Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

26

by sirhayani

part of  zhkansas

...

Aku tidak akan pernah percaya dengan omongan Kak Lio kemarin.

Tapi..., bgaimana, ya? Masalahnya tentang Kak Lio adalah seorang gay kudengar langsung dari pengakuan Kak Lio. Dia pasti sengaja. Untuk apa dia mengaku-ngaku di depanku. Pada 'seseorang yang baru dia temui sekali?'.

Dia juga pengguna jasa makhluk itu? Bagaimana dia menggunakan jasa makhluk itu? Kak Lio meninggal bertahun-tahun sebelum aku menggunakan jasa Holtyum jadi rasanya mustahil Kak Lio menggunakannya.

"Gue janji nggak bakalan gosipin sesama cewek lagi, tapi soal berhenti gosipin cowok gue nggak bisa!" seru Sherly yang entah sejak kapan menarik bangku milik siswi lain dan mulai bergosip dengan Ara, Reva, dan Tiffany. "Pada baca di grup sekolah, kan? Ada rumor salah satu kakak kelas yang suka sesama jenis!"

Aku juga membacanya. Mereka sedang membicarakan Kak Lio.

"Iya, denger," balas Ara dengan lemas. Sejak pagi tadi dia memang tak pernah tersenyum. "Kakak kelas itu sepupu gue sekaligus cinta pertama gue."

Ketiga cewek yang sejak tadi serius mendengarkan tiba-tiba melotot. Aku sudah tidak kaget lagi karena di kehidupan sebelumnya, Ara memang suka pada Kak Lio meskipun mereka satu nenek.

"Tapi gue nggak percaya!" seru Ara tiba-tiba. "Kok ada rumor kayak gitu, sih? Selama ini Kak Lio memang nggak pernah dekat sama cewek, tapi bukan berarti dia gay!"

Sherly memajukan tubuhnya untuk lebih mendekat. "Bukannya foto ciumannya dengan cowok kesebar?"

"NGGAK MUNGKIN!" Aku berteriak menutupi suara Ara yang juga histeris dengan ucapan yang sama denganku di kelas ini.

Saking kerasnya, keempat cewek di dekatku ini, termasuk Ara, langsung menatapku dengan mata melotot.

"Dar...?" Ara menatapku dengan tatapan bertanya-tanya. "Apa lo suka Kak Lio juga?"

Aku memalingkan wajah, lalu bertopang dagu seolah tak terjadi apa-apa.

"Jadi.., beneran lo suka Kak Lio juga?" Ara memegang kedua bahuku dan menggoyangkannya dengan semangat. "Karena Kak Lio sepupu gue dan di keluarga gue nggak mungkin ngedukung pernikahan sepupu dekat, gue bakalan lupain Kak Lio demi lo!"

Ini tidak buruk juga.

"Iya, gue suka sama Kak Lio," kataku.

Ara sampai menutup mulutnya dengan tatapan penuh antusias. Sepertinya, dia tidak benar-benar menyukai Kak Lio....

"Dan lo!" Ara menunjuk wajah Sherly. "Nggak ada bukti Kak Lio ciuman sama cowok! Kalau ada, mana? Kirimin gue sekarang!"

"Belum gue dapat!" seru Sherly tak kalah semangatnya. "Rumor itu nggak mungkin ada kalau memang nggak ada!"

Sherly.... Hah. Dia mulai lagi. Katanya tak akan menggosipi orang lain lagi, tetapi dia memberi pengecualian untuk laki-laki.

"Sekali ada rumor tentang gay, berarti rumor itu bukan sekadar rumor. Bahkan di dunia artis aja ada banyak penyuka sesama jenis dan netizen se-Indonesia udah tahu itu!"

"Ngeri banget dunia sekarang." Tiffany menaruh pipinya di atas lengannya di meja. "Kenapa sih yang ganteng harus jadi milik si ganteng?"

"Gue bilang kan nggak bener!" seru Ara menggebu-gebu.

Kusangga kedua pipiku dengan kedua tangan sambil menghela napas panjang. Kak Lio juga merokok di depan mataku. Apa perbedaan ini karena Kak Lio terjerumus dalam pergaulan teman-temannya selama beberapa bulan ini? Ah, aku tidak percaya Kak Lio terjerumus segampang itu. Dia terbatuk saat merokok, seperti seorang pemula. Meskipun itu bisa saja adalah butterfly effect, tapi semua benar-benar drastis.

Apa Kak Lio juga mengingat kehidupan sebelum mengulang waktu dan berniat untuk mengubah keadaan karena tak ingin kembali mengulangi kesalahan yang sama? Dia sengaja membuatku ilfeel padanya karena dia tahu bahwa aku tidak suka cowok perokok.

Kalau memang begitu, kenapa dia memilih menghindar? Kenapa tidak mendekat saja dan lebih berhati-hati lagi dalam memulai hubungan?

Apakah Kak Lio tidak merindukanku?

Tapi, sekali lagi, bukankah Kak Lio meninggal jauh sebelum aku bertemu makhluk Itu?

ARGH!

Bagaimana sebenarnya dunia kami berjalan? Apa yang aku alami sekarang bukan halusinasi karena depresi, kan? Lama-lama ini membuatku benar-benar depresi. Andai saja tak ada aturan Holtyum, sudah sejak awal aku memberitahukan Kak Lio tentang segala hal yang aku alami tanpa kututup-tutupi sedikitpun. Apa yang terjadi jika aku tidak menaati aturan itu? Aku kembali ke masa sebelumnya dan tak akan bisa lagi bertemu Kak Lio?

Kepalaku sudah hampir pecah karena berpikir terlalu berlebihan.

Aku melirik keempat cewek di sampingku ini yang berisik. Mereka sedang mengerumuni Ara yang sedang menulis sesuatu sambil menjilat sudut bibirnya seolah-olah apa yang ada di depannya adalah santapan lezat.

"Selesai." Ara menatapku sambil mengangkat sebuah kertas berisi tulisan. "Tugas kita ke depannya adalah membuat image Kak Lio bersih dari rumor nggak masuk akal. Caranya adalah Dara harus menarik perhatian Kak Lio!"

Itu tujuanku sejak awal. Di balik kesulitan karena perubahan alur kehidupan, ternyata ada kemudahan seperti ini.

Aku tersenyum lebar menatap Ara. "Gue setuju. Bantu gue supaya dekat dengan Kak Lio, yaaa?"

***

"Lo harus senyum kayak tadi supaya Kak Lio ikut jatuh cinta kayak gue," kata Ara sambil memakaikan maskara di bulu mataku.

"What? Lo jatuh cinta ke Dara?"

"Ini namanya maskara. Lo pasti nggak tahu, ya, kan?"

Tiffany dan Ara baru saja bersamaan bicara, lalu Ara mengangguk setelah mengatakan kalimatnya itu.

"Andaikan gue terlahir sebagai cowok, gue pasti udah nembak lo. Gue masih waras karena sadar kodrat. Jadi, Dar, gue udah anggap lo sebagai sahabat sehidup semati gue."

"Ara memang lebay kalau ngomong," kata Reva yang sedang bertopang dagu, menonton wajahku yang dirias oleh Ara.

Ara mengeluarkan lip tint dari tas kecilnya. "Bibir lo harus pakai sesuatu yang merah dikit biar segar dan Kak Lio langsung jatuh cinta."

"Heiii, dari tadi lo pakaiin Dara yang aneh-aneh. Nanti Dara masuk BK gimana?" protes Tiffany.

"Gue yang tanggung jawab. Lagian ini namanya lip tint. Bukan lip stick. Jadi, lebih ringan."

"Lagian kenapa lo masih bawa make up ke sekolah, sih? Lupa dihukum waktu MOS sama kakak panitia cewek?"

Aku juga sempat ingin membuat wajahku semenor mungkin dan muncul di hadapan Kak Lio, demi melihat reaksi kagetnya. Namun, aku tidak mau membuat Ara kecewa. Anak ini sudah mengeluarkan segala upayanya.

Aku sudah mengambil kesimpulan yang paling dekat, yaitu Kak Lio memang mengingat kehidupan sebelumnya. Hanya itu yang dapat aku simpulkan. Mau Kak Lio pengguna jasa makhluk itu atau bukan, yang terpenting dan perlu aku garis bawahi adalah Kak Lio mengingat semuanya.

Untuk perubahan pada orang lain, masuk akal bahwa yang terjadi adalah karena efek kupu-kupu. Namun, aku tidak yakin bahwa perubahan dari Kak Lio juga adalah karena teori efek kupu-kupu. Ada banyak hal mengganjal. Dari nomor kontak Kak Lio yang tidak bisa aku hubungi sejak berbulan-bulan lalu sampai kemarin aku menghubunginya lagi—padahal aku ingat jelas Kak Lio pernah mengatakan bahwa nomor itu sudah ada sejak dia SMP dan tak pernah dia ganti—sampai dari bagaimana Kak Lio merokok di depanku dan membuatnya terbatuk-batuk karena pemula.

"Hm, kecilin baju lo kayaknya bagus," kata Ara yang langsung mendapatkan pukulan di lengannya oleh Reva.

"Lo kenapa mau ngebuat Dara jadi siswi yang nggak bener?"

"Demi menarik perhatian Kak Lio, lah."

Sherly lalu berujar. "Mau lo buat semenarik apa pun, kalau Kak Lio nggak bakalan tertarik sama cewek ya mau gimana lagi?"

"Kenapa sih lo masih aja berpatokan sama rumor yang nggak bener itu?" tanya Tiffany kepada Sherly. "Balik ke kelas lo sana. Jangan ikut-ikut kami. Dasar cewek nggak tahu malu."

Sherly cengengesan sambil menyenggol pinggul Tiffany. "Cie, marah."

"Lo tuh nggak diajak!"

Mereka anak-anak yang ekspresif, ya. Apa mereka tidak lelah terus berbicara dengan suara keras begitu saat berbicara sejak tadi?

"Kita udah terlalu banyak makan waktu istirahat. Nanti keburu bel dan Dara belum beraksi," kata Reva, lalu menghela napas panjang.

"Dikit lagi." Ara berdiri dari bangku, lalu meraih tanganku dan menuntunku keluar dari kelas. "Ayo. Sekarang!"

Aku tak tahu ke mana Ara akan membawaku pergi. Dia memiliki rencana sendiri dan tak mengatakan rencananya kepada Reva maupun Tiffany. Apalagi kepada Sherly yang ikut-ikutan sejak tadi.

Sampai akhirnya, Ara berhenti di depan ruang musik.

"Kak Lio sendirian di dalam sana," bisik Ara. "Tadi gue berusaha chat dia sampai spam. Akhirnya dia bilang lagi di ruang musik. Sendirian pula."

Ara mendorong punggungku.

"Sebenarnya, gue bisa aja ngasih lo kontak Kak Lio," bisik Ara lagi. "Tapi gue pengin lo dikasih langsung sama Kak Lio. Pertemuan kalian harus alami. Bilang aja lo nyasar."

Ara lalu berlari dan mengajak yang lain ikut dengannya. Suara sepatu mereka saling bersahutan, mengisi koridor bagian ini yang cukup sepi. Aku menatap ruangan itu dengan jantung berdegup kencang. Sial. Aku masih saja merasa sedih padahal aku sudah bisa dengan bebas melihat Kak Lio secara nyata. Apa ini karena pada akhirnya aku tak bisa menemukan jawaban tentang alasan Kak Lio meninggalkanku waktu itu karena tak mungkin bertanya padanya? Ck. Segala tebakan, perasaan, semuanya benar-benar membuatku nyaris gila.

Terkadang aku benci pada diriku yang terlalu banyak berpikir hingga menimbulkan pikiran berlebihan yang sia-sia.

Aku menarik kenop dan langsung bertatapan dengan Kak Lio yang sedang setengah berbaring di sebuah sofa sambil memangku sebuah gitar yang sudah lama tidak aku lihat.

"Adik kelas yang kemarin...." Jemarinya bergerak sekali pada senar, mengeluarkan suara di nada D.

Aku membisu. Dia menaruh gitarnya, lalu berdiri dan berjalan mendekat ke arahku. Semakin dekat posisinya, jantungku semakin tak bisa tenang. Apalagi saat dia menunduk dan menyejajarkan pandangan di antara kami dan menatap mataku lekat-lekat.

GLEK.

Suaraku saat menelan ludah pasti terdengar oleh Kak Lio. Sebelah sudut bibir Kak Lio tertarik ke atas, memancarkan pesonanya yang lebih gila lagi.

Jiwaku adalah wanita dewasa yang berada di tubuh remajaku. Sementara Kak Lio saat ini tentu saja jiwa dan raganya adalah remaja laki-laki SMA berumur 16 tahun—ah, jiwanya bukan 16 tahun, tetapi 20 tahun.

Namun bagaimanapun, saat ini, Kak Lio secara raga hanyalah bocah laki-laki SMA yang menggemaskan.

*** 


 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro