12
by sirhayani
part of zhkansas
...
Ketika kami tiba di kosan Kak Lio, Kak Lio langsung mengatakan alasan mengapa Kak Abel ada di kamarnya. Katanya, Kak Abel tiba-tiba datang dan ingin menggunakan printer milik Kak Lio karena banyak yang ingin Kak Abel cetak sementara printer Kak Abel rusak.
Perkataan Kak Lio bisa aku percaya, terlihat dari beberapa kertas salah cetak yang menumpuk di samping printer.
Namun, hal yang paling penting adalah mereka berdua tadi ada di sini dan aku cemburu.
"Kenapa Kak Lio ada di sini? Jam segini?" tanyaku pada Kak Lio yang berdiri di hadapanku. "Bukannya Kak Lio ekskul?"
"Hari ini nggak. Semalam gue nggak bisa tidur. Jadi, gue izin nggak ikut latihan."
"Latihan apa?"
"Maksud gue ekskul." Kak Lio mengusap pipiku. Ah, ada air mata yang sudah mengering di sana. "Sekarang, semua sudah jelas, kan?"
Aku berpaling, tak mau menatap Kak Lio lebih lama. Meski aku percaya Kak Lio, fakta bahwa mereka berduaan di sini dan Kak Lio bahkan bisa tidur nyenyak disaat ada cewek yang sedang beraktivitas di dekatnya. Mereka sudah sedekat apa?
Tentu saja mereka lebih dekat karena sudah saling kenal lebih dulu dibanding aku....
"Kenapa dia harus ke sini? Apa gunanya warnet?" kataku pelan, tanpa sadar, dan terdengar sewot. Beberapa saat setelah aku mengatakan hal itu, Kak Lio tiba-tiba memelukku dan menaruh dagunya di atas puncak kepalaku.
"Tadi gue ngantuk banget. Gue nggak ngunci pintu. Lo tahu Abel orangnya kayak gimana? Suka menerobos gitu aja."
"Gue nggak tahu apa-apa tentang dia," gumamku, kesal. "Kak Lio nggak usir?"
"Udah."
Aku tahu, aku terdengar seperti pacar yang posesif. Ah, tunggu. Apa kami sudah resmi berpacaran?
"Terus kenapa dia tetap di sini?" tanyaku lagi.
"Gue terlalu ngantuk karena semalam nggak bisa tidur. Jadi, gue biarin. Dia juga cuma mau pakai printer, kok."
Aku terdiam sejenak, lalu bertanya. "Kak Lio ... kenapa nggak bisa tidur?"
"Karena mikirin kejadian kemarin," katanya. "Lo menghindar. Jadi, gue overthinking. Apa lo nggak suka gue cium tiba-tiba?"
Bagaimana ini? Aku terlalu malu mengatakan bahwa aku menyukai ciuman itu. Aku juga tak mungkin mengatakan bahwa aku tidak menyukainya, nanti Kak Lio salah paham.
"Pikir aja sendiri." Pada akhirnya, kalimat itu yang keluar dari mulutku. Dari tadi aku terlalu kentara sedang cemburu.
Kak Lio melepas pelukan kami dan memegang kedua bahuku. "Mungkin, jawaban pastinya setelah ini?"
Aku mengangkat alis bingung. Senyum kecilnya yang menawan lagi-lagi membuatku salah tingkah.
Ibu jarinya menyentuh bibirku tanpa melepaskan pandangan kami. "Apa boleh gue sentuh ini, Dara?"
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro