canggung pergi bersama... Oikawa-san juga asyik diajak curhat meski jahilnya menyebalkan... Kuroo-san membuat kencan jadi edukatif tapi aku tak suka dia mengebut di jalanan... Bokuto-san, dia sedikit eksentrik tapi dirinya perhatian di hal-hal kecil."
Navira menyunggingkan senyuman senang di mata serta bibir. "Intinya, kencan bersama mereka sangat menyenangkan dan unik! Aku tak menyesal karena dapat tantangan itu, karena kami bersenang-senang saat melakukannya!"
Mendengar itu, Futakuchi hanya menatapnya dengan muka setengah biasa dan seriusnya.
"Lalu, bagaimana denganku?"
Di saat itu juga, Navira mendongak terdiam mendengar ujarannya. Ekspresinya membeku.
"Hah?"
Futakuchi duduk tegak, masih dengan muka yang sama seperti deskripsi diatas.
"Bagaimana pendapatmu, kencan denganku sekarang?"
Tunggu, tunggu, tunggu!
Dia sedikit tak mengerti.
Maksudnya???
"Saat ini? Kencan ini juga menyenangkan. Kita ada di tempat yang nyaman, dan suasanya tidak canggu-"
"Maksudku adalah, bagaimana pendapatmu di kencan ini, bersamaku, di sini dan saat ini." potong Futakuchi menahan diri agar tak membesarkan volume suaranya.
Aduh, orang ini bertanya dengan berbelit-belit! Pikirkan, Navira. Bagaimana meresponnya! Kenapa jadi sulit begini?!
Navira sedikit berpikir serius, tangannya di dagu sendiri. "Hmm... Bukannya sudah jelas? Kita berdua tidak canggung dan bisa melewatinya dengan lancar. Lagipula, Futakuchi-san berusaha keras mendapatkan tempat bagus seperti ini."
Senyuman polos senang ia sunggingkan karena mendapatkan jawabannya, puas.
"Jadi intinya, aku menikmatinya kalau Futakuchi-san juga merasakan hal yang sama!"
Melihat itu, sang pemuda terdiam di tempat ketika melihat senyuman terhias di bibirnya.
Lalu akhirnya Futakuchi mengerti.
Ah, anak ini ternyata tipe yang seperti itu.
Futakuchi meminum Kiwi Ade miliknya dan menghela nafas. "Begitukah, sederhana sekali."
"Hei, maksudnya apa itu? Itu memang jawaban yang kupunya! Futakuchi-san saja yang buat ribet."
Oh, dia merengut seperti marmut.
...
Untuk kali ini ya sudahlah, Futakuchi biarkan dirinya sedikit puas untuk tes kali ini.
Dia biarkan topiknya mengambang di udara tanpa kelanjutan.
Navira menyeletuk dengan entengnya, "Lagipula, umur kita berdua sebaya tapi bicaramu seperti kakek-kakek yang sok misterius."
"Maksudmu aku kelihatan tua, begitu?" Futakuchi menyipitkan mata, sedikit tak terima.
"Mungkin saja. Aku tak bilang begitu, lho, ya~" Navira mengalihkan lirikan dan memperhatikan kucing saja.
Sang pemuda menatapnya tajam. "Hei... Meski kita sebaya tapi jabatan ekskul berbeda, lho. Kau beruntung bisa berkencan denganku. Begini-begini aku populer dan banyak yang suka padaku."
"Iya, iya, hamba percaya, Kapten Datekou. Populer, pintar, dan digilai oleh para gadis. Saya sudah tahu meski beda sekolah dengan anda. Ya, kan?? Ya, kan~ Manisnya~" Sang gadis masih bermain dengan kucing Anggora kecil yang memanjat di pangkuannya sambil menjawab ke Futakuchi.
Perempatan di dahi pemuda tersebut timbul saat mendengar responnya.
"Tidak menatap lawan bicara saat bercakap itu tak sopan, lho."
Anak ini... Memancingnya untuk marah, ya?
Futakuchi menghabiskan bagelnya dan untuk meredakan amarah dan kedutan di matanya. Haduh, sabar, sabar.
"Aku sudah tahu itu."
Pemuda itu mendongak sambil menelan makanannya sementara Navira menyahut dengan lanjutan yang membuatnya terdiam bagai patung di museum.
Navira menatapnya dengan senyuman yang amat manis. "Aku sudah tahu akan hal itu. Maka dari itu... terima kasih, Futakuchi-san!"
Dirinya hanya bisa begitu dengan muka tertegun, bagaikan melihat sesuatu yang langka.
Hingga suara cegukan mengganggu keheningan mereka.
Sialnya, itu datang dari Futakuchi.
"A-Ah! Kau tak apa??" Navira sedikit terperanjat ketika melihat Futakuchi tetiba langsung cegukan.
"Aku tak ap-Hiccup! Ini bukan-Hiccup! Ugh..." Ia jadi susah berucap.
"M-Minum air! Permisi, tolong!"
Akhirnya, kencan tantangan tersebut harus berhenti karena dipenuhi oleh suara cegukan pemuda Datekou, yang harus minum air untuk meredakannya-berkat seorang gadis Karasuno.
.
.
.
"Ah, aku kenyang~"
Navira berjalan di trotoar bersama Futakuchi yang ada di sampingnya.
Sepulang dari kafé kucing, mereka berdua jajan taiyaki rasa matcha yang melengkapi hari menjadi lebih baik.
Futakuchi menyeletuk dengan seringai nakal, "Kalau makan banyak nanti bisa kendor lho, perutmu kecil begitu."
"Perutku ini perut karet, jadi aku takkan gemuk!" belanya untuk diri sendiri.
Tawa renyah Futakuchi mengudara dan keduanya memakan habis jajanan tersebut sebelum membuang bungkusannya di tempat sampah.
Situasi kota Miyagi masih sama asrinya ketika kedua siswa tersebut berbincang ringan sambil menelurusi jalan pedestrian. Mereka berbicara mengenai voli, hobi, dan hal lainnya hingga tak terasa bahwa tiba saatnya untuk berpisah di persimpangan jalan.
"Sekali lagi terima kasih. Berkatmu, tantangan kencannya jadi lancar." ucap Navira yang dibalas ringan oleh lawan bicara.
"Bukan masalah. Lagipula ini juga sebagai bayaranku karena bola waktu itu. Jadi kita impas, 'kan?"
Ia mengangguk dan hendak berbalik. "Kalau begitu aku pergi dulu, Futaku-"
"...Kenji."
Navira menoleh padanya, bingung.
"Eh?"
Futakuchi menyingsingkan kedua tangan di kantong celananya.
"Kenji. Itu nama kecilku."
"...Iya, aku tahu itu. Lalu kenapa-"
"Kau bisa panggil aku dengan nama itu. Tambahkan hal itu dalam daftar, jadi kita benar-benar impas."
Ia terdiam memikirkan perkataannya.
Menggunakan nama kecil, berarti...
Futakuchi menyunggingkan senyuman tipis. "Jika bertemu dengan sebaya meski beda setahun, harusnya memanggil dengan nama kecil, bukan, Navira?"
Sang gadis tertegun sebelum melayangkan senyuman dan anggukan mantap yang riang. "Uhn! Kenji-kun!"
Navira yakin, Futakuchi dan dia bisa berteman dengan baik ke depannya jika bertemu lagi dan hang out bersama.
Keduanya cukup puas, dan akhirnya mengucapkan salam pisah sebelum berjalan untuk beristirahat di rumah masing-masing.
Di senja kala itu, sang tokoh utama menambah kenalan satu lagi.
Tapi kali ini, dirinya mendapatkan kenalan sebaya yang dapat diajak bergaul akrab.
.
.
.
To Be Continued
===========================================================================
Quick notes:
I decided to update all of the chapters double chaps until the end so I can pay my loans for this fanfiction. Happy now?
Btw there will be the author notes at the end of last chapter of this book which is epilogue, so please read all of the dates to see the various theme and what the charas are doing during the date!
As always, thanks for reading and the support! Don't forget to vote and comment!
Regards,
Author 💚
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro