
Chapter 1: The 'Mr.' Captain
BGM for the Chapter:
Super Junior - 좋은 사람 (Good Person)
.
.
.
Hah. Yang benar saja.
Beberapa hari setelah deklarasi abal tersebut—hari Senin setelah jam sekolah usai, sang protagonis tengah gundah gulana serta bengong sambil berjalan sepulang sekolah menuju gymnasium. Di tangannya terdapat secarik kertas bertuliskan daftar kapten-kapten yang akan ia kencani—karena pernah menjumpai mereka dan ditulis oleh temannya setelah dapat banyak informasi dari banyak sumber rahasia.
Yah, habis ini semua berakhir, dia akan balas dendam pada Arisa karena tantangan kekalahan persetan nyeleneh satu ini. Dia juga sudah kalah dari Arisa untuk pertama kalinya saat melakukan permainan Mahjong, dan tak bisa disangka Navira kalah darinya pada pion angka terakhir.
Sungguh bodoh, kalau dia tahu akan kalah, mestinya dia tidak ikut bermain dan tidak akan melakukan hal memalukan begini!
"Bodoh, Navira bodoh... Kau terjebak di mulut buaya Arisa. Sial..." gerutunya sambil menepuk dahi dengan penyesalan diri.
Kedua mata berwarna hijau giok tersebut menatap lemas dan pasrah kertas catatan tersebut.
.
DAFTAR KAPTEN UNTUK KENCAN
1. Sawamura Daichi
2. Oikawa Tooru
3. Kuroo Tetsurou
4. Bokuto Koutarou
5. Futakuchi Kenji
6. Terushima Yuuji
7. Ushijima Wakatoshi
.
Navira menatap lurus ke depan—memasang muka pokerface a la Tanaka dan Nishinoya sang kakak kelasnya.
Baiklah, ini takkan mudah. Tak mungkin ia akan dapatkan orang-orang hebat ini untuk berkencan, apalagi masa dia harus blak-blakan untuk soal ini? Pasti nanti Navira bakalan dibilang wanita murahan.
Ya, tak mungkin gadis itu akan melakukan hal serendah itu.
"Hhh... Aku harus apa, bagaimana caranya ya... Cara yang tidak membuatku malu dan mereka juga menerima ajakan ini. Argh, Arisa sialan—membuat tantangan begini..." gerutunya kesal dengan suara pelan sambil menunduk.
Tidak, dia tidak boleh kalah. Bisa turun harga dirinya nanti kalau dibilang pengecut.
Di saat ia berada di belokan koridor bawah, lengannya tak sengaja tersenggol dengan seseorang—menyebabkan dirinya sedikit mundur, dan tanpa sadar genggamannya terlepas dari kertas yang akhirnya jatuh di lantai.
"Oh, maaf—!"
Ucapannya terhenti saat mendongak untuk mengetahui siapa yang ia telah tabrak. Seorang pemuda bertubuh tinggi, berambut hitam cepak rapi, dengan sepasang mata berwarna coklat susu.
Navira sontak refleks mengumpat dalam hati.
Seseorang tersebut ialah Sawamura Daichi—sang kapten klub voli Karasuno, sang defender senior kelas 3. Dialah salah satu pilar terkuat di tim voli mereka yang mulai bangkit.
Terlihat Sawamura tersenyum ramah padanya. "Tak masalah. Justru aku yang minta maaf, Ainamida-san. Aku sedang cepat-cepat mau ke tempat latihan."
Navira menatap Sawamura yang menunduk dan mencoba mengambil kertas yang berada pas di depan kakinya, membuat sang adik kelas mencoba untuk merebut kertas sialan itu.
Tapi terlambat.
Sang kakak kelas telah mengambil kertas tersebut terlebih dahulu dan berdiri kembali, membacanya sekilas secara tak sengaja—dan juga penasaran. Bisa dilihat ekspresinya sedikit kaget dari kedua matanya yang menelusuri setiap tulisan di kertas catatan.
"Uhm, maafkan aku, Ainamida-san—tapi... bisa tolong jelaskan apa ini?" tanyanya dengan sungkan dan canggung, sedikit berpeluh.
Hei, siapa yang tidak canggung kalau di hadapanmu ada seseorang yang memegang kertas bertuliskan namamu dalam daftar aneh begitu?
Navira sudah tak tahu harus berbohong atau mengelak lagi di hadapan orang satu ini.
Gadis tersebut menghela nafas panjang untuk menenangkan diri sebelum berucap, "Maafkan aku, Daichi-senpai... Sepertinya mau tak mau, kau harus tahu akan soal ini."
Akhirnya, Navira menjelaskan semua bagaimana awalnya kepada Sawamura.
.
.
.
.
.
"Hoo... Ternyata begitu ya..." ujarnya sambil melipatkan kedua tangannya, mendengarkan penjelasan dari sang junior.
Navira menghela napas lelah. "Begitulah, senpai. Aku minta maaf karena harus melakukannya dengan kalian... Tapi aku tidak terima kalau aku dibilang pengecut—apalagi aku tak mau harga diriku diinjak. Aku juga kalah dari permainan itu... Maka aku harus menerima dan menjalankan hukumannya." tambahnya sambil mencoba memotivasi diri sendiri.
Mendengar penyataan sang gadis, Sawamura tertegun sejenak dan menjepit dagunya dengan telunjuk dan ibu jari—pose berpikir sambil menengok ke langit-langit koridor.
"Hanya perlu, ya..."
Pemuda tersebut menaruh tangannya untuk menepuk pundak Navira sambil menatap dengan senyum tipis.
"Aku bangga padamu. Itu mungkin tantangan yang aneh, tapi seorang anggota klub voli tak boleh takut dan harus berani memperjuangkan harga dirinya. Walau kau kalah, tapi kau tetap melaksanakan hukumannya. Aku yakin kau bisa."
Navira tertegun akan perkataannya dan mengangguk puas. "Iya, senpai!"
Sang senior menarik kembali tangannya sendiri ke sisinya dan bertanya, "Jadi, sampai kapan kau akan melakukan tantangan ini?"
"Hmm... temanku tidak memberi batas waktu sih..." balasnya.
Sawamura mengangguk-angguk kecil. "Baiklah.. Mungkin pepatah 'lebih cepat, lebih baik' berlaku untuk situasi ini, Ainamida-san."
Navira mendongak sambil memandang bingung. "Uhm... apa maksudnya, Daichi-senpai?"
Pemuda berambut cepak itu tersenyum lagi. "Maksudku adalah; kalau kau melakukannya secepat mungkin, pasti akan selesai lebih cepat—apalagi aku juga terlibat dalam hal ini. Maka dari itu, aku akan membantumu menyelesaikan tantangan ini. Bagaimana?"
Navira terperangah sejenak. Tidak mungkin... Sawamura Daichi—kapten timnya, menawarkan bantuan dan bersedia membantunya?
"...Ini pasti mimpi. Bisa tolong cubit aku, Daichi-senpai?" ujarnya masih dengan wajah bengong kaget dan menyodorkan punggung tangannya pada yang bersangkutan.
Sawamura tertawa renyah saat mendengar respon adik kelas sekaligus asisten manajer di klubnya tersebut. Kertasnya pun ia kembalikan pada pemiliknya dan mengacak-acak pelan puncak kepala Navira.
"Hari ini kan Jum'at, jadi besok libur dan tidak ada latihan tambahan. Kita akan lakukan tantangan ini. Tunggu aku di depan gerbang sekolah jam sepuluh pagi." ujarnya pada Navira yang menerima kembali kertas tersebut sambil mengangguk pelan kepada Sawamura.
Senior kelas tiga tersebut melemparkan senyum puas dan mulai berbalik. "Mari kita pergi. Yang lain pasti sudah menunggu di tempat latihan."
"Ba-baik!" Navira tersadar dari lamunannya sebelum berjalan mengikuti sang kapten.
Dia masih tak percaya akan melakukannya. Ini demi harga dirinya—dan dia harus melakukannya.
Semoga saja tidak ada yang melihat kami melakukan ini dan diketahui orang lain, pikir Navira sambil mengikuti Sawamura sebelum masuk ke gymnasium tempat latihan mereka.
Mungkin dia akan sedikit bersiap diri—
Karena besok adalah pelaksanaan tantangan pertama, sekaligus kencan pertama dalam tantangan abal tersebut.
Tolong do'akan Navira semoga sukses.
.
.
.
To Be Continued
===========================================================================
Omfg I am soooooo tired and really had no idea lmao
I really need some coke rn for make me still sane XD
The next chapter will be the first date of the mission. Lets hope that they will be alright.
Not.
Jk jk sorry lol
So whatcha guys think about it? Please give the vomments and tell me what you think about the story☆
Okay now, bye~~~
Regards,
Author♧
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro